Presiden Joko Widodo mengajak seluruh masyarakat meneruskan semangat Sumpah Pemuda, bersatu menghalau perbedaan, untuk mencapai Indonesia maju. Bersatu menjadi kunci untuk meraih hal tersebut.
Oleh
FX LAKSANA AS
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Presiden Joko Widodo mengajak seluruh masyarakat dari berbagai latar belakang untuk bersatu dan bekerja sama membangun bangsa guna mencapai Indonesia maju. Semangat serupa pula yang telah terbukti menginspirasi lahirnya Kongres Pemuda II pada 28 Oktober 1928 yang menjadi tonggak penting sejarah perjalanan bangsa Indonesia.
”Hari ini kita memperingati peristiwa yang sangat bersejarah, 92 tahun lalu, ketika para pemuda dari seluruh penjuru Nusantara menyisihkan perbedaan di antara mereka yang beragam suku, agama, dan bahasa daerah untuk bersumpah menjadi Indonesia yang satu. Satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa. Kini, 92 tahun sudah berlalu, semangat Sumpah Pemuda harus terus menyala,” kata Presiden melalui sambutannya pada peringatan ke-92 Hari Sumpah Pemuda di Istana Kepresidenan di Bogor, Jawa Barat, Rabu (28/10/2020).
Dalam arus besar globalisasi, Presiden melanjutkan, persaingan sengit antarnegara dan antarindividu sering terjadi. Tidak jarang kompetisi itu berujung pada upaya saling mengalahkan dan saling menghancurkan. Hal ini menjadi energi negatif yang merugikan semua pihak.
Sumpah Pemuda, Presiden menekankan, justru membawa energi positif yang menyatukan. Persaingan dan perbedaan tidak harus membuat bangsa Indonesia melupakan adanya masalah-masalah bersama, kepentingan bersama, ataupun tujuan bersama. Bersatu dan bekerja sama menjadi cara untuk menyelesaikan berbagai persoalan tersebut.
”Bersatu dan bekerja sama adalah kunci untuk mencapai Indonesia Maju. Upaya-upaya untuk menjaga persatuan harus terus kita lakukan. Menjadi Indonesia tidak cukup hanya dengan menjadi bagian dari wilayah Indonesia. Kita harus bekerja sama merawat keindonesiaan,” kata Presiden.
Sumpah Pemuda justru membawa energi positif yang menyatukan. Persaingan dan perbedaan tidak harus membuat bangsa Indonesia melupakan adanya masalah-masalah bersama, kepentingan bersama, ataupun tujuan bersama.
Keindonesiaan, menurut Presiden, harus selalu dijaga dengan semangat solidaritas dan rasa persaudaraan. Setiap anggota masyarakat harus saling membantu satu sama lain dalam semangat solidaritas. Kepentingan bersama harus mengatasi ego kedaerahan.
Sementara persatuan harus terus diperjuangkan dengan menghargai perbedaan, menjaga toleransi, serta menjaga keutuhan dan kedaulatan Negara Kesaturan Republik Indonesia. Untuk mewujudkan Indonesia yang satu, seluruh masyarakat harus bekerja sama membangun Indonesia secara adil dan merata, yakni membangun Indonesia dengan membangun dari pinggiran, desa, pulau terdepan, hingga perbatasan.
”Kita juga membangun infrastruktur yang memudahkan konektivitas antarwilayah, antarpulau untuk mempersatukan Indonesia. Dengan pembangunan yang merata dan berkeadilan, maka masyarakat Papua, masyarakat Aceh, dan masyarakat Indonesia di berbagai wilayah merasa menjadi bagian dari Indonesia, merasa memiliki Indonesia, serta ikut berkontribusi untuk memajukan Indonesia,” kata Presiden.
Sementara itu, Menteri Pemuda dan Olahraga Zainudin Amali dalam puncak peringatan ke-92 Hari Sumpah Pemuda yang diselenggarakan secara virtual menyatakan, perjalanan sejarah bangsa Indonesia diwarnai oleh peran pemuda Indonesia pada berbagai momentum penting. Di antaranya adalah berdirinya organisasi pergerakan Budi Utomo pada 1908, Kongres Pemuda I tahun 1926, Kongres Pemuda II dengan ikrar Sumpah Pemuda pada 1928, Proklamasi Kemerdekaan pada1945, Tritura tahun 1966, dan gerakan reformasi pada 1998.
”Semua momentum penting itu adalah hasil karya dan komitmen serta dedikasi dari para pemuda Indonesia,” kata Amali.
Pandemi telah memberikan dampak luas ke seluruh sendi masyarakat, termasuk pemuda. Oleh karena itu, dibutuhkan semangat bersama untuk membangkitkan kembali Indonesia di mata dunia.
Peringatan Hari Sumpah Pemuda pada tahun ini, menurut Amali, dilaksanakan di tengah situasi Covid-19. Dengan demikian, tidak ada upacara bendera dan tidak ada pula kegiatan keramaian seperti tahun-tahun sebelumnya.
Pandemi telah memberikan dampak luas ke seluruh sendi masyarakat, termasuk pemuda. Oleh karena itu, dibutuhkan semangat bersama untuk membangkitkan kembali Indonesia di mata dunia. Sejalan dengan itu, ”Bersatu dan Bangkit” menjadi tema besar peringatan Hari Sumpah Pemuda pada tahun ini.
”Bila dilihat semangat Sumpah Pemuda 92 tahun lalu, masih tetap relevan dengan situasi dan kondisi saat ini. Semangat persatuan tumbuh menjadi kesadaran bersama untuk membebaskan diri dari penjajahan. Maka, semangat persatuan itu masih sangat dibutuhkan untuk saat ini untuk bersama-sama mengatasi pandemi Covid-19 sekaligus bangkit bersama untuk menyongong kemajuan bangsa,” kata Amali.