Pertemuan dua tim menyerang, Atalanta dan Ajax Amsterdam, berakhir dengan parade empat gol. Kedua tim bermain sama kuat untuk mengoleksi satu poin dari laga di Stadion Gewiss, Rabu dini hari WIB.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·5 menit baca
BERGAMO, RABU — Menjalani laga Liga Champions perdana di markas sendiri, Stadion Gewiss, melawan Ajax Amsterdam, Rabu (28/10/2020) dini hari WIB, sempat membuat Atalanta gugup sehingga tertinggal dua gol di babak pertama. Kekuatan mental yang telah terasah di kompetisi Eropa menjadi modal ”Si Dewi” untuk bangkit dan menyamakan kedudukan di paruh kedua.
Setelah menjalani seluruh laga Liga Champions musim lalu di Stadion San Siro, Milan, Atalanta akhirnya bisa menetap di Stadion Gewiss pada musim 2020-2021. Hal itu tidak lepas dari renovasi yang telah dilakukan klub dan Pemerintah Bergamo agar stadion itu memenuhi standar kompetisi antarklub yang diselenggarakan Asosiasi Sepak Bola Eropa (UEFA).
Bermain di rumah sendiri ternyata tidak berjalan mudah bagi Atalanta. Di babak pertama, Ajax mencetak dua gol dalam kurun waktu delapan menit karena kesalahan pemain belakang Atalanta. Gol pertama Ajax dicetak Dusan Tadic lewat titik putih di menit ke-30. Hukuman penalti itu diberikan wasit setelah bek Atalanta, Berat Djimsiti, melanggar penyerang Ajax, Lassina Traore.
Pada menit ke-38, giliran kiper Atalanta, Marco Sportiello, melakukan kesalahan dalam mengantisipasi bola umpan penyerang sayap Ajax, David Neres. Alhasil, bola mampu disontek Traore untuk membuat tim tamu unggul sepasang gol di masa turun minum.
Di babak kedua, Atalanta mampu menyamakan kedudukan di menit ke-54 dan 60. Dua gol ”Si Dewi” diciptakan oleh penyerang, Duvan Zapata. Dua gol itu mengantarkan Zapata memimpin sementara daftar pencetak gol di Liga Champions musim ini dengan torehan tiga gol dalam dua laga.
Menurut Zapata, kegagalan Atalanta meraih tiga poin karena lemahnya akurasi penyelesaian akhir di babak pertama. Setiap peluang yang diciptakan, lanjutnya, gagal dimanfaatkan menjadi gol karena skuad Atalanta kurang sabar dan tidak beruntung.
Terpenting, kami tidak menyerah dan tetap menjaga pikiran positif yang membantu memberikan semangat kepada kami untuk mengejar ketinggalan di papan skor. (Duvan Zapata)
”Terpenting, kami tidak menyerah dan tetap menjaga pikiran positif yang membantu memberikan semangat kepada kami untuk mengejar ketinggalan di papan skor,” kata Zapata.
Secara statistik, laga Atalanta dan Ajax berlangsung seimbang. Kedua tim mengoleksi 13 tembakan selama 90 menit. Dari jumlah tembakan itu, Ajax mampu menciptakan tujuh tembakan yang mengarah ke gawang Atalanta, sedangkan tim tuan rumah mengkreasikan enam tembakan yang tepat sasaran.
Meskipun bermain sebagai tim tamu, Ajax datang ke Bergamo dengan menampilkan permainan menyerang. Buktinya, Ajax mendominasi penguasaan bola dengan total 54 persen penguasaan bola. Atalanta, yang bepredikat sebagai tim menyerang di Liga Italia, hanya memiliki 46 persen penguasaan bola.
Kondisi itu membuat Atalanta bermain lebih bertahan. Atalanta unggul dalam perebutan bola dengan 62 kali merebut bola, sedangkan Ajax hanya 50 kali merebut bola ketika dikuasai pemain Atalanta.
”Pada babak pertama, kami sebenarnya bermain baik, tetapi gagal memaksimalkan setiap peluang yang dimiliki. Laga ini berjalan tidak mudah karena Ajax menampilkan permainan cepat dan selalu menekan, tetapi saya bangga dengan perjuangan seluruh pemain yang mampu bangkit setelah tertinggal,” ucap Pelatih Atalanta Gian Piero Gasperini, dilansir laman UEFA.
Fokus utama
Gasperini mengungkapkan, skuadnya melakukan pendekatan yang berbeda di Liga Champions dibandingkan dengan saat bermain di Liga Italia. Dalam dua laga liga terakhir, Atalanta menelan dua kekalahan dari Napoli dan Sampdoria.
”Si Dewi” tumbang 1-4 dari Napoli, kemudian kalah 1-3 dari Sampdoria, akhir pekan lalu. Di sisi lain, Atalanta mampu mengemas empat poin dari dua pertandingan awal di Grup D Liga Champions musim 2020-2021.
”Kami tidak bermaksud melepas poin di liga, tetapi pikiran utama kami berada di kompetisi Eropa. Sebab, menang di awal-awal fase grup amat krusial bagi langkah kami selanjutnya,” kata pelatih berusia 62 tahun itu.
Sementara itu, Pelatih Ajax Erik Ten Hag kecewa skuadnya gagal mempertahankan keunggulan di babak kedua. Ia menilai, Ajax seharusnya dapat unggul tiga gol di babak pertama untuk menutup laga lebih awal.
”Bermain imbang melawan Atalanta bukan hasil negatif. Tetapi, ketika kami telah unggul 2-0, seharusnya kami bisa membawa pulang lebih dari satu poin. Kami telah menganggap meraih kemenangan sebelum pertandingan berakhir sehingga tidak lagi bermain aktif menyerang dan memberikan Zapata terlalu banyak kebebasan,” kata Ten Hag.
Hasil imbang itu membuat Atalanta bertahan di posisi kedua dengan koleksi empat poin. Sementara itu, Ajax berada di peringkat ketiga dengan raihan satu poin.
Pemain pelapis
Puncak klasemen grup D dikuasai oleh Liverpool yang meraih poin penuh di dua laga awal, termasuk pertandingan kedua kontra Midtjylland di Stadion Anfield, Rabu dini hari WIB. ”The Reds” unggul 2-0 atas wakil Denmark itu lewat gol Diogo Jota dan Mohamed Salah.
Manajer Liverpool Juergen Klopp memilih memainkan pemain pelapis di lini depan. Tidak ada trio Sadio Mane, Roberto Firmino, dan Salah di daftar 11 pemain mula. Sebagai gantinya, Klopp menurunkan Jota, Takumi Minamino, dan Divock Origi.
Mane dan Salah diturunkan ketika laga telah memasuki menit ke-60 dan Liverpool telah unggul satu gol. ”Tidak ada laga mudah di Liga Champions. Kami bisa mengalahkan Midtjylland karena bermain secara tim dan berjuang lebih keras untuk menghasilkan gol,” ujar Klopp kepada BT Sport.
Meski menang, Klopp merasa khawatir setelah gelandang, Fabinho, menderita cedera hamstring sehingga harus diganti Rhys Williams ketika laga baru berjalan 30 menit. Kondisi itu membuat Klopp pusing karena skuadnya memiliki keterbatasan pemain di posisi bek tengah setelah Virgil van Dijk dan Joel Matip masih mengalami cedera. Padahal, dalam tiga laga terakhir ”The Reds”, Fabinho ditempatkan Klopp sebagai bek tengah.
”Kami akan melakukan pemindaian terhadap keluhan hamstring Fabinho untuk tahu lebih banyak terhadap kondisinya. Itu adalah kabar yang tidak baik bagi kami,” ucap manajer berkebangsaan Jerman itu. (AFP)