Atlet dan Pelatih Inginkan Sosok Ketum PBSI Pengayom
›
Atlet dan Pelatih Inginkan...
Iklan
Atlet dan Pelatih Inginkan Sosok Ketum PBSI Pengayom
Sejumlah atlet dan pelatih bulu tangkis nasional berharap munculnya sosok calon Ketua Umum PBSI yang bisa mengayomi dan dekat dengan mereka. Sejauh ini ada dua nama bakal calon ketum, yaitu Agung Sampurna dan Ari Wibowo.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Organisasi yang membawahi cabang olahraga prestasi nomor satu Indonesia, PP PBSI, akan menggelar musyawarah nasional dengan agenda utama memilih ketua umum untuk periode 2020-2024. Bagi atlet dan pelatih tim nasional, sebagai ujung tombak prestasi Indonesia di arena internasional, pemimpin PBSI haruslah orang yang bisa dekat dengan yang dipimpinnya dan bisa mengayomi.
Pelatih ganda campuran Richard Mainaky dan pelatih ganda putra Herry Iman Pierngadi punya pendapat sama tentang orang ke-14 yang akan memimpin PBSI. Menurut kedua pelatih yang telah mengantarkan anak-anak didik mereka berdiri di podium tertinggi persaingan level dunia itu, siapapun yang dipilih menjadi ketua umum harus bisa mengayomi atlet.
“Harus bisa membangun komunikasi yang baik dengan atlet dan pelatih, terutama dengan atlet sebagai ujung tombak prestasi. Saya berharap, ketua umum bisa membangun suasana kondusif dan bisa memotivasi atlet,” ujar Richard di Jakarta, Selasa (27/10/2020).
Richard mengungkapkan harapannya itu dengan didasarkan pada pengalamannya menjadi pelatih pelatnas bulu tangkis selama 25 tahun. Menurutnya, atlet tak hanya butuh berkomunikasi dengan pelatih sebagai orang terdekat mereka di pelatnas. Mereka juga membutuhkan perhatian dari ketua umum sebagai orang tertinggi dalam organisasi bulu tangkis Indonesia.
Hendra Setiawan, atlet ganda putra yang bergabung dengan pelatnas bulu tangkis sejak 2002 dan telah melewati kepemimpinan lima ketua umum, memperkuat pernyataan para pelatih itu. Sebagai atlet, dia ingin suaranya didengar langsung pimpinan tertinggi.
“Minimal, 1-2 kali sebulan, bisa bertemu, mendengar suara kami,” kata Hendra yang juga mengharapkan ketua umum bisa mencarikan sponsor bagi pelatnas.
Hendra tak begitu mempermasalahkan latar belakang ketua umum asal bisa memenuhi harapannya. “Kalau ada yang berlatar belakang orang bulu tangkis akan lebih baik, tetapi itu tidak menjadi keharusan,” katanya.
Herry juga tak mempermasalahkan latar belakang ketua umum, asalkan bisa menjalin kedekatan dengan atlet dan pelatih.
Dua bakal calon
Hingga hari terakhir pendaftaran bakal calon ketua umum, Senin (26/10/2020) pukul 17.00 WIB, ada dua nama yang telah mengembalikan formulir. Mereka adalah Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Agung Firman Sampurna dan Ketua Pengurus Provinsi PBSI Banten Ari Wibowo. Pendaftaran dibuka oleh Tim Penjaringan sejak 17 Oktober.
Saya berharap, ketua umum bisa membangun suasana kondusif dan bisa memotivasi atlet.(Richard Mainaky)
Jika memenuhi semua persyaratan, yang akan dinilai melalui verifikasi pada 27-30 Oktober, calon ketua umum akan diundang untuk datang pada Musyawarah Nasional PP PBSI di Serpong, Tangerang Selatan, Banten, pada 5-6 November. Calon ketua umum diberi kesempatan untuk menyampaikan visi misi dalam acara tersebut hingga ditetapkan memimpin PBSI untuk menggantikan Wiranto.
Ketua Tim Penjaringan Bakal Calon Ketua Umum PP PBSI, Edi Sukarno, mengatakan, salah satu proses verifikasi persyaratan bakal calon adalah memeriksa jumlah dukungan dari pengurus provinsi. Tim akan memeriksa valid tidaknya suara dukungan.
Seperti disyaratkan sejak awal, setiap bakal calon harus mendapat dukungan, yaitu minimal 10 pengurus PBSI di tingkat provinsi (pengprov). Dari 34 pengprov, dua di antaranya tak memiliki hak suara, yaitu Kalimantan Tengah dan Sulawesi Utara, karena tim formatur masih menyusun kepengurusan baru.
Sejak Rochdi Partaatmaja memimpin PBSI pada 1951-1952, organisasi yang berdiri pada 5 Mei 1951 itu dipimpin sosok dengan berbagai latar belakang. Dick Sudirman, yang memimpin pada 1952-1963 dan 1967-1981, dan Ferry Souneville (1981-1985) berasal dari kalangan olahragawan. Try Sutrisno (1985-1993), Soerjadi (1993-1997), Subagyo HS (1997-2001), dan beberapa nama lainnya berlatar belakang militer. Adapun Chairul Tanjung dan Gita Wirjawan merupakan pengusaha.
Meski berasal dari kalangan tentara, Try dan Soerjadi dikenal dekat dengan para atlet. Seperti pernah dituturkan mantan pebulu tangkis tunggal putri, Yuni Kartika dan Rexy Mainaky, saat wafatnya Soerjadi pada 2016, di tengah kesibukan sebagai TNI, Soerjadi selalu menyempatkan diri datang ke pelatnas dan berbincang dengan atlet.
Adapun Gita adalah adalah sosok yang membuat kesejahteraan atlet meningkat dengan memberlakukan sistem kontrak langsung antara sponsor dan atlet.
Melalui munas, sosok lain ditunggu insan bulu tangkis dengan tugas utama meneruskan kejayaan bulu tangkis Indonesia pada level tertinggi.