Pengembangan Inovasi Dalam Negeri Butuh Dukungan Pemerintah
Inovasi karya anak bangsa bisa menjadi penggerak perekonomian bangsa. Namun, pengembangan berbagai inovasi dalam negeri membutuhkan dukungan pemerintah.
Kebijakan pemerintah yang mendukung pengembangan dan penggunaan produk dalam negeri mutlak diperlukan jika ingin menjadikan inovasi sebagai penggerak ekonomi bangsa. Tanpa kebijakan afirmasi tersebut, karya anak bangsa akan sulit bersaing dengan industri global yang sudah mapan.
Dukungan kebijakan itu tidak hanya akan membuat gairah peneliti dan perekayasa berinovasi semakin tinggi, tetapi juga industri berminat untuk mengembangkan dan memproduksi produk-produk karya anak bangsa.
”Suksesnya sistem inovasi perlu didukung oleh regulasi untuk pemanfaatannya sehingga hasil inovasi tidak terperosok dalam lembah kematian,” kata Deputi Teknologi Informasi, Energi, dan Material Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Eniya L Dewi dalam peluncuran virtual implan traumatik berbahan titanium, di Jakarta, Selasa (27/10/2020).
Implan traumatik titanium itu merupakan pengembangan dari inovasi implan serupa berbahan baja nirkarat (stainless steel) 316L karya perekayasa Pusat Teknologi Material BPPT yang dibuat beberapa tahun lalu. Pengembangan dilakukan karena titanium lebih ringan, tahan karat, kuat, dan biokompatibelitasnya lebih baik hingga lebih mudah diterima tubuh.
Suksesnya sistem inovasi perlu didukung oleh regulasi untuk pemanfaatannya sehingga hasil inovasi tidak terperosok dalam lembah kematian.
”Untuk memajukan industri nasional, baik perusahaan yang mengembangkan hasil inovasi maupun non-inovasi, akan sulit tanpa keberpihakan pemerintah, ” kata Allan Changrawinata, Pejabat Eksekutif Tertinggi (CEO) PT Zenith Allmart Precisindo Sidoarjo, Jawa Timur, yang memproduksi implan titanium tersebut dengan nama Zenmed+.
Baca juga: Implan Traumatik Karya BPPT
Inovasi implan karya anak bangsa itu diperlukan karena saat ini 94 persen implan traumatik yang digunakan di Indonesia diimpor. Jika penggunaan produk tersebut bisa disubstitusi oleh produk sejenis produksi dalam negeri dengan kualitas yang sama, akan menghemat devisa negara sangat besar.
Direktur Utama Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Lies Dina Liastuti mengatakan, besarnya impor alat kesehatan perlu disikapi secara bijak karena terkait dengan aspek ekonomi dan penyediaan layanan kesehatan. Selain bermanfaat bagi devisa, implan traumatik penting untuk mengurangi angka kesakitan dan kematian yang sebenarnya bisa dicegah.
Karena itu, pengembangan implan trumatik produksi dalam negeri perlu dilakukan dengan tahapan yang benar. Sebelum digunakan pada manusia, implan traumatik karya BPPT juga harus melalui tahapan itu, baik uji praklinis, uji pada kadaver, maupun uji klinis pada pasien. ”Tahapan penelitian yang benar dan bertanggung jawab itu harus dimonitor oleh komite etik hingga produk yang dihasilkan aman bagi pasien,” katanya.
Selain itu, kebutuhan implan amat besar dan akan terus meningkat seiring bertambahnya mobilitas masyarakat. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, setidaknya tiga orang tewas per jam di Indonesia akibat kecelakaan lalu lintas. Belum lagi, umur harapan hidup masyarakat semakin panjang hingga risiko terjadinya trauma tulang dan sendi semakin besar.
Kepala BPPT Hammam Riza menambahkan, pengembangan inovasi implan traumatik itu membuat kemampuan anak bangsa dalam penguasaan teknologi terus berkembang dan berkelanjutan. Kemampuan yang bisa dikuasai seiring dengan pengembangan implan titanium itu, antara lain, teknologi anodizing untuk meningkatkan ketahanan titanium terhadap karat, rancang bangun alat sesuai kebutuhan industri, dan pengoperasian bersama produksi dengan industri.
Baca juga: Material Dalam Negeri Tak Dimanfaatkan
Kemampuan itu diharapkan semakin berkembang di masa depan. Saat ini BPPT bersama sejumlah pihak juga mengembangkan implan tulang belakang, gigi, hingga penggantian pinggul secara menyeluruh atau total hip replacement (THP). Upaya tersebut dipastikan akan meningkatkan penguasaan sejumlah teknologi baru yang mendukung pengembangan implan.
Pelaksana Tugas Sekretaris Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional Mego Pinandito menyampaikan, pemerintah mendukung komersialisasi inovasi nasional melalui penyediaan katalog elektronik di Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP). Upaya ini diharapkan bisa mempromosikan riset anak bangsa yang tidak hanya berakhir dalam bentuk jurnal atau purwarupa saja, tetapi juga bisa menjadi produk komersial.
”Peraturan Menteri Keuangan tentang supertax deduction (insentif pajak) untuk perusahaan yang melakukan kegiatan riset dan pengembangan juga akan mendorong semakin banyak industri memproduksi inovasi Indonesia,” tambah Hammam.
Proses hilirisasi inovasi anak bangsa itu tidak akan tercapai jika tidak ada dukungan dari berbagai pihak, bukan hanya peneliti atau perekayasa, pemerintah, dan industri. Peran lembaga profesi untuk uji coba hingga lembaga perizinan penting karena inovasi alat kesehatan memiliki standar kualitas tinggi hingga produk yang beredar harus dipastikan aman.
Menurut Direktur Penilaian Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga Kementerian Kesehatan I Gede Made Wirabrata, implan traumatik memiliki risiko tinggi karena alat ini bersifat invasif atau masuk dalam tubuh manusia. Karena itu, semua produk yang beredar di pasaran, termasuk karya inovasi anak bangsa, tetap harus melalui proses penilaian lengkap dan memenuhi semua izin yang dibutuhkan.
Tantangan itu membuat upaya meningkatkan produksi alat kesehatan Indonesia yang berdaya saing dengan produk serupa dari luar negeri menjadi tidak mudah. ”Namun, selama pandemi ini, jumlah pengajuan izin alat kesehatan karya anak bangsa, termasuk alat berteknologi tinggi seperti ventilator, justru meningkat,” katanya.
Kegigihan peneliti dan perekayasa, baik dari lembaga penelitian maupun perguruan tinggi, dalam membuat inovasi alat kesehatan dan dukungan industri itu diharapkan mampu mengejar ketertinggalan Indonesia dalam inovasi dan penyediaan alat kesehatan dalam negeri. Tak hanya memenuhi pasar Indonesia yang memang besar, inovasi alat kesehatan itu juga mendorong pertumbuhan industri dalam negeri berbasis inovasi dan mendukung ketahanan nasional.