Manchester United berusaha untuk kembali menghadirkan kemenangan di Stadion Old Trafford, hal yang lama absen, saat menjamu Leipzig. Misi ini tidak mudah karena tamunya itu belum terkalahkan dalam tujuh laga terakhir.
Oleh
DOMINICUS HERPIN DEWANTO PUTRO
·3 menit baca
MANCHESTER, SELASA — Manchester United berpeluang menduduki puncak klasemen sementara Grup H Liga Champions Eropa ketika menjamu RB Leipzig di Stadion Old Trafford, Kamis (29/10/2020) pukul 03.00 WIB. Guna mewujudkannya, MU harus membuang sikap ”ramah” sebagai tuan rumah.
Dalam tiga bulan terakhir, MU sering ”memanjakan” tamu-tamunya. Mereka tampil kurang agresif dan membiarkan tim-tim tamu mengembangkan permainannya.
Hasilnya, MU baru sekali menang dari tujuh laga terakhirnya di Old Trafford sejak awal Juli lalu. Di Liga Inggris musim ini, untuk pertama kalinya sejak musim 1972-1973, MU bahkan gagal memenangi satu pun dari tiga laga pertamanya di kandang.
Setelah dikalahkan Crystal Palace, 1-3, MU kemudian dilibas Tottenham Hotspur, 1-6. Akhir pekan lalu, Chelsea datang ke Old Trafford dan menahan imbang MU, 0-0. Padahal, MU baru saja mengalahkan Paris Saint-Germain (PSG), 2-1, pada laga pertama penyisihan Grup H Liga Champions musim ini.
”Kami ditekan, tapi gawang tidak kebobolan. Setidaknya, kami dapat menghentikan tren kekalahan di kandang,” ungkap Manajer MU Ole Gunnar Solskjaer mencoba tetap membela timnya.
Tim kuda hitam
Tak pelak, duel menghadapi Leipzig menjadi ujian berat MU di ”Teater Impian”, julukan Old Trafford. Leipzig adalah tim kuda hitam yang memuncaki Grup H saat ini. Mereka juga adalah semifinalis Liga Champions pada musim lalu. Leipzig bahkan menduduki puncak klasemen Liga Jerman musim ini dengan keunggulan satu poin dari Bayern Muenchen.
”Leipzig terus berkembang setiap musim. Mereka punya pelatih yang masih muda dan menarik untuk dilihat. Mereka adalah tim yang saat ini menarik untuk diikuti,” kata Solskjaer dalam konferensi pers, Selasa (27/10/2020).
Dua klub besar, yaitu Tottenham Hotspur dan Atletico Madrid, telah menjadi korban kegarangan Leipzig pada fase gugur musim lalu.
Menurut Solskjaer, Pelatih Leipzig Julian Nagelsmann (33) merupakan juru taktik yang mudah beradaptasi. Nagelsmann pintar dalam membaca permainan dan kemudian menyesuaikan diri dengan modifikasi taktik.
Leipzig selalu menjadi lawan yang sulit dihadapi mengingat Nagelsmann juga kerap memainkan gaya sepak bola bertempo tinggi. Dua klub besar, yaitu Tottenham Hotspur dan Atletico Madrid, telah menjadi korban kegarangan Leipzig pada fase gugur musim lalu.
Ancaman Dani Olmo
Leipzig memang telah kehilangan penyerang Timo Werner yang pindah ke Chelsea. Namun, mereka masih punya gelandang serba bisa dengan naluri menyerang yang menakutkan, seperti Dani Olmo. Di lini belakang, Leipzig memiliki Dayot Upamecano, bek tengah tangguh yang kini menjadi incaran klub-klub besar Eropa, termasuk MU.
Nagelsmann dan timnya sangat termotivasi ketika datang ke Old Trafford dan menghadapi MU untuk pertama kali. Mereka berharap bisa meraih poin dari MU untuk menjaga posisinya di puncak klasemen Grup H sekaligus menjadi modal bertemu PSG pada laga Liga Champions selanjutnya.
Adapun Solskjaer menghadapi dilema berat terkait susunan pemainnya. Ia harus tetap memaksimalkan kekuatan skuad dengan menurunkan para pemain terbaiknya. Namun, di sisi lain, ia harus bisa bisa menyiasati jadwal yang sangat padat.
Setelah Leipzig, mereka berturut-turut akan menghadapi Arsenal, Istanbul Basaksehir, dan Everton. Laga-laga itu akan mereka hadapi dengan jeda istirahat minim, yaitu masing-masing hanya tiga atau empat hari. Padatnya jadwal itu menuntut Solskjaer cermat merotasi pemainnya.
Solskjaer punya banyak pilihan di lini depan dengan adanya Marcus Rashford, Anthony Martial, dan Edinson Cavani. Namun, ujian berat Solskjaer adalah menentukan para pemain tengah. Fred dan Scott McTominay diperkirakan akan mengisi lini tengah. Adapun Paul Pogba, Nemanja Matic, dan Donny van de Beek berpeluang dicadangkan pada laga versus Leipzig.
Pemilihan lini tengah ini harus tepat mengingat MU harus menjaga konsistensi pada laga-laga berikutnya. ”Ketika terjadi rotasi di lini tengah, saya merasa kami semua harus mampu untuk bermain dengan siapa saja,” kata McTominay, salah satu gelandang MU. (AFP/REUTERS)