Gelombang Kedua Pandemi Menerpa, Perancis dan Jerman Berlakukan Pembatasan
›
Gelombang Kedua Pandemi...
Iklan
Gelombang Kedua Pandemi Menerpa, Perancis dan Jerman Berlakukan Pembatasan
Perancis dan Jerman kembali memberlakukan pembatasan wilayah untuk menahan laju penularan Covid-19.
Oleh
Luki Aulia
·4 menit baca
PARIS, RABU — Gelombang kedua pandemi Covid-19 dikhawatirkan akan membuat seluruh daratan Eropa kelabakan saat memasuki musim dingin. Untuk mencegah cepatnya laju penularan Covid-19, Presiden Perancis Emmanuel Macron dan Kanselir Jerman Angela Merkel sama-sama kembali memberlakukan kebijakan karantina dan membatasi pergerakan warga mulai Jumat mendatang. Perancis akan memberlakukan kebijakan karantina atau pembatasan selama satu bulan.
”Kecepatan penularan virus ini luar biasa dan tidak diduga. Seperti halnya semua tetangga kita, kita juga kewalahan dengan banyaknya kasus yang tiba-tiba muncul. Kalau kita diam saja, dalam beberapa bulan akan ada setidaknya 400.000 orang yang tewas,” kata Macron, Rabu (28/10/2020).
Macron menambahkan, semua negara di Eropa menghadapi situasi yang sama dan kini berada di posisi yang sama; kelabakan dengan gelombang kedua pandemi. ”Kali ini akan lebih sulit dari sebelumnya di bulan Maret dan April dan akan lebih mematikan. Saya memutuskan, kita harus kembali karantina untuk menghentikan virus ini,” ujarnya.
Kebijakan karantina di Perancis ini menyebutkan masyarakat diminta untuk tetap tinggal di dalam rumah kecuali ada keperluan mendesak, seperti membeli barang-barang kebutuhan sehari-hari, ke dokter atau membeli obat-obatan, atau olahraga selama maksimal satu jam dalam sehari.
Karyawan atau pegawai diperbolehkan tetap bekerja hanya jika tidak mungkin pekerjaannya dilakukan dari rumah atau dari jarak jauh. Namun, semua sekolah, pabrik, tempat penitipan anak, dan proyek pembangunan tetap diperbolehkan beroperasi. Kegiatan pertanian, perkebunan, dan peternakan juga tetap diperbolehkan.
Izin keluar rumah
Yang berbeda dengan kebijakan sebelumnya adalah warga yang keluar dari rumah harus membawa dokumen atau surat izin khusus karena akan diperiksa oleh aparat keamanan.
Senada dengan Macron, Merkel juga menegaskan perlunya tindakan cepat untuk melawan Covid-19. Semua bar, restoran, dan bioskop akan ditutup mulai tanggal 2 November hingga 30 November mendatang. Namun, sekolah tetap akan buka dan pertokoan juga diperbolehkan buka tetapi dengan membatasi jumlah pembeli setiap harinya. ”Mau tidak mau harus bertindak sekarang. Sistem kesehatan kita masih bisa menangani Covid-19 sekarang. Tetapi dengan kecepatan seperti ini, kita akan kewalahan hanya dalam beberapa pekan mendatang,” kata Merkel.
Jumlah kasus kematian akibat Covid-19 di Perancis sampai sejauh ini tercatat 35.785 orang. Selama beberapa pekan terakhir, Perancis melaporkan puluhan ribu kasus baru setiap hari. Kini terdapat lebih dari 380 kasus baru setiap pekan per 100.000 orang. Para dokter di Perancis mendesak pemerintah bertindak tegas karena 58 persen UGD sudah diisi pasien Covid-19.
Kepala UGD di Rumah Sakit Joseph Imbert di kota Arles, Karim Debbat, mengaku sudah kewalahan menangani pasien Covid-19. Separuh dari jadwal bedah yang tidak mendesak dibatalkan karena petugas medis yang tidak mencukupi untuk menangani krisis kesehatan ini. ”Saya seperti pelatih tanpa ada yang menggantikan. Tidak akan ada yang bisa bantu karena semua daerah terjerat masalah yang sama,” ujarnya.
Jangan tunggu
Jerman juga mengalami lonjakan kasus baru yang sama. ”Kalau kita hanya menunggu sampai UGD kita penuh, akan sangat terlambat,” kata Menteri Kesehatan Jerman Jens Spahn.
Jerman tidak hanya menangani pasien dari dalam negeri tetapi juga menerima pasien dari negara lain, seperti Belanda, yang sudah kewalahan menangani pasien Covid-19. Pemerintahan sejumlah negara di Eropa kelabakan karena minimnya koordinasi antarnegara dalam menangani pandemi. Eropa juga dinilai gagal memanfaatkan kesempatan memperkuat pertahanan diri saat musim panas sehingga akibatnya kini rumah sakit yang kelabakan.
Wakil Perdana Menteri Rusia Tatiana Golikova mengatakan, ranjang-ranjang rumah sakit di 16 wilayah di Rusia sudah mencapai kapasitas 90 persen. Berbagai pihak mengingatkan Perancis dan Swiss yang memiliki sistem kesehatan yang bagus dan lengkap saja bisa kewalahan dalam beberapa hari mendatang, apalagi negara-negara lain.
Harapan bahwa pengobatan yang baru akan bisa mencegah penularan yang cepat memudar ketika gugus tugas pengadaan vaksin di Inggris memperkirakan vaksin yang betul-betul efektif mungkin tidak akan pernah ada dan vaksin versi awal yang sekarang sudah ada pun kemungkinan besar tidak sempurna.
Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Selasa (27/10/2020), kasus baru Covid-19 di Eropa mencapai 1,3 juta kasus selama tujuh hari terakhir ini atau hampir separuh dari total kasus di seluruh dunia yang mencapai 2,9 juta kasus baru. Jumlah kematian pada pekan ini mencapai 11.700 orang atau naik 37 persen dibandingkan pekan lalu. Sampai saat ini, total jumlah kasus di seluruh dunia sudah sampai 42 juta kasus dan 1,1 juta orang di antaranya tewas.
Protes warga
Salah satu kekhawatiran yang terbesar bagi pemerintah Eropa adalah protes dan kemarahan rakyat atas kebijakan karantina dan pembatasan. Rakyat menilai kebijakan itu justru mengguncang perekonomian dan membuat hidup rakyat semakin menderita. Belum lagi masalah kesehatan mental yang kian parah.
Protes terhadap kebijakan karantina seperti itu sudah terjadi di Italia terutama di kota Roma, Milan, dan Naples. Para pemilik kafe dan restoran beserta para kokinya memprotes kebijakan pemerintah menutup restoran, bar, dan tempat olahraga mulai pukul 18.00. Politisi sayap kanan dan nasionalis menyerang Perdana Menteri Italia Giuseppe Conte karena mengorbankan ekonomi untuk kebijakan yang tidak akan menyelamatkan Italia dari pandemi. (REUTERS/AFP/AP)