Bukan di lahan pedesaan, melainkan di lorong-lorong permukiman padat tanaman sayur itu dibudidayakan. Warga Jakarta pun dapat merasakan kebahagiaan memanen bahan pangan di sekitar rumahnya sendiri.
Oleh
ADITYA DIVERANTA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sebuah lorong gang tampak hijau dengan hiasan pot tanaman dan daun yang menjalar. Hijau dari tanaman itu seakan berpadu dengan warna-warni cat yang menghiasi sisi tembok gang. Suasana itu menciptakan secercah kesejukan di tengah riuh rendah pusat kota.
Lorong gang itu bukan bagian dari taman kota atau ruang terbuka hijau, melainkan lorong menuju rumah Oktaviana (35). Pekarangan rumahnya di bilangan Tambora, Jakarta Barat, beberapa bulan belakangan dipenuhi tanaman sayur dan buah hasil budidaya bersama suami.
Hobi berkebun Oktaviana bersama suaminya, Ilham (36), makin bersemi selama pandemi, terutama karena masa pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Sedikit demi sedikit sejak April 2020, tanaman hijau di pekarangan rumah mereka kini mengular hingga sepanjang lorong gang.
Saat libur panjang di tengah pandemi, Kamis (29/10/2020), pasangan suami-istri ini tidak gelisah mencari destinasi untuk berpelesir. Mereka memilih menghabiskan waktu di rumah, merawat sebagian tanaman yang dituai. Ilham sendiri belakangan baru menanam bibit buah labu dan ingin memantau pertumbuhannya secara intens.
”Karena hobi berkebun, kini jadi ada kesibukan lain saat di rumah. Rutinitas ini mengasyikkan, menuntut kesabaran, dan memunculkan kepuasan tersendiri saat tanaman tumbuh hingga besar,” ujar Ilham, yang juga Ketua RT 011 RW 003 Kelurahan Jembatan Lima, Tambora, Jakarta Barat, itu.
Hobi yang ditekuni Ilham dan Oktaviana kini bagian dari gaya hidup warga kota selama pandemi. Di tengah waktu libur panjang dan imbauan pemerintah agar tetap di rumah, menjalani hidup berkebun adalah satu pilihan untuk membunuh sepi.
Bagi Ilham, berkebun menjadi sarana rekreasi. Rutinitas merawat tanaman ia lalui sambil menyeruput kopi pagi; hari demi hari tidak terasa hingga sebagian buah atau sayurnya kemudian bisa dipetik. Belakangan, kebun itu juga ditambah dengan kolam ikan hias.
Manfaat berkebun juga tidak hanya terasa bagi Ilham, tetapi juga para tetangga lain. Kawasan sepanjang gang menuju rumahnya di Jalan Laksa Nomor 1 itu juga kerap menjadi tempat berkumpul para tetangga. ”Ya, suasana di (gang) sini jadi sejuk karena banyak tanaman. Enggak terasa panas seperti di kota,” ucap Nurul, seorang tetangga di RT 010 RW 003 Jembatan Lima.
Karena hobi berkebun pula, Ilham dan Oktaviana tidak mati gaya saat di rumah. Selama libur pada Kamis hingga Minggu (1/11/2020), Ilham berencana mengisi kegiatan dengan memperbaiki instalasi media tanam di rumah.
Tren baik
Tren berkebun dipandang sejumlah orang sebagai hal yang baik. Aryanto, Ketua RT 013 RW 006 Jembatan Lima, memandang gaya hidup berkebun turut membuat warga lebih guyub di lingkungan rumah.
Aryanto sendiri telah membangun lingkungan yang asri nan hijau untuk warga setempat sejak dua tahun silam. Kemudian saat terjadi pandemi, antusiasme berkebun menjadi makin tinggi. Dengan dukungan pemerintah setempat pula, warga menuai hasil dari bibit yang telah ditanam.
Ada sejumlah hasil budidaya di RT 013 RW 006, seperti labu, kangkung, cabai, binahong, serta sejumlah varian tanaman obat. Dengan budidaya sejumlah tanaman itu, Aryanto merasakan sensasi kebersamaan di antara warga saat berkebun. ”Warga, terutama ibu-ibu, senang karena bisa mengalami panen di perkotaan. Oh, ternyata bisa, ya, berkebun seperti ini,” ujarnya.
Aryanto juga melihat perubahan kebiasaan warga karena lingkungan yang hijau dan bersih. ”Dulu pekarangan gang ini banyak sampah, tapi kini sudah bersih dan berhiaskan tanaman. Jangankan buang sampah, orang buang puntung rokok pun menjadi segan di sini,” ujarnya.
Selain di Jakarta Barat, Sukartono (61), warga RW 001 Sunter Jaya, Jakarta Utara, juga senang karena berkebun menjadi hobi baru bagi banyak orang. Di lingkungannya, warga menikmati suasana hijau dari media tanam di tembok gang dan media hidroponik. ”Makin banyak orang berkebun di pekarangan rumah,” ujarnya.
Penerimaan warga terhadap gaya hidup berkebun tampak sejalan dengan jajak pendapat Kompas pada Oktober 2018 yang melibatkan total 536 responden. Lebih dari 90 persen responden optimistis pertanian kota mungkin dilakukan. Lebih dari separuh warga menyatakan bercocok tanam bisa dilakukan dengan media tanam pot.
Model pot bersusun vertikal salah satu metode bertanam yang menghemat lahan. Pot tanaman hias atau sayur diatur bersusun tiga atau empat pot dan bisa ditaruh di dalam atau luar rumah. Kedua model ini pun telah banyak diterapkan warga di Jakarta.
Riset berjudul Gardening for Health: A Regular Dose of Gardening (2018) dari Royale College of Physician, Inggris, menyebutkan manfaat dari berkebun. Aktivitas ini memberikan sensasi terapeutik, ketenangan, karena ada paduan antara interaksi sosial serta aktivitas luar ruangan. Aktivitas di luar ruangan membuat orang terpapar matahari, terutama saat pagi, yang mengandung vitamin D dan baik untuk menurunkan tekanan darah.
Robert Hutchins, dokter spesialis penyakit dalam di UNC Medical Centre, Carolina Utara, Amerika Serikat, juga menyebutkan manfaat berkebun selama pandemi Covid-19. Salah satunya meredam stres karena berkebun mensyaratkan sikap kesabaran dan ketenangan. Berkebun juga bisa menjadi sarana rekreasi bersama keluarga.
Robert menjelaskan, ada bakteri bernama mycobacterium vaccae yang hidup di tanah dan bermanfaat untuk membangkitkan hormon serotonin pada diri seseorang. ”Interaksi dengan tanah mungkin dapat membuat bahagia dan meredam kegelisahan seseorang,” ujarnya seperti dilaporkan dalam situs resmi UNC Healthcare.
Terlepas dari manfaat secara sains dan psikologis, mungkin situasi pandemi adalah saat yang tepat untuk mencoba berkebun di rumah. Waktu libur panjang kali ini, mungkin adalah waktu bagi Anda untuk mencobanya.