Meneladani Karakter Nabi Muhammad SAW di Era Disrupsi
›
Meneladani Karakter Nabi...
Iklan
Meneladani Karakter Nabi Muhammad SAW di Era Disrupsi
Di acara Maulid Akbar dan Doa untuk Keselamatan Bangsa yang digelar daring Lembaga Dakwah PBNU, Wakil Presiden Ma’ruf menyatakan, meneladani karakter Nabi sangat relevan di era disrupsi informasi sekarang ini.
Oleh
Nina Susilo
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Meneladani karakter Nabi Muhammad SAW sangat relevan di era disrupsi informasi seperti sekarang ini. Hal itu karena membangun kepercayaan masyarakat yang plural memerlukan keteladanan, kebijaksanaan, dan akhlak, selain juga kecerdasan.
Berbagai sifat Nabi Muhammad yang sangat relevan itu disampaikan Wakil Presiden Ma’ruf Amin dalam sambutannya di acara Maulid Akbar dan Doa untuk Keselamatan Bangsa yang digelar secara daring oleh Lembaga Dakwah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama dari Masjid Istiqlal, Jakarta, Kamis (29/10/2020).
Hadir pula di Masjid Istiqlal Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar, Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj, Ketua Lembaga Dakwah PBNU KH Agus Salim, dan Imam Besar Masjid Istiqlal Prof Nazaruddin Umar.
Beliau meminta semua pemimpin kabilah Quraisy bersama-sama memindah Hajar Aswad, yaitu dengan cara masing-masing memegang sisi kain yang di tengahnya ada Hajar Aswad. Kemudian, beliau sendiri yang meletakkannya di tempat semula. Dengan cara itu, semua pimpinan kabilah Quraisy merasa telah sama-sama dimuliakan dan mempunyai peran yang setara dalam pembangunan kembali Ka’bah.
Salah satu kecerdasan dan kebijaksanaan Nabi Muhammad saat masih muda dicontohkan saat menyelesaikan perselisihan antara para pemimpin Quraisy. Saat itu, semua merasa paling berhak memasang kembali Hajar Aswad di tempatnya setelah renovasi.
”Beliau meminta semua pemimpin kabilah Quraisy bersama-sama memindah Hajar Aswad, yaitu dengan cara masing-masing memegang sisi kain yang di tengahnya ada Hajar Aswad. Kemudian, beliau sendiri yang meletakkannya di tempat semula. Dengan cara itu, semua pimpinan kabilah Quraisy merasa telah sama-sama dimuliakan dan mempunyai peran yang setara dalam pembangunan kembali Ka’bah,” tutur Wapres Amin.
Di era disrupsi informasi seperti saat ini, kepercayaan sangat sulit dibangun, bahkan terhadap pemimpin. Banyaknya informasi sesat dan bohong membuat orang sulit memilah dan memilih mana informasi yang benar dan salah.
”Dalam kesempatan Maulidurrasul ini, mari kita sebagai umat Sayyidina Muhammad mencontoh dan meneladani sifat dan karakter beliau sehingga kehadiran kita menjadi suluh bagi orang lain,” tambah Wapres.
Beberapa karakter Nabi yang disebutkan Wapres Amin, antara lain, terkait akhlak. Nabi Muhammad membawa perubahan kepada masyarakat dengan perbaikan akhlak dan mental. Selain itu, Nabi Muhammad juga mempersatukan suku-suku yang bermusuhan, membangun persaudaraan, dan menegakkan hukum secara adil.
Berbagai karakter Nabi Muhammad juga disebutkan KH Said Aqil perlu diteladani dari Nabi Muhammad. ”Bergaul, berkelompok, berbangsa dengan baik. Silakan jadi politisi, tetapi politisi berakhlak. Silakan jadi pengusaha, tentara, guru, presiden, wapres, tetapi berakhlak,” katanya.
Ketika semua menggunakan akhlak dalam peran dan profesinya, semua akan baik. Kebersamaan terwujud. Indonesia pun menjadi bangsa yang baik.
Dicontohkan, kendati suatu negara memiliki para ulama yang sangat pintar dan para pemimpin yang sangat pintar, tetapi tak berakhlak, bangsa tersebut akan gagal. Perang saudara terjadi dan membuat rakyatnya menderita.
”Kalau di Indonesia, ulamanya lumayan. Pemimpinnya masih kampungan, level lokal. Namun, kita berhasil membangun kebersamaan. Kita sudah selesai dengan masalah kebangsaan,” katanya.
Ini yang harus kita jaga dengan baik. Tunjukkan Indonesia berkarakter, berjati diri. Jangan sampai kita yang sudah baik ini terganggu, terkontaminasi budaya luar negeri.
Dengan kebersamaan yang terbangun melalui akhlak para ulama dan para pemimpin, Indonesia setidaknya tak terlalu mengalami masalah dengan keberagaman. Setiap warga yang berbeda agama, ras, budaya, dan bahasa bisa berteman, berkumpul dalam organisasi yang sama, dan bisa beraktivitas bersama tanpa sekat.
”Ini yang harus kita jaga dengan baik. Tunjukkan Indonesia berkarakter, berjati diri. Jangan sampai kita yang sudah baik ini terganggu, terkontaminasi budaya luar negeri,” tambah Said.
KH Agus Salim menambahkan, di tengah pandemi Covid-19 yang memaksa semua harus bersemangat menaati protokol kesehatan dan menjaga imunitas tubuh, ketenangan jiwa dan kegembiraan sangat penting. Kegembiraan dalam menyambut Maulid Nabi Muhammad SAW diharap membawa imunitas, baik fisik maupun batin.