Pengkritik Trump yang Anonim Akhirnya Buka Identitas
›
Pengkritik Trump yang Anonim...
Iklan
Pengkritik Trump yang Anonim Akhirnya Buka Identitas
Penulis buku ”A Warning” yang berisi kritik pada Presiden Donald Trump mengungkapkan diri. Sebelumnya, ia menggunakan nama anonim. Ia adalah Miles Taylor, mantan Kepala Staf Kementerian Keamanan Dalam Negeri AS.
Oleh
Luki Aulia
·3 menit baca
”Trump tidak bermoral, picik, dan tidak bisa bekerja”. Kritikan tajam terhadap Presiden Amerika Serikat Donald Trump di tulisan kolom opini harian The New York Times pada September 2018 itu sempat menggemparkan Gedung Putih. Selain opini, si penulis juga menerbitkan buku yang mengkritik Trump. Si penulis pada waktu itu tidak diketahui identitasnya. Kini, identitasnya terungkap setelah mantan Kepala Staf di Kementerian Keamanan Dalam Negeri AS, Miles Taylor, mengakui dirinyalah yang menulis opini itu.
Taylor yang menjabat sebagai Kepala Staf di Kementerian Keamanan Dalam Negeri AS sampai 2019 itu menyingkap identitasnya di platform publikasi online bernama Medium, Rabu (28/10/2020). Ia mau menyingkap identitasnya karena mau mengajak warga AS untuk tidak memilih Trump.
”Kita yang harus menentukan apakah ia pantas kembali menjabat mengingat perilakunya seperti itu. Ini keputusan penting. Pilihan kita akan menentukan masa depan kita,” tulis Taylor, seorang Republikan yang mendukung Joe Biden.
Jika mengingat segala kebijakan dan perilaku Trump, kata Taylor, maka Trump tidak pantas memimpin AS lagi untuk periode kedua dan rakyat AS tidak pantas menjalani kehidupan seperti sekarang. Enam hari sebelum pemilihan presiden AS, Taylor menyebut Trump orang yang tidak memiliki karakter dan sudah saatnya semua orang keluar dari bayang-bayangnya. ”Selama 2,5 tahun, saya menjadi saksi ketidakmampuan Trump menjalankan tugasnya. Semua juga melihat tetapi takut bicara,” kata Taylor.
Dalam tulisan opininya, Taylor menulis para pejabat yang ditunjuk Trump berjanji akan melakukan apa saja demi menjaga lembaga-lembaga demokrasi AS sambil berusaha menggagalkan kebijakan dan keputusan Trump yang impulsif dan salah arah.
Tidak penting
Trump kemudian menanggapi pernyataan Taylor dengan mengatakan Taylor bukanlah siapa-siapa. Ia hanya anonim, orang tanpa identitas dan karyawan yang kecewa saja dan sudah dipecat dari posisinya sejak lama. Trump mengaku tidak mengenal Taylor dan belum pernah mendengar namanya sama sekali. ”Dia bukan siapa-siapa dan tidak pernah bekerja di Gedung Putih. Mestinya dia dihukum,” kata Trump.
Kepala Urusan Pers Gedung Putih Kayleigh McEnany balik menyerang Taylor dan menyebutnya pembohong dan pengecut yang memilih bersembunyi dan tidak berbuat apa pun selain membocorkan informasi tentang bekas pimpinannya. Kepala Staf Gedung Putih Mark Meadows juga menilai Taylor memalukan dan ia tidak tertarik dengan penyingkapan identitas Taylor. Padahal, Trump dan Gedung Putih sempat menyelidiki identitas penulis opini itu yang ternyata Taylor.
Komentar Trump yang mengaku tidak kenal Taylor agak membingungkan karena sebagai Kepala Staf Keamanan Dalam Negeri, Taylor jelas selalu ada pada setiap pertemuan atau rapat dengan Trump terkait isu kebijakan perbatasan dan isu-isu keamanan dalam negeri lainnya. Semasa Taylor masih menjabat, Trump pernah mengancam akan menutup perbatasan AS dan Meksiko serta memaksa para pencari suaka menunggu di perbatasan AS-Meksiko.
Banyak yang sebenarnya sudah lama menduga Taylor sebagai penulis anonim itu, tetapi Taylor selalu membantah. Karena penasaran dan tersinggung, Trump meminta pembocor informasi di Gedung Putih diselidiki, termasuk si penulis anonim, karena dikhawatirkan akan mengancam keamanan nasional. Trump juga meminta The New York Times mengungkapkan identitas penulis itu.
Harian itu hanya mengidentifikasi penulis sebagai ”pejabat senior” dalam pemerintahan AS. Harian itu memberikan Taylor anonimitas karena ada risiko pekerjaannya terancam jika identitasnya terungkap. Harian itu juga akhirnya bersedia mengonfirmasi Taylor sebagai penulisnya karena dia sudah melepaskan hak atas kerahasiaannya.
Taylor yang menganggap dirinya sebagai bagian dari gerakan perlawanan di dalam pemerintahan Trump itu juga mengkritik Trump di depan publik. Tulisan opini dan buku berjudul A Warning karya Taylor itu sempat heboh. Namun, kehebohan tak berlangsung lama karena setelah buku Taylor banyak lagi buku-buku lain yang ditulis oleh teman, bekas teman, atau bekas pegawainya yang isinya memuji dan mengkritik Trump. Tidak seperti Taylor, mereka menyebutkan identitasnya. (REUTERS/AFP/AP)