Tradisi Peringatan Maulid Nabi di Cirebon Digelar Terbatas
›
Tradisi Peringatan Maulid Nabi...
Iklan
Tradisi Peringatan Maulid Nabi di Cirebon Digelar Terbatas
Keraton Kasepuhan dan Keraton Kanoman di Kota Cirebon, Jawa Barat, menggelar tradisi panjang jimat untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW 1442 H. Namun, karena pandemi, acaranya terbatas dengan protokol kesehatan.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·2 menit baca
CIREBON, KOMPAS — Keraton Kasepuhan dan Keraton Kanoman di Kota Cirebon, Jawa Barat, menggelar tradisi panjang jimat untuk memeringati Maulid Nabi Muhammad SAW 1442 Hijriah secara terbatas dengan protokol kesehatan. Hal ini dilakukan demi mencegah penyebaran Covid-19.
Pantauan Kompas, Kamis (29/10/2020) petang, gerbang Keraton Kasepuhan ditutup. Hanya ada beberapa pedagang kaki lima yang menjajakan dagangannya di sekitar alun-alun keraton. Tidak ada pasar malam yang selama ini kerap memeriahkan peringatan Maulid Nabi.
Sebelum pandemi Covid-19, ritual panjang jimat acap kali dihadiri ribuan orang dari banyak daerah, termasuk pejabat. Panjang jimat merupakan tradisi puncak Maulid Nabi Muhammad SAW yang sudah berlangsung sejak masa Sunan Gunung Jati, pemimpin Cirebon abad ke-15.
Kegiatan ini diawali dengan iring-iringin abdi dalem pembawa perangkat ritual, seperti lilin, guci, baki, dan nasi jimat yang penuh dengan makna. Lilin, misalnya, menggambarkan kelahiran Nabi Muhammad SAW pada malam hari.
Akan tetapi, karena pandemi, semua perangkat tersebut sudah tertata di Bangsal Panembahan. ”Tradisi panjang jimat dilakukan dengan pembacaan doa, kitab, dan barzanji. Pelaksanaannya sudah sesuai anjuran pemerintah,” kata Sultan Sepuh XV Keraton Kasepuhan Cirebon Pangeran Raja Adipati (PRA) Luqman Zulkaedin.
Sebelumnya, Wali Kota Cirebon Nashrudin Azis menerbitkan surat rekomendasi bernomor 450/1381-Adm.Pem.Um terkait pelaksanaan Maulid Nabi Muhammad SAW 1442 Hijriah. Surat itu melarang pasar muludan di keraton dan meminta keraton menggelar tradisi muludan terbatas secara internal.
Dalam peringatan Maulid kali ini, Sultan Luqman mengajak masyarakat meneladani sifat Nabi Muhammad SAW yang telah diajarkan Sunan Gunung Jati. Menurut dia, Nabi memerintahkan umatnya untuk selalu sabar menghadapi cobaan, termasuk dalam pandemi Covid-19.
”Kita harus sabar, tawakal, kepada Allah SWT dengan berupaya memperbaiki keadaan. Semoga kita semua diberikan keberkahan,” katanya.
Di Keraton Kanoman, tradisi panjang jimat juga digelar terbatas dengan protokol kesehatan. Tidak ada pasar malam dan jumlah undangan dibatasi. Hanya kalangan internal keraton dan beberapa warga yang hadir.
”Perwakilan desa yang bisa hadir maksimal lima orang saja. Biasanya ada 100 orang yang ikut. Kami manut terhadap pemerintah. Inti dari tradisi ini, kan, berdoa,” ujar juru bicara Keraton Kanoman, Ratu Raja Arimbi Nurtina.