Klub berharap PSSI bisa lebih tegas dalam menentukan nasib kompetisi. Rencana terbaru untuk memulai kompetisi pada awal tahun 2021 masih menimbulkan banyak pertanyaan.
Oleh
DOMINICUS HERPIN DEWANTO PUTRO, MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — PSSI telah mengambil keputusan untuk menunda kompetisi Liga 1, Liga 2, dan Liga 3 pada tahun ini. Seluruh kompetisi direncanakan dimulai lagi pada awal 2021. Bagi klub, keputusan ini tetap menjadi sebuah ketidakpastian yang membuat mereka sulit menentukan langkah.
Keputusan tersebut diambil secara aklamasi oleh Komite Eksekutif (Exco) PSSI, Rabu (28/10/2020). ”PSSI akan memberikan kewenangan kepada PT Liga Indonesia Baru (PT LIB) selaku operator kompetisi Liga 1 dan 2 untuk mencari formula, format, dan sistem kompetisi terhadap keputusan PSSI tersebut,” kata pelaksana tugas Sekretaris Jenderal PSSI Yunus Nusi, dilansir PSSI, Kamis (29/10/2020).
Pada awalnya, PSSI gagal melanjutkan kompetisi pada 1 Oktober lalu karena tidak mendapat izin dari kepolisian RI. Izin tetap tidak diterbitkan ketika PSSI dan klub bersepakat untuk melanjutkan kompetisi pada 1 November melalui rapat luar biasa yang dihadiri perwakilan 18 klub di Yogyakarta, Selasa (13/10/2020).
Berdasarkan kesulitan mengenai izin tersebut, akhirnya muncul keputusan untuk memulai kompetisi pada awal tahun depan. Masalahnya, itu bukan keputusan yang tegas dan jelas bagi klub. ”Klub maunya status kompetisi jelas dulu setelah kami enam bulan terombang-ambing dalam ketidakpastian,” kata Manajer Persebaya Candra Wahyudi ketika dihubungi pada Kamis kemarin.
Menurut Candra, keputusan terbaru masih membingungkan karena belum jelas apakah kompetisi tahun 2020 dibatalkan atau ditunda. Jika dibatalkan, kompetisi pada awal tahun depan dapat diartikan sebagai kompetisi musim yang baru. Persoalan berikutnya adalah mengenai kapan tepatnya kompetisi tersebut akan digulirkan.
Situasi saat ini sebetulnya lebih buruk dibandingkan situasi pada Agustus lalu. Sekarang, kami benar-benar tidak tahu pada tanggal berapa kompetisi akan berjalan lagi.
”Situasi saat ini sebetulnya lebih buruk dibandingkan dengan situasi pada Agustus lalu. Sekarang, kami benar-benar tidak tahu pada tanggal berapa kompetisi akan berjalan lagi,” kata Candra. Pada Agustus lalu, klub sudah tahu liga akan bergulir pada 1 Oktober 2020 sehingga mereka bisa menyiapkan diri.
Ketidakpastian membuat beberapa klub dari luar Pulau Jawa yang sudah berlatih di markas-markas sementara di Pulau Jawa terpaksa pulang. Salah satunya PSM Makassar yang memutuskan pulang setelah tiga pekan bertahan di Yogyakarta yang menjadi markas sementara ketika liga dilanjutkan. ”Kami juga baru bisa bersikap (terhadap putusan terbaru PSSI) apabila sudah ada pemberitahuan resminya,” kata media officer PSM Makassar, Sulaiman Abdul Karim.
Sebagian besar klub juga sudah meliburkan para pemainnya sambil menunggu kepastian. ”Terus terang, kami juga memutar otak dengan keras untuk menjaga operasionalisasi klub terus berjalan. Namun, kalau terus-menerus kondisi tidak jelas seperti ini, ya, kami memutuskan untuk meliburkan tim dulu,” ujar Manajer Persita Tanggerang I Nyoman Suryanthara, dilansir laman klub.
Melalui pesan singkat
Keputusan Exco PSSI pada Rabu kemarin tidak dihasilkan melalui rapat secara virtual seperti biasanya. Menurut informasi yang diterima Kompas, Yunus Nusi mengirimkan pesan singkat melalui Whatsapp kepada 14 anggota Exco PSSI, yang terdiri dari 12 anggota serta dua wakil ketua umum PSSI.
Dalam pesan itu tertulis, terdapat tiga alasan yang membuat Kepolisian Negara RI belum memberikan izin keramaian untuk penyelenggaraan Liga 1 dan Liga 2 pada tahun ini. Ketiga alasan itu ialah pandemi Covid-19, Pilkada 2020, serta demonstrasi yang diperkirakan bergulir hingga November 2020.
”Dengan demikian, kami mohon persetujuan SETUJU/TIDAK SETUJU. Apakah lanjutan kompetisi Liga 1, 2, dan 3 2020 kita hentikan dan akan dimulai pada awal tahun 2021?” tulis pesan yang dikirimkan kepada semua anggota Exco PSSI, Rabu (28/10/2020).
Dari hasil voting itu, 12 orang setuju liga dihentikan, 1 orang abstain, dan 1 orang tidak memberikan jawaban hingga batas waktu 29 Oktober pukul 00.00 WIB.
Ketika dikonfirmasi, salah satu anggota Exco PSSI, Hasani Abdulgani, membenarkan jajak pendapat terkait kelanjutan liga hanya dilakukan melalui pesan yang diterima setiap anggota Exco PSSI. Ia pun mengakui dirinya merupakan satu-satunya anggota yang memilih abstain.
Menurut Hasani, keputusan abstain itu ia pilih karena tidak setuju dengan skema pengumpulan suara yang dilakukan PSSI untuk menentukan nasib kompetisi. Hasani menyatakan, dirinya berharap rapat dilakukan secara tatap muka secara virtual agar ada tukar pendapat yang dilakukan semua anggota Exco PSSI.
”Mengurus sepak bola itu seperti mengurus bisnis yang harus penuh dengan kepastian. Saya mendukung hasil keputusan Exco PSSI yang sah secara hukum sebagai keputusan organisasi, tetapi keputusan itu bersifat mengambang karena tidak memberikan kejelasan terkait nasib kompetisi ke depannya, padahal hal itu yang ditunggu oleh para klub dan pemain,” kata Hasani yang dihubungi dari Jakarta, Kamis (29/10/2020) malam.