Menangkis Rugi, Mitra Berlindung dengan Perisai Aplikator
›
Menangkis Rugi, Mitra...
Iklan
Menangkis Rugi, Mitra Berlindung dengan Perisai Aplikator
Pemesanan fiktif dapat merugikan pengemudi ojek daring. Perusahaan aplikasi angkutan dalam jaringan mesti melindungi para pengemudi melalui teknologi yang mereka sediakan.
Oleh
M Paschalia Judith J
·3 menit baca
Bukan hanya pelanggan, mitra pengemudi layanan transportasi dalam jaringan (online) membutuhkan perlindungan dari kerugian, khususnya akibat pemesanan fiktif. Perisai itu mau tidak mau bertumpu pada perusahaan penyedia jasa atau aplikator.
Menurut Ketua Presidium Nasional Gabungan Aksi Roda Dua (Garda) Indonesia Igun Wicaksono, pemesanan fiktif berkaitan dengan pelanggan yang tak ditemukan. Padahal, pemesan sudah disambangi oleh mitra pengemudi. Kasus ini bukan hanya untuk jasa angkut dengan motor ataupun mobil, melainkan juga pengantaran makanan dan barang.
”Perusahaan aplikasi harus melindungi mitra pengemudi melalui teknologinya yang terus-menerus dikembangkan sesuai dengan kebutuhan di lapangan,” katanya saat dihubungi, Senin (26/10/2020).
Mitra pengemudi memerlukan perlindungan itu lantaran pemesanan fiktif dapat mengganggu kinerja dan kondisi psikologis mereka. Apabila mitra tak dapat menyelesaikan pemesanan yang ternyata fiktif, mereka terancam terkena sanksi, dari penangguhan hingga pemutusan kemitraan.
Pemesanan fiktif biasanya menggunakan pembayaran tunai. Ketika pengemudi menyetujui pemesanan, saldonya terpotong sekitar 20 persen sebagai bentuk bagi hasil dengan aplikator. Artinya, pemesanan fiktif turut menggerus pendapatan mitra pengemudi.
Berdasarkan risiko-risiko kerugian yang menghantui mitra pengemudi akibat pemesanan fiktif, teknologi Gojek SHIELD dimuktahirkan pada pertengahan Oktober 2020.
Head of Driver Operations - Trust & Safety Gojek Kelvin Timotius menyatakan, peningkatan fitur dalam teknologi Gojek SHIELD bertujuan menjawab kebutuhan mitra pengemudi. Pemutakhiran ini dapat mendeteksi serta menindak berbagai tindakan curang yang merugikan mitra, seperti pemesanan fiktif dan penggunaan perangkat ilegal.
Fitur baru yang lahir dari pemutakhiran tersebut bernama Lapor Ofik (Order Fiktif) Gak Pake Lama. Dengan fitur ini, mitra pengemudi dapat melaporkan pemesanan fiktif langsung dari aplikasi pengendara tanpa harus menelepon pusat panggilan.
Selama kurang dari dua menit setelah pelaporan, sistem akan membatalkan pemesanan yang terindikasi fiktif secara fiktif karena adanya teknologi pembelajaran mesin dan kecerdasan buatan.
Selain itu, pemutakhiran turut melibatkan teknologi yang mendeteksi perangkat ilegal secara otomatis dan menindaknya. Contoh perangkat ilegal ialah Fake GPS dan Mod App. Jika terdeteksi sistem, pengguna perangkat ilegal akan dikenakan sanksi secara bertahap.
Verifikasi wajah
Sebelumnya, teknologi Gojek SHIELD telah dilengkapi fitur bernama Verifikasi Muka yang sarat dengan teknologi pengenalan wajah (face recognition) pada aplikasi mitra pengemudi dengan swafoto. Fitur ini untuk verifikasi identitas mitra pengendara sebelum menerima pesanan pelanggan, baik ketika pertama kali masuk ke aplikasi maupun secara acak saat mengaktifkan aplikasi.
Menurut Irwanto, mitra pengemudi Gojek di Jakarta, fitur ini dapat menghindarkannya dari oknum-oknum yang berusaha membajak akun mitra pengendara. Selain itu, kepercayaan pelanggan pun akan meningkat karena wajah pengemudi yang menghampiri akan sama dengan foto yang tertera di aplikasi pemesanan.
Chief of Operations Officer Gojek Hans Patuwo mengatakan, fitur Verifikasi Muka dapat menjamin kesesuaian data dan informasi sekaligus melindungi keamanan akun mitra pengendara dari potensi tindak kejahatan atau penyalahgunaan akun. Oleh sebab itu, fitur ini dinilai sangat krusial bagi keamanan ekosistem Gojek secara keseluruhan.
Segala pengembangan teknologi dan fitur pada Gojek SHIELD hingga saat ini bertujuan mencegah risiko keamanan, baik di sisi mitra pengendara maupun konsumen. Sistem ini juga diharapkan dapat membantu pihak berwajib mengungkap keberadaan sindikat kriminal pembuat aplikasi ilegal.
Dalam pentas angkutan daring kerap kali mitra pengemudi menjadi lakon yang tak berprivilese dalam menghadapi ancaman risiko. Padahal, mereka merupakan aktor utama. Teknologi mesti hadir agar mereka dapat berdaya dalam bekerja dan menopang roda bisnis perusahaan penyedia jasa.