Enggan Bepergian, tetapi Kangen Kuliner Nusantara, ”Jastip Aja”
›
Enggan Bepergian, tetapi...
Iklan
Enggan Bepergian, tetapi Kangen Kuliner Nusantara, ”Jastip Aja”
Banyak warga yang memutuskan tetap berada di rumah selama periode libur panjang ini, baik karena pilihan, atau keadaan. Beberapa di antaranya mendapatkan kenikmatan liburan yang berbeda melalui jasa titip oleh-oleh.
Oleh
FAJAR RAMADHAN
·4 menit baca
Leonnie Saraswati (29) seharusnya sudah berkumpul dengan keluarga besarnya di Jepara, Jawa Tengah, sejak Rabu (28/10/2020). Namun, rencana yang sudah disusun selama berminggu-minggu itu harus kandas setelah suaminya diminta bekerja lembur oleh perusahaannya.
Padahal, Leonnie sudah meminta mamanya untuk membuatkan sup kacang merah kesukaannya. ”Udahbayangin masakan rumah. Eh, tau-tau enggak jadi pulang. Akhirnya minta dikirimin saja dari sana,” ujarnya saat dihubungi dari Jakarta, Jumat (30/10/2020).
Tak hanya masakan buatan mamanya, Leonnie juga sudah membayangkan akan membeli oleh-oleh selama di perjalanan. Biasanya, dari Jepara, Leonnie dan suami kerap mampir sejenak ke Semarang untuk membeli oleh-oleh sebelum kembali ke Bekasi.
Bahkan, Leonnie juga kerap menawarkan jasa titip (jastip) oleh-oleh tersebut kepada teman-teman kantornya. Makanan yang ditawarkan biasanya bandeng presto atau kue mochi karena cukup tahan lama. ”Memang, setiap keluar kota, biasanya sekalian iseng jastip. Entah liburan, atau urusan yang lain,” katanya.
Kini, kondisinya justru berbalik. Selama di rumah, giliran Leonnie yang memanfaatkan tawaran jastip dari teman-temannya lewat lini masa di media sosial. Kebetulan, saat ini banyak teman-temannya yang sedang berlibur ke sejumlah kota.
Terhitung sejak tiga hari ini, Leonnie sudah mengiyakan tawaran jastip dua temannya yang berbeda. Oleh-oleh yang ia titipkan ialah bakpia dan bollen. Kebetulan, kedua temannya itu sedang berlibur ke Yogyakarta dan Bandung saat ini.
Meski tidak mengurangi rasa bosannya selama berada di rumah, tawaran jastip ini sedikit mengobati kekecewaan Leonnie yang gagal pulang kampung. ”Lumayan sih, walaupun enggak puas-puas banget. Kayak seneng di awal gitu aja, tetapi tetap ajabosen di rumah,” ungkapnya.
Untuk sekali jastip, Leonnie harus merogoh kocek sebesar Rp 10.000 sebagai tarifnya. Untuk teman-teman dekat, tarif yang dipatok hanya Rp 5.000. Nominal tersebut sama dengan tarif yang ia kenakan saat menawarkan jastip kepada teman-temannya.
Satu hari yang lalu, Nanda (27) baru pulang berlibur dari Bandung. Selama di sana, ia juga turut menawarkan jastip kepada teman-temannya. Namun, ia sama sekali tidak memasang tarif untuk tawaran jastip ini.
Untuk sekali jastip, Leonnie harus merogoh kocek sebesar Rp 10.000 sebagai tarifnya. Untuk teman-teman dekat, tarif yang dipatok hanya Rp 5.000.
Karyawan swasta asal Jakarta Pusat ini hanya ingin membantu teman-temannya yang kebetulan tidak dapat bepergian selama masa libur panjang ini. Kebanyakan dari mereka masih disibukkan dengan urusan pekerjaan kantor.
”Kebetulan juga perginya naik mobil sama teman-teman. Jadi, enggak begitu repot kalau bawa barang banyak. Kemarin pada nitip dodol sama bollen. Cuma dua orang,” ujarnya.
Sepi
Bagi para pegiat jastip, libur panjang pekan ini rupanya membuat pesanan jastip mereka menurun. Seperti yang dialami oleh Lala (24), pemilik akun Instagram @jastipmakanan.kudus129 yang sudah dua tahun ini menggeluti usaha jastip.
Lala merupakan warga Kudus, Jawa Tengah, yang bekerja sebagai karyawan swasta di Semarang. Pada akhir pekan, biasanya ia membuka jastip produk-produk Semarang bagi pelanggannya yang tinggal di Kudus dan sekitarnya.
Pekan ini, permintaan pelanggan cenderung menurun. Ia menduga para pelanggannya lebih memilih berlibur secara langsung ketimbang titip oleh-oleh kepadanya. ”Sepi, enggak kayak biasanya. Kayaknya karena memilih pergi (liburan) sendiri,” katanya.
Saat ini, Lala sudah membuka jastip jajanan di kawasan Semarang untuk hari Minggu (1/11/2020). Hingga kini, baru ada lima orang yang berminat. Padahal, Lala biasanya dapat menerima pesanan dari 45 orang. ”Target saya kebanyakan mahasiswa. Jadi, kebanyakan nitipnya makanan-makanan kekinian yang dijual di mal-mal,” ujarnya.
Selama pandemi Covid-19, permintaan jastip yang diterima Lala sempat melonjak. Setelah pemerintah mengumumkan new normal, misalnya, permintaan jastipnya bahkan naik tiga kali lipat.
”Biasanya, saya pulang seminggu sekali. Saat new normal itu, saya bisa pulang ke Kudus setiap hari karena pesanan masuk terus. Karena saya, kan, bawa motor, jadi maksimal cuma bisa bawa tiga kardus besar,” ujarnya.
Sementara itu, Stella Prita (29), karyawan swasta asal Jakarta Timur, absen membuka jastip pada libur panjang kali ini. Padahal, sebelumnya, ia tergolong rajin menawarkan jastip saat pergi ke luar kota atau luar negeri.
”Sebelum pandemi sempat nawarin jastip pas lagi ke Kupang dan Thailand. Kalau pas pandemi, paling makanan Semarang sama bawang goreng Brebes,” ungkapnya.
Kebetulan pada libur panjang ini, Stella berada di rumah. Ia menghindari bepergian karena khawatir dengan keramaian. Selain itu, ia ingin bersantai di rumah setelah sebelumnya sibuk dengan pekerjaan kantor dan mengurus anak.
Meski begitu, Senin (2/11/2020), Stella akan kembali membuka jastip. Namun, kali ini bukan jastip oleh-oleh asli dari daerah. Jastip yang ia tawarkan adalah masakan khas Semarang racikannya sendiri, seperti babat gongso, lumpia, atau tahu bakso.
”Kalau sekarang, kan, kebanyakan udah pada pergi. Nah, habis itu kemungkinan banyak yang karantina, kan. Baru deh aku masuk di situ,” ungkapnya.