Perancis dan Jerman Berlakukan Kembali Karantina Wilayah
›
Perancis dan Jerman Berlakukan...
Iklan
Perancis dan Jerman Berlakukan Kembali Karantina Wilayah
Eropa kini menghadapi gelombang kedua infeksi Covid-19. Sejumlah negara di benua biru itu sudah dan akan memberlakukan kembali pembatasan atau karantina wilayah.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·3 menit baca
PARIS, KAMIS — Perancis dan Jerman kembali memberlakukan karantina wilayah menyusul melonjaknya kasus Covid-19. Sejumlah tempat umum seperti bar dan restoran bersiap tutup, Kamis (29/10/2020).
Setelah pelonggaran yang signifikan saat musim panas di Eropa, kasus Covid-19 kini meningkat kembali sehingga mendorong para pemimpin Eropa untuk kembali memberlakukan karantina wilayah seperti dilakukan saat gelombang pertama beberapa bulan lalu.
Presiden Perancis Emmanuel Macron mengatakan, Perancis melarang warganya keluar rumah tanpa izin, bar dan restoran akan ditutup hingga setidaknya Desember serta perjalanan antarkawasan akan dibatasi mulai Jumat (30/10/2020).
”Seperti di tempat lain di Eropa, kami kewalahan oleh gelombang kedua Covid-19 yang kemungkinan akan lebih sulit dan mematikan dibandingkan gelombang pertama,” kata Macron meski ia juga memastikan bahwa karantina wilayah kali ini tidak akan seketat seperti pada gelombang pertama.
Pabrik-pabrik dan sejumlah gedung, termasuk tempat penitipan anak dan sekolah, akan tetap buka dengan menerapkan protokol kesehatan, seperti anak usia enam tahun ke atas wajib memakai masker.
Di Jerman, Kanselir Angela Merkel telah memerintahkan karantina wilayah yang lebih ringan mulai Senin (2/11/2020) hingga akhir November. Dalam kondisi itu masa inap hotel dibatasi dan olahraga profesional seperti Bundesliga digelar tertutup.
Merkel juga memperingatkan ancaman ”kebohongan dan disinformasi, konsporasi, juga kebencian” yang menghambat upaya global melawan pandemi Covid-19. Seperti juga terjadi di negara lain di dunia, Jerman menghadapi protes dari kelompok yang skeptis terhadap Covid-19 yang beberapa di antaranya pecah menjadi bentrokan.
Negara Eropa lain, selain Perancis dan Jerman, juga memperketat aktivitas warganya. Irlandia, misalnya, memberlakukan pembatasan minggu lalu, sedangkan Italia dan Spanyol memberlakukan jam malam dan pembatasan perjalanan.
Meskipun kasus Covid-19 dan kasus meninggal akibat Covid-19 meningkat, Inggris tetap bersikeras dengan pendekatan pembatasan skala lokalnya, bukan skala nasional.
Menteri Perumahan, Komunitas, dan Pemerintahan Lokal Inggris Robert Jenrick mengakui data statistik yang menunjukkan Inggris sebagai ”tempat yang buruk” dengan hampir 25.000 kasus Covid-19 tercatat hingga Rabu (28/10/2020).
Akan tetapi, para menteri tetap yakin bahwa pendekatan pembatasan lokal merupakan ”cara terbaik” mengingat laju infeksi yang berbeda-beda di setiap wilayah.
Sementara itu, menurut sumber di Eropa, para pemimpin Uni Eropa mengadakan pertemuan puncak virtual membahas krisis Covid-19 untuk meningkatkan koordinasi di kawasan. Salah satu kekhawatiran negara-negara UE adalah keletihan dan kemarahan publik akibat konsekuensi karantina wilayah dari sisi ekonomi, sosial, dan psikologi.
”Ini bencana karena saya tidak bisa berada di rumah, ini sulit dan saya harus tetap bekerja,” kata seorang ahli kecantikan di Paris, Irina.
Ratusan ribu kasus baru harian Covid-19 muncul akhir-akhir ini sehingga total kasus global melampaui 44 juta dengan hampir 1,2 juta di antaranya meninggal dunia. India dengan total kasus lebih dari 8 juta menjadi negara kedua dengan kasus Covid-19 terbanyak di dunia. Banyak pihak yang khawatir jumlah itu semakin bertambah seiring dengan festival keagamaan Diwali yang tidak lama lagi dirayakan di negara Asia Selatan itu.
Risiko kesehatan dan kesulitan ekonomi mengubah kehidupan sehari-hari penduduk dunia, mulai dari sekolah jarak jauh secara virtual hingga bekerja dari rumah.
Amerika Serikat masih menjadi negara dengan jumlah kasus Covid-19 dan kasus meninggal akibat Covid-19 terbanyak di dunia. Seperti halnya Eropa, AS juga menghadapi lonjakan puluhan ribu kasus baru setiap hari sehingga dikhawatirkan rumah sakit akan kewalahan menampung pasien. (AFP)