Saat menerima kunjungan Menteri Luar Negeri AS Michael Pompeo, Presiden Joko Widodo menginginkan Amerika Serikat memahami negara-negara berpenduduk mayoritas Muslim dan komitmen AS dalam kerja sama dengan Indonesia.
Oleh
Kris Mada dan Nina Susilo
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Presiden Joko Widodo menginginkan Amerika Serikat memahami negara-negara berpenduduk mayoritas Muslim. Presiden juga ingin AS menunjukkan bukti atas komitmen kerja sama dengan Indonesia.
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan, Presiden Jokowi menyampaikan keinginan itu kala menerima Menteri Luar Negeri AS Michael Richard Pompeo, Kamis (29/10/2020), di Istana Bogor. ”Presiden menginginkan Amerika Serikat memahami kepentingan negara-negara Muslim,” ujar Retno.
Sebelumnya, dalam pertemuan antara Retno dan Pompeo, Retno membahas isu Palestina. ”Saya menyampaikan bahwa masalah ini sangat dekat dengan perasaan masyarakat Indonesia. Saya menegaskan posisi Indonesia pada masalah itu, termasuk prinsip Solusi Dua Negara,” ujarnya.
Mereka membahas sejumlah isu dalam pertemuan hampir satu jam di kompleks Kemenlu RI di Jakarta itu. Isu Palestina menjadi salah satu agenda politik luar negeri Indonesia.
Pompeo pun memanfaatkan lawatan ke Indonesia untuk menjelaskan pandangan AS soal perdamaian di Timur Tengah. Dalam acara yang digelar Gerakan Pemuda Ansor, Pompeo menyebutkan, AS ingin mendorong Palestina kembali ke meja perundingan. Kesepakatan Ibrahim yang ditandatangani Uni Emirat Arab-Bahrain dengan Israel merupakan bagian dari upaya itu.
”Visi Presiden Trump dan Perjanjian Ibrahim meletakkan dasar negara Palestina. Untuk meningkatkan taraf hidup seluruh warga di Timur Tengah dan tentu saja warga Palestina di Gaza dan Tepi Barat,” ujarnya.
Lewat Perjanjian Ibrahim, negara-negara Arab mengakui hak hidup Israel. ”Kami berharap Palestina juga berpendapat demikian. Presiden Trump ingin mendorong Palestina berunding untuk mencapai hasil terbaik bagi warga Palestina. Kami berpegang pada Solusi Dua Negara, menawarkan program ekonomi,” tutur Pompeo.
Kepentingan Indonesia
Presiden Jokowi juga membahas kepentingan Indonesia. ”Presiden menekankan ingin melihat kerja sama ekonomi kedua negara meningkat di masa datang. Termasuk tentunya perpanjangan GSP facilities kepada Indonesia,” kata Retno.
Ia merujuk pada generalized system preference (GSP), yaitu fasilitas keringanan bea masuk impor yang lazimnya disediakan negara maju untuk negara berkembang. Karena status Indonesia sudah naik dari berkembang ke tahap awal maju, fasilitas itu rawan dicabut. Fasilitas ini membuat harga produk suatu negara lebih terjangkau sehingga daya saingnya terjaga.
Retno mengajak pula para pengusaha AS untuk menambah investasi di Indonesia. Ia menyinggung pentingnya kerja sama Jakarta-Washington dalam pemulihan perekonomian yang terdampak Covid-19.
Terkait dengan isu ekonomi, Pompeo menyebut reformasi di Indonesia sangat membantu untuk menarik pengusaha AS mau berbisnis. Ia berharap Indonesia terus mendorong transparansi dan pemberantasan korupsi.
Kepada Presiden, menurut Retno, Pompeo menyampaikan komitmen AS untuk melanjutkan kemitraan strategis. Indonesia dinilai memainkan peran khusus di kawasan. ”Indonesia jangkar di kawasan. Karena itu, Amerika Serikat ingin menjalin hubungan baik dengan Indonesia,” ujarnya.
Di sisi lain, Presiden berharap AS semakin memahami Asia Tenggara. Bersama bangsa-bangsa di Asia Tenggara, AS diharapkan ikut menjaga kedamaian dan memajukan kesejahteraan kawasan.