Pelipur Rindu Berwisata
Kebutuhan akan rekreasi, terutama ke luar negeri, terhalang saat pandemi. Beberapa penyedia jasa wisata kemudian menawarkan beberapa paket wisata untuk mengobati kerinduan akan bepergian.
Pandemi telah membuat frustrasi. Bepergian keluar rumah dibatasi sehingga praktis aktivitas sehari-hari hanya berputar-putar di dalam rumah yang luasnya sekian meter persegi. Terisolasi satu dua hari mungkin masih ditoleransi. Tapi jika berbulan-bulan lamanya, jenuh dan perasaan negatif menghinggapi.
Tak heran akhirnya ketika pembatasan sosial dilonggarkan, orang-orang berbondong-bondong pergi berwisata mengabaikan rekomendasi para ahli untuk tetap berada di rumah.
Karena berwisata ke luar negeri masih dibatasi, daerah tujuan wisata lokal pun ramai pengunjung. Dengan luas mencapai 5,1 juta kilometer persegi, penduduk Indonesia bisa pergi ke mana saja dari Sabang sampai Merauke.
Tapi bagaimana dengan penduduk Singapura yang tinggal di negara yang luasnya tak sampai 1 juta meter persegi?
Bagi banyak orang, konektivitas Singapura memang luar biasa. Tapi, ketika perjalanan ke luar negeri dibatasi untuk mengendalikan pandemi, tak ada lagi opsi berlibur ke resor di Malaysia atau Bali saat akhir pekan.
Dengan jarak dari ujung timur ke barat hanya 50 kilometer dan ujung utara ke selatan hanya 27 kilometer, Singapura lebih kecil dari Jakarta. Dengan berkendara selama 30 menit saja, kita sudah bisa sampai di perbatasan Malaysia atau Laut China Selatan.
Pelonggaran pembatasan sosial sebagian di Singapura pada pertengahan Juni lalu melegakan warganya. Tapi, selain untuk perjalanan bisnis ke beberapa negara, visa kunjungan wisata masih dilarang.
Baca juga : Singapura Kembali Buka Perbatasan untuk Indonesia
Ketika pekan lalu gelembung wisata antara Singapura dan Hong Kong diumumkan, harga tiket pesawat langsung meroket dan banyak orang sudah memesan meski kapan koridor itu dimulai belum jelas.
Namun, situasi sekarang tak terlalu jadi masalah bagi penduduk berada. Sejumlah orang kaya atau ekspatriat di Singapura bisa menyewa pesawat jet pribadi atau kapal pesiar mewah untuk meringankan cabin fever yang mereka alami, istilah untuk menggambarkan berbagai perasaan negatif akibat terlalu lama terisolasi di dalam rumah atau tempat tertentu.
Sergey Tkachev, misalnya, memilih berlayar. Pebisnis asal Rusia itu menyewa kapal pesiar (yacht) dari White Label Charters untuk berlayar ke pulau-pulau di Selatan Singapura sambil tetap berhati-hati untuk tidak memasuki perairan internasional. Selama pandemi berlangsung, ia telah empat kali berlayar dengan kapal pesiar sewaan.
”Sungguh stres tidak bisa bepergian,” ujar Tkachev yang sudah tinggal di Singapura selama 12 tahun seperti dilaporkan South China Morning Post, 26 Oktober 2020. ”Orang yang punya uang biasanya jalan-jalan setiap bulan, tapi sekarang tidak bisa. Ini menyedihkan.”
Menurut Sylvia Ng, Manajer Senior di One Degree 15 Luxury Yachting yang memiliki 42 kapal pesiar, sejak sejumlah ketentuan dalam pembatasan sosial dicabut, permintaan penyewaan kapal pesiar naik 20 persen.
Mayoritas pemilik kapal pesiar menawarkan paket berlayar 4-5 jam plus menginap dalam beberapa kasus. Mereka juga menyediakan berbagai permainan air seperti papan dayung (paddle board) dan kayak. Jetski, koki pribadi, dan staf juga tersedia dengan tambahan biaya.
Baca juga : Menanti Premiere di Kapal Pesiar
Pilihan lain selain kapal pesiar adalah pesawat jet. Air Charter Service melaporkan peningkatan permintaan sewa pesawat jet tiga kali lipat keluar dan masuk Singapura antara Maret dan Agustus 2020 dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
CEO Air Charter Service Brendan Toomey mengatakan, bisnisnya bagus sehingga ia meluncurkan paket ”penerbangan tanpa tujuan (flight to nowhere) dari Bandara Seletar. Bagi mereka yang mampu, Air Charter juga menawarkan opsi sewa pesawat jet 2 jam komplet dengan tiga menu makanan dan sampanye di ketinggian 30.000 kaki tanpa karantina.
Paket serupa ditawarkan juga oleh Singapore Tourism Board yang bekerja sama dengan dua operator kapal pesiar, yaitu Genting Cruise Lines dan Royal Caribbean International, pada November dan Desember mendatang. Berbeda dari rute perjalanan kapal pesiar pada umumnya, dua kapal pesiar dari dua operator itu akan berangkat, berlayar di perairan Singapura, dan kembali ke pelabuhan yang sama tempat mereka berangkat.
Kapal pesiar itu menerapkan protokol kesehatan yang ketat dan hanya memuat 50 persen kapasitasnya. Hanya warga Singapura yang boleh membeli paket perjalanan ini. Penumpang harus menunjukkan hasil tes negatif Covid-19 sebelum naik kapal dan wajib memakai masker selama di kapal, kecuali ketika berada di dalam kamar.
Setiap kru kapal harus menjalani karantina 14 hari sebelum kapal berangkat berlayar. Kapal pesiar juga menerapkan sistem sirkulasi udara sedemikian rupa untuk menekan risiko penyebaran virus korona.
Baca juga : Singapura Hidupkan Kembali Industri MICE secara Bertahap
”Program ini merupakan kesempatan berharga bagi operator kapal pesiar untuk menghadirkan kembali pengalaman berpesiar untuk memulihkan kepercayaan penumpang,” kata CEO Singapore Tourism Board Keith Tan seperti dikutip CNN, 8 Oktober 2020.
Paket ”penerbangan tanpa tujuan” ditawarkan juga oleh maskapai Qantas di Australia. Paket yang terjual habis hanya dalam 10 menit ini meliputi terbang selama tujuh jam berkeliling dari Queensland, Gold Coast, New South Wales. ”Ini mungkin penjualan tiket tercepat dalam sejarah Qantas,” kata CEO Qantas Alan Joyce seperti dikutip CNN 18 September 2020.
Warga Singapura termasuk yang sering bepergian. Mereka menghabiskan lebih dari 25 miliar dollar AS untuk jalan ke luar negeri di tahun 2018. Jumlah ini dua kali lipat dari pengeluaran warga Denmark untuk wisata internasional di tahun yang sama.
Pengobat rindu perjalanan bagi sebagian warga Singapura lainnya adalah dengan merasakan apa pun yang mengingatkan pada travelling. Singapore Airlines mengubah pesawat superjumbo A380 dua tingkatnya menjadi restoran selama dua minggu di akhir Oktober hingga awal November 2020. Tiket untuk bersantap di restoran dadakan itu habis dipesan dalam 30 menit. Beberapa konsumen bahkan membayar hingga 440 dollar AS saat memesan di awal.
Baca juga : Belum Bisa Pesan Tiket Terbang, Pesan Makan Siangnya Dulu
Sementara Bandara Internasional Changi, yang merupakan salah satu bandara terbaik dunia, tetap buka meski hanya sedikit penerbangan tersedia. Pengunjung bisa berbelanja dan makan di pusat perbelanjaan Jewel.
Bagi sebagian orang, berwisata telah menjadi kebutuhan yang tak terelakkan di tengah kesibukan bekerja. Aktivitas wisata yang terhalang oleh pandemi lalu menghadirkan kreasi baru menikmati wisata dengan cara baru.