Pelonggaran Perbatasan Singapura Belum Berpengaruh untuk Perekonomian Kepri
›
Pelonggaran Perbatasan...
Iklan
Pelonggaran Perbatasan Singapura Belum Berpengaruh untuk Perekonomian Kepri
Dibukanya kembali perbatasan dengan Singapura belum berdampak terhadap perekonomian Kepri. Pengusaha dari dalam maupun luar negeri masih ragu melakukan perjalanan bisnis lintas negara karena pandemi belum melandai.
Oleh
PANDU WIYOGA
·2 menit baca
BATAM, KOMPAS — Dibukanya kembali perbatasan dengan Singapura belum berpengaruh positif terhadap perekonomian Kepulauan Riau. Pengusaha dari dalam maupun luar negeri masih ragu melakukan perjalanan bisnis lintas negara karena kasus Covid-19 belum melandai.
Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Batam Rafki Rasyid, Senin (9/11/2020), mengatakan, belum banyak pengusaha dari dalam maupun luar negeri yang memanfaatkan perjanjian koridor perjalan antara Indonesia dan Singapura itu. Selama 11 hari perjanjian itu berlaku, baru ada seorang pebisnis dari Singapura yang melawat ke Batam.
”Belum banyak pengusaha yang memahami teknis TCA (perjanjian koridor perjalanan) itu sehingga mereka menunda dulu perjalanannya. Selain itu, mungkin pengusaha asing juga masih takut ke Batam karena kasus Covid-19 belum melandai," kata Rafki.
Pada 12 Oktober lalu, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyatakan, mulai 26 Oktober, calon pelawat dari Indonesia dan Singapura mulai bisa kembali mengurus permohonan perjalanan. Diperkirakan, akhir Oktober atau awal November 2020, perjalanan Indonesia-Singapura sudah bisa mulai dilakukan.
Selain harus mengurus perizinan, perubahan lain dari perjalanan Indonesia-Singapura adalah pembatasan pintu masuk. Hanya pelabuhan Batam Center dan Bandara Soekarno-Hatta menjadi gerbang di Indonesia. Sementara di Singapura, gerbangnya adalah pelabuhan Tanah Merah dan Bandara Changi.
Sebelumnya, pejabat daerah di Kepri antusias menyambut perjanjian koridor perjalan antara Indonesia dan Singapura itu. Bahkan, pada 13 Oktober lalu, pejabat sementara Gubernur Kepri Bahtiar Baharruddin menginginkan agar pelabuhan internasional di Kabupaten Bintan juga diizinkan kembali menerima kedatangan orang asing.
Akan tetapi, rencana itu terkendala karena pandemi Covid-19 di Kepri tidak kunjung melandai. Hingga 9 November 2020, terdapat 4.260 kasus positif Covid-19. Sebanyak 3.201 kasus di antaranya ditemukan di Kota Batam yang kini menjadi episentrum pandemi Covid-19 di Kepri.
Selain harus mengurus perizinan, perubahan lain dari perjalanan Indonesia-Singapura adalah pembatasan pintu masuk
Pandemi Covid-19 yang berkepanjangan itu membuat perekonomian Kepri pada triwulan III-2020 tumbuh minus 5,81 persen. Sebelumnya, pada triwulan II-2020, perekonomian Kepri lebih terpuruk hingga minus 6,66 persen.
Sektor industri pengolahan, konstruksi, dan pariwisata berkontribusi 73 persen terhadap perekonomian Kepri. Pada triwulan III-2020, perekonomian Kepri masih ambruk karena sektor pariwisata lumpuh. Kepri merupakan provinsi dengan kunjungan wisatawan mancanegara terbanyak kedua setelah Bali.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah Kepri Musni Hardi K Atmaja mengatakan, perekonomian Kepri bisa segera pulih jika perjalanan wisata antarnegara kembali diizinkan. Namun, ia menyarankan hal itu dilakukan secara bertahap mengingat situasi pandemi yang belum mereda.
”Saat ini yang terpenting, pandemi harus dapat segera dikendalikan dulu agar kasus positif melandai atau kalau bisa menurun. Diharapkan, dengan begitu, perekonomian dapat terus berjalan,” ujar Musni.