Rahasia-rahasia Cantika
Setelah 9 tahun, Cantika tak lagi ingin menyimpan rahasia psoriasis itu. Dia tak ingin lagi menyembunyikan ”kekurangannya” dari mata publik dan ingin lebih banyak orang tahu tentang perjuangannya dengan psoriasis.
Di tengah segala daya upaya meraih mimpi di panggung musik Tanah Air, Cantika Abigail (27) harus berjuang menghadapi ”pertempuran” lain yang selama bertahun-tahun tak hanya mendera jasmani, tetapi juga menggerus emosinya. Toh, Cantika tetap tegak. Cintanya pada musik dan dunia tarik suara tak pernah terkalahkan.
Sembilan tahun lalu, karier Cantika di dunia tarik suara baru seumur jagung. Kala itu, perjalanan Cantika bersama kelompok vokal Gamaliel Audrey Cantika (GAC) sebagai pendatang baru relatif mulus. Kekuatan media sosial serta racikan vokal istimewa GAC ibarat mantra pembuka jalan GAC di dunia tarik suara Tanah Air. Nama mereka melesat cepat.
Tak dinyana, saat bintangnya tengah bersinar terang, kenyataan pahit menghadang langkah Cantika. Dia divonis menderita psoriasis, kondisi autoimun kronis yang menyebabkan penumpukan cepat sel-sel kulit seperti keputihan-perak dan berkembang dalam bercak merah tebal.
Bila sedang meradang, rasa gatal yang muncul tak tertahankan. Jejaknya di kulit, selain tak sedap dipandang mata, juga sulit disamarkan dengan riasan.
”Awalnya kena di kulit kepala, ada kulit kering, trus gatel banget kalau malam. Jadi aku garuk-garuk terus, sampai setiap bangun pagi, mandi, jadi perih karena kena sampo, luka,” tutur Cantika, Rabu (4/11/2020), di Jakarta.
Menurut dokter, bercak di kepalanya itu akibat alergi tungau. Namun, setelah sekian lama mengonsumsi obat, kondisinya tak kunjung membaik. Bahkan dari kulit kepala, bercak-bercak itu kemudian menyebar ke leher, belakang telinga, wajah, kaki, tangan, hingga ke seluruh tubuh.
”Akhirnya pas ke dokter kedua dibilang psoriasis. Aku enggak pernah dengar sebelumnya. Enggak ada riwayat psoriasis juga di keluarga,” tambah Cantika. Sejak itu dia rajin mencari informasi tentang psoriasis yang sebagai penyakit masih sangat awam.
Rabu siang itu, kami berjumpa di kawasan Senayan dengan protokol Covid-19. Cantika baru saja tampil menyanyi di sebuah acara pergelaran busana. Dia sekarang bersolo karier. Kulitnya kecoklatan karena belakangan kerap menghabiskan waktu berjemur di pantai-pantai di Bali. Dengan santai, dia menunjukkan jejak-jejak psoriasis di beberapa bagian tubuhnya yang justru terlihat makin kentara karena kulitnya makin gelap.
Setelah sembilan tahun, Cantika tak lagi ingin menyimpan rahasia psoriasis itu. Dia tak ingin lagi menyembunyikan ”kekurangannya” dari mata publik dan ingin lebih banyak orang tahu tentang perjuangannya dengan psoriasis.
Figur publik, menurut dia, juga manusia biasa yang juga punya ”perang” dan perjuangannya sendiri. Dia ingin merasa lebih terhubung dengan orang lain, sebagai sesama manusia.
Melalui salah satu akun media sosialnya, Cantika membagikan rahasianya. Dia memasang foto wajah ”telanjang” tanpa riasan yang terlihat penuh jejak psoriasis. Wajah polos itu terlihat sangat berbeda dengan apa yang selalu dilihat publik selama ini. Tak disangka, orang-orang justru merespons positif.
”Ternyata malah banyak banget yang datang balik ke aku, teman-teman yang kena psoriasis dan yang tidak, dengan struggle mereka masing-masing. Aku kayak merasa somehow bebanku untuk menutupi aku punya kekurangan ini malah terbagi ke semua orang. Jadi kayak ringan banget. Ini kayak terapi,” tutur Cantika.
Selalu tertutup
Sebelumnya, selama bertahun berjuang dengan psoriasis, di depan publik, Cantika selalu berusaha keras menutupi. Posisi sebagai figur publik yang seolah dituntut selalu sempurna membuat Cantika memilih merahasiakan kondisinya. Walaupun, riasan sebenarnya juga tak mampu menyamarkan jejaknya di kulit karena kondisinya yang jadi lebih kering.
”Tadinya pas awal banget enggak papa. Tapi semakin ketemu banyak orang dan ditanya, ih kenapa, seolah itu nular, jijik, kayak aku kotor, aku jadi males. Jadi aku milih pakai baju tertutup karena males nanggepin orang,” kata Cantika.
Meski begitu, Cantika tak selalu kuat. Psoriasis sempat membuat percaya dirinya runtuh. Dia juga merasa tertekan karena harus selalu mengenakan pakaian tertutup.
Saat berlibur ke Bali, misalnya, Cantika tak bisa bebas memakai celana pendek dan kaus oblong seperti orang lain. Liburan bagi Cantika adalah cara untuk merilis seluruh tekanan yang dirasakannya akibat psoriasis. Menjaga level stresnya di posisi aman.
”Penyakit ini trigger-nya kalau kurang istirahat dan stres. Nah, aku enggak bisa tahu kadar stres seperti apa yang bakal trigger itu. Jadi setiap kuliah, stres sama pelajaran atau stres apa pun itu, karena pekerjaan, misalnya, keluar lagi. Mau minum obat apa pun, kalau stres ya keluar lagi,” ujarnya.
Bila sedang muncul, Cantika bisa merasakan gatal luar biasa di tubuhnya sepanjang malam dan esoknya harus menderita karena banyak bagian tubuh yang terluka dan berdarah. Situasi itu tak mudah baginya.
Setiap kali, dia harus menekan perasaan sedih, marah, dan kecewa yang dia rasakan agar tak berlebihan, lantas membuatnya didera gatal berkepanjangan. Secara psikis, dia merasa lelah, juga jenuh.
”Aku minum obat sampai sekarang, tapi menurut dokter emang belum ada obat yang bisa menyembuhkan. Semua obat hanya untuk menenangkan,” kata Cantika. Sejak pandemi, Cantika belajar menyuntikkan obatnya sendiri ke bagian perut karena dokternya mengurangi pertemuan tatap muka dengan pasien.
Meski begitu, bertahun berjuang keras menghadapi psoriasis tak lantas membuatnya tenggelam. Seluruh tekanan yang menggerusnya secara fisik dan emosional itu tak pernah sampai menghentikannya melakukan hal yang dia cintai, menyanyi. Dunia tarik suara tetap jadi hasrat terbesarnya.
Cantika bersyukur, psoriasisnya tak menyerang persendian dan memicu penyakit yang lebih kronis. ”Sejauh ini semuanya masih terkontrol baik. Sekarang ini psoriasis aku kayak sedang tidur, jadi agak pudar,” kata Cantika.
Dia kini berjejaring dengan sesama penderita psoriasis dan tak lagi merasa sendirian. Dia juga merasa lebih santai menghadapi psoriasis. Lebih bisa menerima diri. Terus belajar dan bertumbuh.
Mengenal diri
Pilihan untuk lebih bisa menerima diri apa adanya membuat Cantika bak lahir kembali. Dia merayakan kelahirannya itu di videoklip singel terbarunya, ”Sign”, yang juga menampilkan salah satu personel RAN, Rayi. Di videoklip itu, Cantika tampil merdeka mengekspresikan dirinya yang selama ini ”terkungkung”.
”Di videoklip aku kayak udah I feel good about myself, about my skin. Rasanya kayak ada freedom bisa pakai baju apa pun, bisa merasa enggak apa-apa dilihatin orang dan merasa bebas,” ujar Cantika. Matanya bersinar.
Bukan berarti mengenakan baju terbuka menjadi satu-satunya jalan untuk merasa bebas mengekspresikan diri karena, menurut dia, kecerdasan juga penting. Pengenalan akan diri sendiri adalah hal yang juga menurut dia seksi.
”Semakin ke sini aku semakin merasa bersyukur akan diri aku. Semakin merasa, kok, kayaknya gue cukup untuk diri gue sendiri,” ucapnya.
Cantika menilai, dirinya sedang berada dalam proses merasakan keutuhan dari dalam diri sendiri. Ia yakin, perempuan akan menjadi cantik saat dia merasa utuh dan benar-benar mengenal dirinya sendiri. Tak perlu harus punya pasangan dan uang banyak untuk merasa ”utuh”.
Pesan itulah yang ingin dia sampaikan melalui karya-karyanya. Dulu Cantika pernah berada pada posisi di mana ia merasa sangat bergantung pada relasinya dengan pasangan. Kini, dia ingin menyampaikan bahwa mengeksplorasi diri sendiri juga penting.
Dia pun bertekad untuk terus bertumbuh dan bisa belajar dari semuanya. Termasuk juga kisah perjalanan hidup orangtuanya.
”Enggak harus dengan kelihatan seksi terus karena beberapa waktu ke depan aku juga belum tahu pengin terlihat seperti apa. Mudah-mudahan di saat itu aku tetap punya kebebasan dan keberanian yang sama untuk mengekspresikan diriku seperti yang aku lakukan sekarang, yang lumayan mendobrak batasan yang aku punya,” tutur pengagum Beyonce dan Jhene Aiko ini.
Menurut Cantika, penyanyi adalah penyampai pesan. Dengan karya musik, pesan itu sangat mungkin menjangkau banyak orang. ”Salah satu alasan aku terbuka, berbagi cerita, juga karena ada orang-orang yang mereka lagi dalam keadaan itu dan melihat aku, dan akhirnya merasa, oh, itu memang terjadi dalam hidup siapa pun,” katanya tersenyum.
Cantika, teruslah mekar.