Mereka Kini Pegang Kemudi Ekonomi Keluarga
Perkembangan Pahlawan Ekonomi di Kota Surabaya selama 10 tahun luar biasa, kini beranggotakan 11.000 wirausaha, Mereka rutin bertemu dan berbagi ilmu sehingga tetap tangguh berbisnis meski ekonomi turun.
Tepat 10 November 2020, Pahlawan Ekonomi, pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah atau UMKM di Kota Surabaya memasuki usia 10 tahun. Hampir semua anggota PE yang berangkat dari minus kini malah tangguh dalam segala situasi, termasuk ketika ekonomi negeri ini terganggu.
Pahlawan Ekonomi yang kini mencapai 11.000 pelaku usaha semakin berkibar di belantara perekonomian meski semua aktivitas dilakukan dari rumah. Digitalisasi pun menjadi keseharian mereka, mulai dari proses produksi, promosi, hingga berjualan, bahkan ekspor ke sejumlah negara.
Menurut Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini yang menggagas dan terus mendampingi Pahlawan Ekonomi (PE) sampai benar-benar mandiri, program ini tidak sekadar menghidupkan mesin kedua ekonomi keluarga.
Pencapaiannya yang paling luhur adalah suata masa kelak ketika mereka memasuki usia uzur, warga Surabaya masih memiliki sumber penghasilan tetap meski sudah pensiun. ”Artinya, uang pensiunan tidak hanya dinikmati oleh pegawai kantoran atau perusahaan, tetapi pelaku UMKM,” kata Risma.
Apalagi, PE lahir dari keluarga miskin dan bermasalah, seperti perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), bekas pekerja seks komersial (PSK), mantan mucikari, dan perempaun yang tidak memiliki aktivitas meski ekonomi keluarga karut-marut. Kelompok masyarakat dari keluarga tak mampu ini tidak hanya sulit mencari uang untuk membiayai sekolah anak, tetapi juga untuk makan.
Artinya, uang pensiunan tidak hanya dinikmati oleh pegawai kantoran atau perusahaan, tetapi pelaku UMKM.
Para perempuan yang umumnya tak memiliki keterampilan, karena hanya berstatus sebagai ibu rumah tangga, ini sejak 2010 dicari oleh Pemerintah Kota Surabaya untuk dilatih keterampilan sesuai selera mereka. Jadi, pelatihan yang beragam, mulai dari tata rias, membuat makanan dan minuman, membatik, dan kerajinan, digelar rutin.
Baca juga : Wirausaha Surabaya Menolak Menyerah
Untuk memantau perkembangan produk dan kehebatan serta ketangguhan pelaku usaha, sepanjang tahun digelar pameran sekaligus lomba Pahlawan Ekonomi dari tingkat kelurahan hingga kota. Kegiatan ini didukung banyak lembaga dan perusahaan, termasuk PT HM Sampoerna.
Menurut pembina PE, Donrozano, program PE yang diawali pada 2010 merupakan komitmen Pemerintah Kota Surabaya dengan pihak perusahaan swasta yang memiliki wilayah kerja di Surabaya.
Terus berinovasi
Dalam perjalanannya, PE pun terus berinovasi. Hal itu tidak lepas dari peran Pemkot Surabaya yang tak pernah berhenti memberikan bekal pengetahuan dan keterampilan bagi pelaku usaha. Produksi mereka pun selalu dijadikan buah tangan setiap kali Risma melakukan kunjungan ke daerah ataupun luar negeri.
”Hampir semua produk pelaku usaha di Surabaya mendapat kesempatan untuk dinilai atau dikritik oleh Wali Kota yang memang kurator tangguh. Semisal, awal-awal camilan atau jajan pasar yang dibuat pelaku usaha kurang menarik dari segi penampilan dan rasa,” kata Sufiyanto Arif, pemilik Segosoge.
”Saya beri masukan pada pelaku usaha ini, jajan pasar kurang menarik. Maka, tolong ukuran diperkecil dan rasa diperbaiki agar benar-benar bikin orang ketagihan,” ujarnya.
Baca juga : Surabaya Fasilitasi Bazar Produk Daring
PE merupakan program pemberdayaan ekonomi keluarga berbasis komunitas. Program ini berusaha menghidupkan ”mesin kedua” bagi perekonomian keluarga di Surabaya. Semisal suami mesin pertama perekonomian keluarga, tetap biarkan dia bekerja seperti biasanya. Sementara istrinya selaku ”mesin kedua” terus dipacu agar dapat membantu perekonomian keluarganya.
Dalam program ini, menurut Donrozano, istri dapat memproduksi usahanya tanpa harus meninggalkan rumah sehingga tetap bisa menjaga anak-anaknya. Dengan cara demikian, suami istri bisa saling menopang perekonomiannya melalui UMKM sehingga ekonomi keluarga bisa terangkat.
Hampir semua produk pelaku usaha di Surabaya mendapat kesempatan untuk dinilai atau dikritik oleh Wali Kota yang memang kurator tangguh. Semisal, awal-awal camilan atau jajan pasar yang dibuat pelaku usaha kurang menarik dari segi penampilan dan rasa.
Dalam perjalanannya, setelah PE, dihadirkan Pejuang Muda. Konsepnya sama dengan Pahlawan Ekonomi, hanya beda usia. Pejuang Muda khusus untuk warga Kota Surabaya berusia 40 tahun ke bawah. Sementara Pahlawan Ekonomi untuk warga berumur 40 tahun ke atas sehingga dia layak disebut pahlawan ekonomi dalam keluarga.
Dua program ini mengadopsi pemikiran peraih Nobel Perdamaian dari Bangladesh, Muhammad Yunus (Grameen Bank). Program ini mendorong pengembangan kualitas ekonomi kerakyatan dan mengajak pelaku UMKM membangun kekuatan ekonomi secara gotong royong.
Wirausaha mendapat dukungan dalam wujud kerja sama melalui kegiatan berusaha di Surabaya, membangun kekuatan pemasaran, membentuk permodalan, memperkuat akses pasar, serta membangun pola jaringan dan kemampuan manajemen. Realitasnya, pelaku usaha tidak semata-mata butuh modal kerja saja, tetapi lebih dari itu berupa pendampingan hingga benar-benar teruji.
Baca juga : Facebook Pacu Literasi Keuangan Pelaku Usaha di Surabaya
Dalam hal ini, Pemkot Surabaya sejak 2010 mulai melakukan pendampingan, mulai dari mengajak untuk bergabung dalam Pahlawan Ekonomi dan Pejuang Muda, menyediakan fasilitas pelatihan peserta, menghadirkan narasumber yang ahli di bidangnya, dan menyelenggaran pelatihan sesuai minat. Pelatihan secara rutin digelar di tempat umum dan mudah dijangkau peserta, dengan pelaku usaha yang sudah mandiri sebagai pelatih.
Didampingi
Setelah menemukan minat ingin berusaha apa, mereka akan didampingi dan dilatih mengenai cara produksi, kemasan, hingga pemasaran. Mereka dilatih dan didampingi secara rutin setiap minggu secara gratis.
Dengan berjalannya waktu dan gencarnya sosialisasi akan pentingnya program ini,sekarang anggotanya sudah mencapai 11.000 orang dengan berbagai macam produk yang digarap pelaku UMKM.
Bahkan, Pemkot Surabaya memfasilitasi berbagai macam kebutuhan demi kemajuan UMKM itu dengan menyediakan tempat untuk memasarkan produk UMKM yang di Surabaya Square, yang kini ada di enam lokasi. Selain di sentra UMKM, Surabaya Square juga ada di gedung pemerintahan, seperti Balai Kota Surabaya dan Gedung Siola.
Baca juga : Pahlawan Ekonomi bagi Keluarga
Hal ini seperti diungkap Wiwit Manfaati, yang selama ini selalu mendampingi dalam hal pelatian. Pengusaha dengan produk bahan baku eceng gondok ini juga melatih penghuni Liponsos Keputih khusus untuk orang dengan gangguan jiwa.
Produk Wiwit berupa tas pernah menjadi buah tangan peserta konferensi lingkungan hidup tingkat dunia pada Juli 2016. Tak kurang 5.000 tas dari eceng gondok dijadikan satu paket suvenir berisi makanan, minuman, kerajinan, serta atribut busana khas Surabaya.
Sukses mengembangkan usaha dan tak pernah berhenti membagi ilmu lewat pelatihan juga dilakoni Nanik Heri yang mengembangkan Kriya Daun dengan produk boks dan hiasan ruangan memakai daun kering. Hampir setiap bulan tak kurang dari 2.000 boks tempat abu berbagai model meluncur ke Inggris.
Adapun Trully Nurul Ervandiary, pemilik 101 True Fashion Earth, mulai merintis usaha pada 2009. Berawal dari mendesain aksesori, ia berlanjut memproduksi bahan mentah sampai aksesori jadi. Sebagian besar bahan dasar berasal dari alam, seperti kayu, tulang, dan batok kelapa yang dipadukan dengan batu alam.
Tahun 2012, dia bergabung dengan program Pahlawan Ekonomi. Dari ajakan teman sesama pelaku UKM, dia ikut seleksi Awarding Pahlawan Ekonomi yang digelar periodik. Dia memutuskan ikut PE karena membuka pasar hingga ekspor bagi pelaku UMKM.
Hadir saat Awarding Pahlawan Ekonomi, menurut Trully, membangkitkan optimisme karena pasti bisa melihat dan bertemu langsung dengan pelaku usaha lain yang rata-rata berangkat dari minus.
Yang menarik, menurut Trully, PE umumnya mengembangkan usaha dan berkreasi dengan memanfaatkan limbah lingkungan, peralatan rumah tangga, dan olahan benda di sekitar dengan berbagai hiasan. Ketekunan dan kegigihan mewarnai jiwa-jiwa pahlawan ekonomi.
Mereka, pelaku usaha, yang bahkan sudah berusia senja berani keluar dari ketakutan dan kekhawatiran secara ekonomi dengan berbekal kebisaan masing-masing, seperti membuat kue, masakan rumahan, minuman dan jamu-jamuan, serta jajanan/camilan. Atau yang terampil membuat kerajinan, batik, aksesori, produk fashion atau home decoration, bahkan sampai kebutuhan rumah tangga, seperti sabun.
”Dengan semangat dan keberanian, mereka sejatinya jiwa pahlawan ekonomi di keluarga karena apa yang dihasilkan dengan kekuatan apa adanya justru menginspirasi anak, tetangga, teman, dan kerabat untuk berani memulai berwirausaha walau tanpa modal besar. Mengandalkan bakat dan potensi yang dimiliki,” katanya.
Keberanian itu, menurut Trully, awal kebebasan dari ketergantungan dan ketakutan secara ekonomi. Pahlawan yang dibutuhkan di era milenium. Yang tidak hanya mengeluh, bangkit dan berjuang tanpa mengandalkan pemilik modal besar atau penguasa. Yang mandiri secara ekonomi, menjadi penyelamat bagi diri sendiri, keluarga, dan inspirasi banyak orang.
Dengan semangat dan keberanian, mereka sejatinya jiwa pahlawan ekonomi di keluarga karena apa yang dihasilkan dengan kekuatan apa adanya justru menginspirasi anak, tetangga, teman, dan kerabat untuk berani memulai berwirausaha walau tanpa modal besar.
Menjadi bagian dari PE, pelaku usaha pun terus belajar bersama di pelatihan, seperti digital marketing, keuangan, dan pelatihan teknis, berjualan bersama saat bazar dan pameran. Dari pola seperti ini, pelaku usaha pun saling mencuri ilmu dari sesama PE.
Dengan pertemuan rutin dalam setiap kesempatan, pameran, pelatihan, atau bazar, sesama PE bisa mengetahui apa yang kurang dari produknya, segi apa lagi yang perlu perbaikan. Pengayaan tersebut bukan hanya dari ilmu formal yang diberikan, tetapi juga dari sharing antarteman dan belajar dari pertumbuhan mereka.
Berbagi dan bertumbuh
Kini, Trully menyediakan waktu berbagi di Roemah 101. Rumah itu sebagian fondasi dan perangkatnya berasal dari PE, bahkan sudah banyak UMMK yang naik kelas telah menjadi pecahan-pecahan cabang pohon besar PE. Mereka siap menghasilkan ilmu untuk dibagikan dan bertumbuh menjadi bibit baru dan berkembang. Juga telah lahir banyak trainer dan komunitas yang mengangkat usaha kecil untuk maju bersama.
Konseptor dalam hal ini Wali Kota Surabaya dan pelaksana di balik PE berisi orang-orang berdedikasi, intelektual, dan ahli, baik yang senior maupun usia muda. Namun, yang terutama adalah bukan tentang apa yang dibagikan. Sebab, sesungguhnya banyak proyek di luar sana oleh berbagai instansi juga membagikan hal yang sama.
Pemkot Surabaya pun tak pernah jemu memberi penguatan bagi PE agar siap menghadapi gejolak ekonomi, yang tentu berimbas pada roda bisnis. Seperti ketika pandemi Covid-19, PE tidak dibiarkan dalam keterpurukan, tetapi Pemkot Surabaya justru memberikan ”pekerjaan” terkait penanganan Covid-19 agar usaha terus bisa melaju.
Baca juga : Geliat UMKM Surabaya di Tengah Pandemi
Seperti diungkap Dinah Arfianti, pemilik Diah Cookies, bisnis kue keringnya semakin tersohor. Berjualan secara dalam jaringan dan riuh lewat media sosial dilakukan agar tidak ada pengurangan pegawai. Sampai hari ini, order kue keringnya tak pernah sepi.
Sepuluh tahun perjalanan Pahlawan Ekonomi bukanlah waktu singkat untuk mencetak 11.000 wirausaha di Kota Surabaya. Mereka benar-benar menjadi pahlawan ekonomi di keluarga dan tak kenal menyerah untuk terus belajar agar bisa mengikuti perkembangan dan selera pasar.
Mereka tetap tegar menyelami pasar hingga ekspor walau tengah dihantam pandemi Covid-19. Semua situasi bisa dilalui karena Pemkot Surabaya terus menguatkan dan tak melepas begitu saja. Tetaplah jeli menghadapi masa depan yang lebih menjanjikan.