Pengembang Properti Konsentrasi Manfaatkan Setiap Peluang
›
Pengembang Properti...
Iklan
Pengembang Properti Konsentrasi Manfaatkan Setiap Peluang
Pasar properti tetap diminati di tengah pandemi Covid-19. Hal ini memberi harapan industri properti segera pulih seperti sebelum pandemi.
Oleh
Stefanus Osa Triyatna
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Meski penjualan properti selama pandemi Covid-19 mengalami kelesuan, bukan berarti pasar properti sama sekali hilang. Bagaimanapun properti tetaplah menjadi kebutuhan. Tantangan yang harus dihadapi pengembang properti saat ini adalah bagaimana melihat peluang dan memenangi pasar properti di masa depan.
Pandangan ini mengemuka dalam main talkshow The Biggest Real Estate Summit 2020 yang digelar secara virtual, Selasa (17/11/2020). Acara ini menjadi puncak perayaan ulang tahun ke-28 Asosiasi Real Estate Broker Indonesia (AREBI). Hadir dalam acara ini sejumlah tokoh pengembang properti, antara lain Presiden FIABCI Indonesia Budiarsa Sastrawinata, Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Properti Hendro S Gondokusumo, Ketua Umum DPP REI Paulus Totok Lusida, dan Ketua Umum AREBI Lukas Bong.
Lukas Bong mengatakan, acara ulang tahun ke-28 AREBI merupakan acara puncak yang digelar sepanjang tahun ini. Diharapkan, acara ini menjadi ajang berbagi pengetahuan dan wawasan di antara anggota AREBI dalam upaya meningkatkan profesionalisme dan kompetensi agar tidak terlibas oleh perkembangan zaman.
Dalam salah satu virtualtalkshow yang mengangkat tema ”Grabbing and Winning The Future of Property Industry”, Budiarsa yang juga CEO PT Ciputra Development Tbk melihat, krisis akibat pandemi maupun krisis lain yang selama ini menimpa industri properti seharusnya membuat pengembang selalu bersiap diri. Ibaratnya, selalu menyiapkan payung sebelum hujan.
Budiarsa berpendapat, persoalan utama yang kerap dihadapi pengembang adalah cash flow. Ciputra sejauh ini lebih memegang sikap konservatif, yaitu menjaga likuiditas dalam keadaan apa pun.
Selama ini, lanjut Budiarsa, portofolio Ciputra cukup beragam. Ada yang berbentuk development, yakni membangun dan menjual properti, ada juga dalam bentuk investment, yakni membangun sekaligus mempertahankan sebagai aset seperti hotel dan pusat perbelanjaan. Komposisinya 75 persen berbanding 25 persen. ”Sekarang, kami berupaya mempertahankan betul-betul likuiditasnya,” tambahnya.
Situasi naik dan turunnya pasar properti dianggap biasa, apalagi saat pandemi terjadi. Gaya hidup pun mengalami perubahan seiring perkembangan teknologi informasi. Ini bahkan terjadi sebelum pandemi.
”Tanpa adanya Covid-19, cara orang berbelanja sudah berubah. Bahkan, cara orang untuk makan pun berubah. Namun, kita tetap membangun mal meski jumlah tokonya dikurangi sedikit. Sebaliknya, fasilitas untuk menunjang lifestyle seperti restoran dan entertainment justru ditingkatkan,” tutur Budiarsa.
Hendro menambahkan, dalam kondisi pandemi Covid-19 atau krisis lainnya, pengembang properti harus berani menghadapinya. Namun, perlu juga mencari celah atau peluang. Jangan sekadar melihat bahayanya saja, lalu berhenti sama sekali.
”Justru dalam keadaan sekarang, inilah waktunya untuk belajar kembali mencari celah kesempatan. Misalnya, orang saat ini sangat suka bentuk landed house atau rumah tapak karena perhatian pada aspek kesehatan sangat tinggi,” kata Hendro.
Lukas Bong berpendapat, kondisi properti yang disebut-sebut lesu tidaklah benar. Properti selalu diburu masyarakat. Bukan hanya properti baru, melainkan juga properti yang dibeli dari tangan kedua dan selanjutnya. Inilah waktunya untuk berinvestasi properti.
Totok menekankan, properti sebagai salah satu instrumen investasi sangat menguntungkan. Janganlah sekadar melihat kondisi saat ini mengingat kini persoalan Covid-19 sedang diselesaikan di seluruh dunia.
Komprehensif
HUT AREBI kali ini terbilang lengkap walaupun dilakukan secara virtual. Pembahasan dilakukan mulai teknik penjualan properti, persoalan yang acap kali dihadapi konsumen, hingga tantangan yang harus dihadapi broker properti dalam memanfaatkan teknologi media sosial.
Komedian Ernest Prakasa dihadirkan untuk memperlihatkan bahwa broker menjadi ujung tombak penjualan properti. Penggunaan media sosial sebagai cara menawarkan produk properti sudah menjadi hal biasa.
Ernest menunjukkan, kemampuan menyajikan produk properti membutuhkan dua keterampilan dasar, yaitu kemampuan memotret properti dan memberikan keterangan atas foto properti yang hendak ditawarkan. Pencahayaan dalam pemotretan serta kata-kata yang singkat, jelas, dan menarik tidak boleh diabaikan.
AREBI menghadirkan pihak Facebook Indonesia untuk memberikan pencerahan tentang penggunaan media sosial Facebook. Walaupun terasa singkat, pembahasan terkait properti ini cukup penting.
Tidak hanya sampai di situ, persoalan hukum dalam penjualan properti yang dihadapi konsumen pun dibahas secara lengkap dengan menghadirkan praktisi hukum Hotman Paris Hutapea dan Erwin Kallo. Ada juga pembahasan menyangkut manajemen finansial dalam kepemilikan properti.