Genta Banyu Adjie, Langkah Awal untuk Jadi Penerus Habibie
Genta Banyu Adjie berhasil lolos masuk 30 peserta kompetisi internasional Breakthrough Junior Challenge 2020, mengalahkan ribuan peserta dari seluruh dunia.
Kaus hijaunya terlihat kontras dengan celana panjang batik yang berwarna coklat. Ignatius Genta Banyu Adjie (17) tampil sederhana dalam pembukaan videonya di Youtube. Tanpa basa-basi, pemuda ini langsung menjabarkan penerapan Prinsip Bernoulli pada pesawat terbang dalam bahasa Inggris.
Sejak masih balita, Genta mengaku sudah punya ketertarikan pada cara kerja pesawat. Pasalnya, ia sering bepergian ke Amerika Serikat atau Rusia karena pekerjaan ayahnya. Mau tak mau, Genta harus sering naik pesawat. Ia pun mulai berpikir tentang cara kerja pesawat dengan mesin yang kompleks.
Ketertarikannya semakin bertambah ketika duduk di bangku sekolah menengah. Genta bertemu seorang pilot dalam acara Career Day. Untuk pertama kalinya, dia bertemu langsung orang yang bekerja di dunia penerbangan. Saat itu, Genta langsung bercita-cita menjadi pilot.
Di luar pelajaran sekolah, Genta yang kini duduk di kelas XII SMA Global Sevilla, Pulomas, Jakarta Timur, ini selalu berusaha menambah pengetahuan tentang aviasi. Ia biasanya menonton film dokumenter atau mencari informasi tentang pesawat di internet.
Pengetahuan Genta tentang aviasi ditantang ketika gurunya mengirim surel tentang kompetisi internasional Breakthrough Junior Challenge 2020 pada Apri, lalu. Ajang ini menjadi tempat bagi pelajar dari banyak negara untuk membuat video tentang konsep atau teori ilmu pengetahuan alam, fisika, atau matematika. Pemenang akan mendapatkan beasiswa kuliah.
Meskipun awalnya ragu, Genta akhirnya mengikuti saran gurunya untuk ikut lomba itu. ”Saat itu, aku mikir kompetisinya susah karena ribuan orang dari seluruh dunia berpartisipasi. Setimpal enggak, sih, aku ikut karena kompetisi yang sama di Indonesia aku enggak menang,” kata Genta saat dihubungi di Jakarta, Senin (9/10/2020).
Genta tidak hanya harus memikirkan konten. Ia juga harus mengedit videonya sendiri dengan aplikasi ala kadarnya, seperti iMovie, Photoshop, dan Keynote. Pemuda ini terpaksa merekam video di rumahnya saja karena pandemi Covid-19. Video ini selesai dalam waktu satu minggu, kemudian dikirim tepat sebelum tenggat berakhir menjelang akhir Juni 2020.
Dalam video itu, Genta membahas Prinsip Bernoulli pada pesawat terbang. Dengan kreatif, ia berusaha menjelaskan bagaimana prinsip yang semula tentang dinamika fluida menjadi salah satu prinsip yang sangat dihormati dalam bidang aviasi.
Genta menyelipkan sejumlah efek dan animasi untuk menambah daya tarik presentasinya. Ia juga menampilkan keahlian akting sebagai layaknya seorang ilmuwan. Dia menyelipkan sedikit lawakan, termasuk dengan mengguyur seember air ke tubuh untuk mempertegas poin mengenai kepadatan udara.
Aku diajarkan untuk memanfaatkan resources yang ada untuk mencapai hasil yang maksimal. Aku juga harus thinking out of the box untuk menghasilkan efek yang sama dengan metode yang berbeda untuk video.
”Aku diajarkan untuk memanfaatkan resources yang ada untuk mencapai hasil yang maksimal. Aku juga harus thinking out of the box untuk menghasilkan efek yang sama dengan metode yang berbeda untuk video ini,” tuturnya.
Upayanya bukan tanpa hasil. Dari sekitar 5.600 peserta, Genta menjadi satu dari 30 peserta yang masuk dalam semifinal. Genta menjadi satu-satunya wakil dari Indonesia yang bersaing melawan peserta dari sejumlah negara, antara lain Amerika Serikat, Kanada, Australia, Mesir, Korea Selatan, India, Italia, dan Filipina.
Genta gagal melaju ke tahap selanjutnya karena sistem penyisihan menggunakan sistem popular vote. Artinya, pemilihan peserta ke babak final berdasarkan jumlah reaksi positif dari audiens di akun Facebook Breakthrough. Peserta harus pandai-pandai mempromosikan video mereka sendiri kepada publik.
Ketika diakses pada Senin (16/11/2020), video Genta di akun Facebook milik Breakthrough telah dilihat 6.700 kali. Dari jumlah itu, sebanyak 438 pengguna telah memberi reaksi. Jumlah itu belum bisa mengimbangi jumlah respons terhadap video dari Ramez Rizk (17), peserta dari Mesir. Video Rizk tentang Teori String memperoleh 53.300 penonton dan 9.800 respons.
Namun, Genta yang pandai memainkan biola ini tidak patah semangat. Dia senang karena bisa menambah pengalaman, portofolio, dan eksposur lewat kompetisi itu. Ditambah lagi, orangtuanya semakin memahami keinginan Genta untuk menjadi pilot.
Mendesain pesawat
Genta juga memiliki mimpi lain di dunia aviasi. Ia ingin mendesain pesawat di masa depan. Pesawat yang menginspirasinya adalah Airbus A380, pesawat komersial terbesar di dunia karena bertingkat dua (double-deck aircraft). Pesawat ini memiliki empat mesin.
Tahun lalu, Airbus mengumumkan akan berhenti memproduksi A380 mulai 2021. Hal ini lantaran pelanggan terbesar A380, Emirates, memutuskan memangkas pesanannya. Forbes melaporkan, pandemi pada tahun ini rupanya membuka peluang sehingga Emirates tetap menerbangkan sejumlah A380 ke enam destinasi, antara lain Toronto, Ghuanzhou, dan Paris.
Genta ingin membuat pesawat bertingkat dua seperti A380. Bedanya, ia ingin agar pesawat itu hanya diterbangkan oleh dua mesin. ”Aku ingin menjadi orang pertama yang mewujudkan itu,” ujarnya.
Selama ini, lanjutnya, pesawat bertingkat dua dengan empat mesin kalah bersaing dengan pesawat biasa. Meskipun bisa menampung orang lebih banyak, pengoperasian pesawat seperti Airbus A380 sangat boros. Untuk itu, penggunaan dua mesin pada pesawat bertingkat dua di masa depan diharapkan dapat membuat pengoperasian pesawat lebih hemat.
Untuk mewujudkan impiannya, Genta berencana melanjutkan pendidikan di bidang aviasi. Awalnya, ia ingin mengambil teknik kedirgantaraan di University of Toronto apabila memenangi Breakthrough Junior Challenge 2020. Namun, karena keterbatasan dana, Genta memutuskan akan melanjutkan studi ke Embry-Riddle Aeronautical University Asia di Singapura.
Dalam dunia aviasi, Genta mengidolakan dua orang, yakni almarhum BJ Habibie dan Chesley Sullenberger. Selain sebagai mantan Presiden Indonesia, Habibie juga sangat berjasa di dunia kedirgantaraan Tanah Air. Salah satunya adalah Habibie menginisiasi proyek pesawat R80 meskipun kemudian dihentikan.
Sementara itu, Sullenberger adalah seorang pilot dari Amerika Serikat. Sullenberger terkenal dengan aksi heroiknya berhasil mendaratkan pesawat Airbus A320 di Sungai Hudson dan menyelamatkan nyawa 155 penumpang. Genta menilai, Sullenberger memiliki pengetahuan, keahlian, dan pengalaman sehingga mampu membuat keputusan tepat di saat kritis.
Adu kreatif
Mayoritas pelajar di Indonesia mungkin belum familiar dengan Breakthrough Junior Challenge. Dikutip dari Breakthroughjuniorchallenge.org, kompetisi ini mengajak pelajar usia 13-18 tahun di seluruh dunia membuat video sekitar tiga menit tentang konsep atau teori ilmu pengetahuan alam, fisika, atau matematika setiap tahun.
Berlangsung sejak 2015, kompetisi ini digelar oleh Yuri dan Julia Milner, pasangan suami istri filantropis asal Rusia. Tujuan mereka, antara lain, untuk mengembangkan pengetahuan anak muda tentang sains dan prinsip-prinsip ilmiah dan mendukung karir di bidang STEM (sains, teknologi, teknik, dan matematika).
Pelajar yang memenangi kompetisi ini akan memeroleh hadiah yang disebut Breakthrough Prize, sebuah penghargaan yang telah hadir sejak tahun 2012. Breakthrough Prize disponsori oleh beberapa yayasan privat milik Yuri dan Julia Milner, Priscilla Chan dan Mark Zuckerberg, Anne Wojcicki, Jack Ma, Ma Huateng, serta Sergey Brin.
Pemenang Breakthrough Junior Challenge akan mendapatkan hadiah beasiswa kuliah yang sangat menggiurkan. Pelajar akan memperoleh 250.000 dollar AS atau setara Rp 3,53 miliar, guru pendamping akan memperoleh 50.000 dollar AS, dan sekolah asal pelajar akan memperoleh laboratorium sains canggih senilai 100.000 dollar AS.
Sejak diluncurkan, Breakthrough Junior Challenge telah menjangkau ratusan negara dengan lebih dari 60.000 pendaftar. Dengan adanya pandemi Covid-19 pada tahun ini, peserta memiliki opsi untuk mengumpulkan video terkait pandemi, seperti epidemiologi, virologi, pemodelan wabah penyakit, imunologi, dan biostatistik.
”Kualitas video tahun ini sangat tinggi. Sungguh mendebarkan melihat anak muda mengomunikasikan ide-ide besar dengan kecerdasan serta kesegaran dan kreativitas,” kata Julia Milner.
Besarnya skala perlombaan dan hadiah tentu dapat membuat nyali pelajar untuk mendaftar ciut. Apa yang harus dipersiapkan pelajar untuk mengikuti kompetisi global itu?
Genta menjelaskan, hal yang penting adalah memiliki motivasi untuk mengikuti lomba serta menyiapkan konten yang tepat dan sesuai kegemaran. Selain itu, penting agar calon peserta menganalisis kemampuan pesaing lain agar tidak ketinggalan. Berdasarkan pengalamannya, para kompetitor Genta ternyata memiliki keterampilan mengedit yang sudah sangat mumpuni dengan menggunakan aplikasi canggih.
Baca juga : Siswa Brilian Raih Prestasi Internasional
Menurut Genta, mengikuti kompetisi merupakan bagian dari implementasi teori ilmu sains yang diperoleh di sekolah. Apalagi, sekolah-sekolah di Indonesia masih berorientasi pada nilai dan kurang menyadari pentingnya implementasi pengetahuan di dunia nyata.
”You never know which competition may change your life. Jangan meragukan diri sendiri dengan menunda,” ucapnya.
Genta juga mengingatkan agar teman-teman yang ingin mengikuti lomba tidak patah semangat jika tidak berhasil. Genta sendiri berencana untuk kembali mengikuti Breakthrough Junior Challenge pada tahun depan. Ia sudah membuat evaluasi tentang apa yang harus diperbaiki dari video yang dibuatnya pada tahun ini.
”Kalau berhasil ya bagus, tetapi kalau gagal setidaknya kita sudah mencoba. Kamu juga enggak begitu gagal karena kamu baru saja membuktikan cara itu tidak bisa dipakai dari kegagalan kamu,” kata Genta penuh semangat.
Ignatius Genta Banyu Adjie
Lahir: Jakarta, 14 Maret 2003
Pendidikan: Pelajar kelas XII SMA Global Sevilla, Pulomas, Jakarta Timur
Prestasi: Semifinalis Breakthrough Junior Challenge 2020