Jika yang digunakan untuk berinvestasi adalah dana menganggur, kebutuhan operasional tetap dapat terpenuhi. Kalaupun merugi, masih ada kesempatan mencari keuntungan karena dana yang digunakan bukan untuk sehari-hari.
Oleh
Joice Tauris Santi
·2 menit baca
Indeks harga saham mulai merangkak naik. Pemerintah pun hampir setiap bulan menawarkan obligasi ritel. Tawaran-tawaran investasi dari platform baru, seperti urun dana (crowdfunding), juga semakin beragam.
Semua memberikan janji imbal hasil yang menarik, apalagi tingkat suku bunga perbankan semakin menurun. Beberapa di antara kita mungkin mulai ingin berinvestasi selain dari menabung di bank.
Dalam berinvestasi ada satu hal yang sering dilupakan investor, yakni menghindari penggunaan dana operasional. Idealnya dana yang digunakan untuk berinvestasi adalah dana menganggur, bukan dana operasional.
Dana operasional merupakan dana yang kita gunakan untuk kehidupan sehari-hari, seperti untuk membayar biaya listrik, membayar uang sekolah, atau membeli sayur-mayur untuk makan siang. Dana ini harus selalu ada karena digunakan untuk memenuhi biaya kebutuhan sehari-hari.
Sementara dana untuk berinvestasi adalah dana menganggur atau dana yang disisihkan, bukan disisakan dari dana operasional.
Sebuah keluarga menerima pendapatan tetap bulanan sebesar Rp 10 juta, misalnya. Setiap bulan, keluarga tersebut memerlukan biaya hidup total sebesar Rp 8 juta. Masih ada dana sisa Rp 2 juta yang tidak digunakan untuk keperluan sehari-hari. Dana inilah yang ideal untuk diinvestasikan.
Jika menggunakan dana operasional, misalnya dengan mengambil bagian dana dari Rp 8 juta tersebut, akan ada pos pengeluaran yang bisa jadi tidak terbayar. Jangan sampai karena jatah dana operasional bulanan dipakai untuk berinvestasi, rekening listrik atau uang anak sekolah jadi tidak terbayar.
Ini karena sebagian instrumen investasi baru memberikan hasil dalam waktu lebih dari satu bulan. Obligasi ritel, misalnya, baru memberikan hasil kupon bunga pada bulan berikutnya setelah penyelesaian transaksi penjualan berakhir. Sebagian besar imbal hasil pada investasi urun dana baru didistribusikan enam bulan setelah semua proses penjualan saham selesai.
Investasi dengan kemungkinan pengembalian hasil cepat, seperti jual beli saham dalam tempo singkat, memiliki risiko tinggi. Selain modal uang, modal pengetahuan dalam menganalisis secara teknikal dan keberanian juga diperlukan untuk jual beli saham secara cepat.
Jika sesuai harapan, hasil memang dapat cepat diperoleh. Akan tetapi, jika pergerakan harga saham tidak sesuai perkiraan, tentu ada potensi kerugian. Bayangkan, jika kita jual beli saham dengan menggunakan uang yang sedianya untuk bayaran anak sekolah dan ternyata merugi, uang itu akan berkurang dari pokoknya. Padahal. pada tanggal 10, uang sekolah harus dibayarkan. Namun, uang untuk pos tersebut ternyata berkurang sehingga harus cari akal untuk bisa membayar penuh uang sekolah.
Andai saja dana yang digunakan untuk berinvestasi adalah dana menganggur, kebutuhan operasional tetap dapat terpenuhi. Kalaupun merugi, masih ada kesempatan untuk mencari keuntungan karena dana yang digunakan bukan dana untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.