Disiplin Protokol Kesehatan Kunci Hidupkan Kembali Pariwisata NTB
›
Disiplin Protokol Kesehatan...
Iklan
Disiplin Protokol Kesehatan Kunci Hidupkan Kembali Pariwisata NTB
Setelah hampir sepuluh bulan, aktivitas pariwisata di NTB mulai bergerak kembali. Namun, di tengah masih berlangsungnya penularan Covid-19, kedisiplinan terhadap protokol kesehatan di sektor itu masih sangat penting.
Oleh
ISMAIL ZAKARIA
·4 menit baca
MATARAM, KOMPAS — Industri pariwisata Nusa Tenggara Barat mulai kembali menggeliat. Itu terlihat dari mulai masuknya wisatawan domestik ke kawasan-kawasan wisata di daerah tersebut. Meski demikian, kedisiplinan protokol kesehatan menjadi kunci untuk menghidupkan kembali pariwisata NTB. Hal tersebut harus menjadi perhatian para pelaku pariwisata mengingat penyebaran Covid-19 di NTB masih berlangsung.
Berdasarkan catatan Kompas, industri pariwisata NTB mulai terpukul pandemi sejak Maret 2020, bahkan sebelum ada konfirmasi kasus positif di daerah tersebut.
Penyebabnya adalah penutupan akses kapal cepat dari Bali yang biasanya membawa ribuan wisatawan mancanegara ke Gili. Kondisi kian berat setelah pembatasan penerbangan domestik dan juga internasional, termasuk penyeberangan antarprovinsi, guna mencegah penyebaran Covid-19.
Kami melihat, sejak Agustus, terutama September, wisatawan nusantara mulai berkunjung ke NTB. (Nurhandini Eka)
Sejak ditiadakan pembatasan penerbangan domestik pada Juli seiring penerapan normal baru, pergerakan wisatawan ke NTB mulai terlihat, kecuali wisatawan mancanegara karena penerbangan internasional masih ditutup.
Destinasi wisata minat khusus yang selama ini menarik banyak wisatawan juga dibuka kembali, seperti pendakian Rinjani yang telah ditutup karena cuaca sejak Januari 2020, lalu diperpanjang sejak Maret hingga Agustus 2020 akibat pandemi.
Sejak Agustus hingga saat ini, Balai Taman Nasional Gunung Rinjani mencatat sudah ada sekitar 4900 wisatawan yang mendaki Rinjani. Dari Rinjani, mereka kemudian berkunjung ke obyek wisata lain, seperti Gili dan Mandalika.
”Sekarang mungkin kunjungan ke Gili sudah sekitar 1 persen,” kata Lalu Kusnawan, Ketua Gili Hotels Association (GHA) atau Asosiasi Hotel-hotel di Gili, Senin (23/11/2020). Dalam kondisi normal, kunjungan ke Gili bisa mencapai 3.000 orang per hari.
Upaya untuk terus mempromosikan pariwisata NTB juga terus dilakukan. Selain oleh pelaku wisata di kawasan wisata yang ada seperti Gili Rebound atau Mandalika Rebound, promosi juga digelar loleh pemerintah.
Salah satunya Rebound Sumbawa-Lombok 2020 yang diselenggarakan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif pada 21-22 November lalu. Kegiatan ini diisi, antara lain, lokakarya, pameran hotel dan resort, serta pameran produk usaha mikro, kecil, dan menengah.
Kegiatan sebagai rangkaian misi penjualan Kemenparekraf itu juga diselenggarakan di lima daerah lain, yakni Yogyakarta, Malang, Batam, Bandung, dan Padang. Koordinator Pemasaran Pariwisata Regional I Area III Kemenparekraf Bulqis Chairina mengatakan, ajang itu diharapkan bisa memicu kembali bangkitnya pariwisata di NTB.
Masih berlangsung
Di tengah bergeraknya kembali pariwisata NTB, penyebaran Covid-19 di daerah tersebut juga belum terkendalikan. Itu terlihat dari penambahan kasus positif yang masih terus terjadi. Minggu (22/11/2020), terkonfirmasi 15 kasus positif baru. Itu membuat positivity rate tetap tinggi, yakni 11,5 persen.
Hingga Senin ini, total kasus positif mencapai 4.609 orang. Dari jumlah itu, sebanyak 3.778 orang dinyatakan sembuh, 246 orang meninggal, dan 585 orang masih menjalani isolasi.
Oleh karena itu, menurut Kepala Dinas Kesehatan Provinsi NTB Nurhandini Eka Dewi, berbagai kegiatan terkait pariwisata memang memunculkan harapan menggeliatnya kembali sektor itu setelah hampir sepuluh bulan berada di titik terendah akibat pandemi.
”Kami melihat, sejak Agustus, terutama September, wisatawan nusantara mulai berkunjung ke NTB,” kata Eka.
Berdasarkan data Bandara Internasional Lombok, pada Agustus 2020, total penumpang harian di bandara itu mencapai 2.469 orang, sementara pada September meningkat menjadi 2.607 orang. Jumlah itu melonjak signifikan dibandingkan Juni 2020 yang hanya 577 penumpang per hari.
Kondisi itu tentu memberi angin segar bagi pariwisata NTB. Meski demikian, menurut Eka, di tengah penerapan normal baru, kepatuhan protokol kesehatan harus menjadi hal utama.
”Aturan protokol kesehatan sudah kami berlakukan mulai dari pintu masuk NTB, baik di bandara maupun pelabuhan. Misalnya, semua yang masuk NTB harus memiliki hasil rapid nonreaktif,” kata Eka.
Tidak hanya di pintu masuk, ketika berada di wilayah NTB, semua orang juga harus mematuhi protokol kesehatan. Apalagi itu menjadi syarat dimulainya kembali pariwisata NTB.
”Saat ini kami menerapkan sertifikat bagi usaha jasa pariwisata, yakni sertifikat CHSE (Clean, Health, Safety, and Environment). Jadi, mereka harus bersih, sehat dengan mematuhi protokol kesehatan, menjadi keamanan, dan memastikan kondisi lingkungan terjaga,” ujar Eka.
Sejauh ini, kabupaten dan kota di NTB memang berupaya memastikan kedisiplinan penerapan protokol kesehatan di destinasi wisata. Di Lombok Utara, misalnya, menurut Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Lombok Utara Heryanto, pihaknya terus melakukan promosi bahwa daerahnya siap menyambut kembali wisatawan.
”Namun, itu juga harus sejalan dengan kedisiplinan pelaku pariwisata untuk menerapkan protokol kesehatan. Itu terus kami dorong,” kata Heryanto.
Di Lombok Barat juga demikian. Menurut Kepala Dinas Pariwisata Lombok Barat Saepul Ahkam, semua usaha jasa pariwisata yang akan beroperasi kembali harus memiliki sertifikat CHSE. Itu menandakan kesiapan mereka dalam penerapan protokol kesehatan.
”Sambil terus mendorong kawasan lain untuk siap, usaha jasa pariwisata yang telah mendapat sertifikat juga kami evaluasi. Jika melanggar, sanksinya bisa sampai pencabutan izin,” kata Ahkam.