Dua Tahun Tak Ada Kabar, Tiga Pekerja Kapal China Asal Aceh Dipulangkan
›
Dua Tahun Tak Ada Kabar, Tiga ...
Iklan
Dua Tahun Tak Ada Kabar, Tiga Pekerja Kapal China Asal Aceh Dipulangkan
Setelah hampir dua tahun tak ada kabar, akhirnya tiga anak buah kapal asal Aceh yang bekerja di kapal ikan berbendera China kembali ke Aceh pada Senin (23/11/2020).
Oleh
ZULKARNAINI
·3 menit baca
BANDA ACEH, KOMPAS — Setelah hampir dua tahun tak ada kabar, akhirnya tiga anak buah kapal asal Aceh yang bekerja di kapal ikan berbendera China kembali ke Aceh pada Senin (23/11/2020). Mereka adalah korban penipuan perusahaan agen penyedia pekerja migran.
Ketiga anak buah kapal (ABK) itu adalah Khairol Aman (20), Aulia Zikrul (20), dan Aizin Basir (20). Mereka mendarat di Bandara Sultan Iskandar Muda, Kabupaten Aceh Besar, pada Senin sore setelah terbang dari Jakarta menggunakan pesawat Lion Air. Pemulangan tiga ABK itu difasilitasi oleh Unit Pelayanan Teknis Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (UPT BP2MI) Banda Aceh.
Saat keluar dari pintu kedatangan, keluarga yang telah menunggu langsung merangkul mereka satu per satu. Hampir dua tahun kehilangan kabar, akhirnya anak-anak mereka kembali ke Aceh. Sesaat mereka larut dalam kebahagiaan.
Ketiga pemuda Aceh itu bekerja sebagai ABK di kapal China pada Oktober 2018. Saat itu mereka baru menamatkan sekolah menengah atas di sekolah perikanan.
Mereka ditawari bekerja di kapal asing dengan gaji 350 dollar Amerika Serikat, atau Rp 4,9 juta dengan kurs Rp 14.000 per dollar AS, per bulan. Belakangan mereka mengetahui besaran gaji mereka yang sebenarnya adalah 800 dollar AS. Lebih dari separuh gaji mereka diambil perusahaan agen.
Beberapa bulan setelah bekerja di kapal asing, perusahaan agen penyedia pekerja migran berkasus. Direktur perusahaan itu menjadi buron polisi. Ketiga ABK Aceh itu kehilangan kontak dan gaji mereka tak dibayarkan perusahaan.
Jumaini Suryawati (42), ibu Khairol, tak kuasa menahan tangis melihat putranya kembali. Penantian panjang Jumaini untuk bertemu anaknya terwujud. Hampir dua tahun tak tahu keberadaan sang anak, Jumaini yakin Khairol akan pulang. ”Kami berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu pemulangan anak-anak,” ujar Jumaini.
Kami sangat bahagia, akhirnya bisa kembali ke Aceh. Kami tidak mau lagi kerja di kapal asing. Ini pengalaman pahit. (Khairol Anam)
Ketiga ABK itu terlihat bahagia bertemu dengan orangtua dan keluarga. ”Kami sangat bahagia, akhirnya bisa kembali ke Aceh. Kami tidak mau lagi kerja di kapal asing. Ini pengalaman pahit,” kata Khairol.
Khairol mengatakan, menjadi ABK di kapal asing menguras energi. Mereka bekerja tak kenal waktu. Saat berada di kapal, mereka tak punya pilihan meski harus bekerja di luar waktu perjanjian.
Kepala Seksi Perlindungan dan Pemberdayaan UPT BP2MI Banda Aceh Agustianur menuturkan butuh waktu sekitar tiga bulan untuk memulangkan ketiga ABK itu. Saat mendapat laporan dari keluarga, pihaknya melacak keberadaan ABK hingga ke KBRI Peru. Ketiga ABK itu sulit dilacak karena tidak memiliki dokumen kontrak kerja yang ditinggal pada keluarga. Setelah mereka pulang, P2MI Banda Aceh akan mengadvokasi para ABK menuntut upah yang tidak dibayarkan oleh perusahaan.
Menurut Agustianur, banyak pekerja migran berangkat secara ilegal tanpa melapor kepada BP2MI dan dinas tenaga kerja sehingga mereka rawan menjadi korban perdagangan orang dan penipuan oleh perusahaan agen.
Agustiar meminta kepada warga yang ingin menjadi pekerja migran berangkat secara legal dengan melapor kepada dinas tenaga kerja atau BP2MI.