Aktivitas kerumunan massa dan perkantoran masih menjadi sumber utama penularan Covid-19 yang masih meningkat kasusnya. Karena itu, masyarakat diimbau agar meningkatkan kewaspadaan terhadap penyebaran penyakit itu.
Oleh
Ahmad Arif
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS—Masyarakat diharapkan tidak mengendurkan kewaspadaan, karena pandemi Covid-19 tidak menunjukkan tanda-tanda mereda, bahkan penambahan kasus harian cenderung meningkat. Aktivitas dalam ruangan dan kerumunan massa masih menjadi sumber penularan utama.
"Kerumunan massa, apa pun alasannya, pasti meningkatkan risiko penularan. Karena itu, masyarakat perlu terus diingatkan untuk menghindari kerumunan, selain aktivitas dalam ruangan juga berisiko paling tinggi," kata Ketua Satuan Tugas Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Zubairi Djoerban, di Jakarta, Minggu (22/11/2020).
Menurut Zubairi, kegiatan keagamaan yang memicu kerumumanan saat ini berpotensi menjadi kluster penularan. Selain itu, aktivitas perkantoran dan tempat tertutup, serta asrama masih menjadi risiko utama penularan.
Kerumunan massa, apa pun alasannya, pasti meningkatkan risiko penularan. Karena itu, masyarakat perlu terus diingatkan untuk menghindari kerumunan.
"Kegiatan dalam asrama, termasuk pesantren memiliki risiko besar karena umumnya sangat padat. Laporan di Jawa Barat, kluster pesantren di Kuningan mencapai 203 orang dan di Tasikmalaya 70 orang. Ini harus jadi perhatian kalau nanti jadi buka sekolah. Risikonya sangat besar, terutama sekolah yang modelnya asrama," kata Zubairi.
Mengacu pada laporan Kementerian Kesehatan, hingga Sabtu (21/11), terdapat 1.599 kluster di Indonesia. Empat kluster terbaru yang ditemukan di antaranya rangkaian acara keramaian terkait tokoh Front Pembela Islam, Rizieq Shihab. Kluster berikutnya yakni pesantren di Kecamatan Cibereum, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, PLTU Cirebon, dan warung kopi di Pontianak.
Pelaksana tugas Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan, Muhammad Budi Hidayat mengatakan, 50 orang yang terlibat kegiatan Rizieq Shihab di Tebet terkonfirmasi positif Covid-19. Sebanyak 30 orang yang terlibat kiatan di Petamburan juga diketahui terinfeksi penyakit yang disebabkan virus korona tipe baru itu. Adapun 15 orang di Mega Mendung, Jawa Barat, masih menunggu hasil pemeriksaan.
"Kemenkes mengimbau semua orang yang mengikuti acara tersebut dan siapapun yang merasa telah kontak erat dengan orang yang hadir agar melakukan isolasi mandiri selama 14 hari," kata Budi.
Sementara itu, data kluster Covid-19 berdasarkan penelusuran kontak oleh Dinas Kesehatan Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta menunjukkan dominasi perkantoran. Untuk perkantoran, kasus aktif terbanyak dan dalam status pemantauan hingga pekan lalu yakni Kementerian Kesehatan dengan tiga kluster, masing-masing 45 kasus, 7 kasus, dan 10 kasus aktif. Lebih dari 300 orang di Kemenkes juga dalam status pemantauan.
Di Kementerian Keuangan terdapat 2 kasus aktif dan 83 orang dalam pemantauan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ditemukan dua kluster, masing-masing 2 dan 5 kasus aktif, serta 5 dan 19 orang dalam pemantauan.
Selain itu, banyak kasus ditemukan dari kegiatan keagamaan, yang terbaru adalah takziah di Kemanggisan, Palmerah ada 7 kasus. Selain itu, kasus-kasus juga terjadi di pasar, asrama, dan lapas.
Gunung es
Menurut Zubairi, kasus Covid-19 di Indonesia saat ini masih menyerupai puncak gunung es karena pemeriksaan spesimen terkait Covid-19 masih sangat kurang. Selain menyulitkan upaya memutus rantai penularan, fenomena puncak gunung es ini menyebabkan masyarakat cenderung tidak menyadari risiko di sekitarnya.
"Saat ini memang sudah ada peningkatan tes, rata-rata 30.000 orang diperiksa per hari seperti diminta Presiden Joko Widodo beberapa bulan lalu. Menurut saya, target pemeriksaan harus ditingkatkan, minimal 50.000 sampai 100.000 per hari. Ini seharusnya menjadi prioritas," katanya.
Data Satuan Tugas Covid-19, jumlah kasus di Indonesia bertambah 4.360 orang sehingga totalnya menjadi 497.668 kasus, dan jumlah suspek sebanyak 64.502. Jumlah korban meninggal bertambah 110 orang sehingga total menjadi 15.884 orang.
Penambahan kasus baru ini didapatkan dengan pemeriksaan terhadap 26.535 orang, sehingga rasio positifnya sebesar 16,4 persen. Rasio positif harian ini lebih tinggi dibandingkan rata-rata seminggu terakhir sebesar 12,8 persen. Angka ini jauh lebih tinggi dari ambang maksimal Organisasi Kesehatan dunia (WHO) sebesar 5 persen.
Sementara itu, Pemprov DKI Jakarta kembali memperpanjang pembatasan sosial berskala besar (PSBB) masa transisi selama 14 hari terhitung sejak 23 November sampai dengan 6 Desember 2020. Dalam dua pekan terakhir terdapat kenaikan kasus aktif.
”Perpanjangan status sebagai langkah antisipasi terhadap lonjakan kasus Covid-19 ini berdasarkan Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 1100 Tahun 2020,” kata Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
Menurut Anies, Pemprov DKI Jakarta dapat menerapkan kebijakan rem darurat jika terjadi kenaikan kasus secara signifikan atau tingkat penularan mengkhawatirkan sehingga membahayakan layanan kesehatan. Laporan harian kasus positif di Jakarta mencapai rekor baru, yakni 1.579 kasus, pada Sabtu (21/11).
Berdasarkan data epidemiologi, lanjut Anies, selama penerapan PSBB masa transisi dua pekan terakhir, kondisi wabah Covid-19 di DKI Jakarta terkendali dan menuju aman. ”Namun, kita harus waspada dan semakin disiplin dalam protokol kesehatan,” ujarnya. (HLN)