Hasil riset menunjukkan buah merah papua mengandung zat fitokimia yang memiliki manfaat bagi kesehatan. Zat tersebut adalah ”capsantin” dan ”capsorubin” yang juga ada pada cabe merah.
Oleh
Ahmad Arif
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Penelitian terbaru menemukan, buah merah (Pandanus conoideus Lam.) dari Papua diketahui memiliki kandungan tinggi capsantin dan capsorubin. Dua zat yang berfungsi sebagai karotenoid utama yang memberi warna merah pekat pada minyak buah merah ini masuk di dalam daftar bahan fitokimia yang memiliki banyak manfaat bagi kesehatan.
Kandungan dari buah merah ini dilaporkan peneliti Laboratorium Brotosudarmo dari Pusat Unggulan Iptek Perguruan Tinggi (PUI-PT) Ma Chung Research Center for Photosynthetic Pigments (MRCPP), Universitas Ma Chung, Malang, Jawa Timur, di Journal of Food Composition and Analysis pada 19 November 2020. Riset dilakukan berkolaborasi dengan Universitas Cendrawasih di Jayapura.
Buah merah diketahui sebagai salah satu tanaman endemik di Papua, yang oleh masyarakat Wamena disebut sebagai kuansu. Buah merah dari Papua memiliki ukuran gigantik, dengan panjang sekitar 86-110 sentimeter.
Sebelumnya, banyak peneliti melaporkan bahwa warna merah pekat buah merah papua tersebut mengandung beta-karoten sebagai pigmen utamanya. ”Namun, kami menduga ada kemiripan karakteristik warna pigmen merah pekat dari minyak buah merah dengan minyak buah cabe merah,” kata Tatas Brotosudarmo, peneliti utama MRCPP, menyampaikan kajiannya, Senin (23/11).
Minyak ekstrak paprika merah, dengan kode pewarna alami E160c, sangat umum digunakan dalam industri makanan sebagai pewarna alami warna merah yang pekat dan cukup stabil terhadap perlakuan suhu tinggi. ”Kami kemudian bekerja sama dengan peneliti dari Universitas Cendrawasih Jayapura, Konstantina Maria Brigita Kameubun, untuk meneliti pigmen karotenoid dari buah merah,” kata Tatas.
Heriyanto, peneliti Laboratorium Brotosudarmo, dan tim akhirnya berhasil memisahkan komponen-komponen pigmen karotenoid yang ada di buah merah dan mengidentifikasi struktur kimianya. Sesuai hipotesis Tatas, karotenoid utama yang memberi warna merah pekat dari minyak buah merah adalah pigmen karotenoid yang sama dengan pigmen karotenoid pada buah cabe merah. Karotenoid tersebut dikenal dengan nama capsantin dan capsorubin.
Kajian terpisah di jurnal internasional Frontier in Pharmacology (2020) menyebutkan, karotenoid capsantin dan capsorubin masuk di dalam daftar bahan fitokimia yang mampu menanggulangi masalah multidrug resistance (MDR) pada terapi kanker, meningkatkan kematian (apoptosis) sel limfoma, mencegah karsinogenesis, dan menurunkan stres oksidatif pada sel sehat. Adapun kajian di British Journal of Nutrition (2003) menyebutkan, konsumsi capsantin dan capsorubin dapat menurunkan risiko penyakit kronis, seperti penyakit kardiovaskular.
Riset lanjutan
Temuan capsantin dan capsorubin dari buah merah papua yang sama dengan komposisinya pada buah cabai merah tersebut membawa banyak hipotesa terkait dengan seberapa dekat jalur mekanisme biosintesis karotenoid dari kedua buah tersebut. ”Berdasarkan hasil penelitian ini, saat ini para peneliti di laboratorium kami memfokuskan riset pada upaya menyingkap rahasia alam terkait jalur biosintesis karotenoid pada buah merah papua,” tutur Tatas.
Selama ini karotenoid capsantin dan capsorubin serta jalur biosintesisnya hanya ditemukan pada tumbuhan dikotil, seperti buah cabe merah, kecuali bunga tiger lily (Lilium lancifolium) dan buah asparagus (Asparagus officinalis) yang merupakan tanaman jenis monokotil. Sementara buah merah papua termasuk dalam monokotil atau tumbuhan yang memiliki biji tunggal tidak terbelah.
”Saat ini tim kami mengusulkan bahwa jalur biosintesis karotenoid pada buah merah papua ini merupakan kombinasi dari jalur yang ada pada buah cabe merah dan pada bunga tiger lily,” ujarnya.
Tatas mengatakan, penelitian-penelitian dasar yang bersifat garda depan, seperti analisis jalur biosintesis senyawa aktif tersebut pada buah merah papua, sangat penting untuk mengetahui signifikansi biodiversitas Indonesia. Diharapkan, penelitian dasar ini bisa menjadi modal dalam strategi kemandirian bahan baku industri, baik di bidang pangan maupun fitofarmaka.
Secara tradisional, masyarakat Papua memanfaatkan minyak buah merah untuk berbagai aplikasi, misalnya sebagai pewarna alami sosis, atau produk makanan lain. Selama ini, konsumsi ekstrak minyak buah juga dipercaya dapat meringankan gejala stroke dan hipertensi, bahkan meningkatkan kualitas spermatozoa. Riset dari tim MRCPP menunjukkan potensi penting buah merah sebagai fitofarmaka, tetapi dibutuhkan riset lanjutan hingga menjadi obat-obatan ataupun obat herbal.