Karier balap Valentino Rossi nyaris berakhir di pengujung 2012 setelah dua musim yang buruk bersama Ducati. Ia lalu diselamatkan Lin Jarvis dan Yamaha, tim pabrikan yang kembali resmi berpisah dengannya, akhir pekan lalu
Oleh
AGUNG SETYAHADI
·4 menit baca
Valentino Rossi merasa putus asa karena gagal menjinakkan Ducati Desmosedici dalam dua musim, 2011 dan 2012. Dia hanya mampu mengakhiri dua musim itu di posisi ketujuh dan keenam, kontras dengan kiprahnya saat membela Honda dan Yamaha. Rossi pun resah karena kontraknya di Ducati habis pada akhir tahun itu.
Kesulitan itu bisa menjadi awal masa pensiunnya, apalagi usianya kala itu sudah tidak muda lagi, 33 tahun. Namun, Rossi ternyata masih mendapat tempat di Yamaha. Tim pabrikan dari Iwata, Jepang, itu mau menerima kembali Rossi mengingat sumbangsihnya yang mempersembahkan empat gelar juara MotoGP pada 2004, 2005, 2008, dan 2009, untuk Yamaha.
Gelar juara pada 2004 itu sangat berkesan. Yamaha sedang dalam masa sulit, tetapi Rossi mampu mengakhiri penantian panjang gelar juara kelas elite di tim itu setelah Wayne Rainey pada 1992.
Rossi menjasi sosok yang sangat penting bagi Yamaha, khususnya dalam pengembangan YZR-M1. Pebalap Italia itu pun diterima kembali ke Yamaha dan menjalani karier yang lebih panjang dari babak pertama, 2013-2020. Namun, dalam delapan tahun pada kesempatan kedua itu, Rossi gagal mempersembahkan gelar juara. Pencapaian terbaiknya adalah menjadi runner-up pada 2014, 2015, dan 2016.
Dilepas tepuk tangan
Setelah 15 musim membela Yamaha, Rossi memasuki masa perpisahan pada musim 2020. Pebalap berusia 41 tahun itu menjalani perpisahan dengan para mekaniknya serta tim pabrikan Yamaha setelah menyelesaikan balapan di Portimao, Portugal, Minggu (22/11/2020). Seri terakhir musim 2020 itu tidak berjalan mulus bagi Rossi yang finis di posisi ke-12.
Namun, itu tidak mengurangi sambutan timnya saat Rossi sampai di garasi. Dia mendapat tepuk tangan dan pelukan dari anggota timnya, termasuk Managing Director Yamaha Lin Jarvis. Balapan itu menandai akhir kiprah Rossi di tim pabrikan Yamaha. Musim depan, ia akan membela tim satelit Petronas SRT Yamaha. Kontraknya di tim asal Malaysia itu hanyalah setahun.
”Ini luar biasa. Sungguh momen yang emosional karena kisah (di Yamaha) berakhir. Bukan hanya bersama tim, tetapi dengan sejumlah orang yang sangat penting dalam karier saya,” ujar Rossi, dikutip Crash, Senin (23/11/2020).
Rossi mengawali kariernya di ajang Grand Prix dengan bersaing di kelas 125 cc pada 1996. Dia menjuarai kelas itu pada musim 1997 dan lantas promosi ke kelas 250 cc pada 1998. Pada musim pertamanya di kelas itu, dia finis di posisi dua. Pada musim berikutnya, 1999, dia menjadi juara.
Sejarah kami, antara saya dan tim pabrikan Yamaha MotoGP, terbagi menjadi dua babak. Itu hampir seperti sebuah film yang bagus.(Valentino Rossi)
Rossi kemudian naik kelas elite, 500 cc, memacu Honda NSR500 pada 2000. Pada musim perdananya itu, dia menjadi runner-up. Pebalap asal Italia itu kemudian merajai GP 500 pada 2001, yang merupakan akhir era mesin 2 tak. Di era MotoGP dengan motor 4 tak RC211V, Rossi tetap berjaya dan juara bersama Honda pada 2002 dan 2003. Dia kemudian pindah ke Yamaha dan mempersembahkan gelar juara pada 2004, 2005, 2008, dan 2009.
Seperti film
Terkait dua periode kariernya di Yamaha, Rossi menilai itu seperti dua babak film. Babak kedua tidak secemerlang babak pertama, tetapi sangat penting bagi Rossi. Kisah itu kini telah berakhir dan Rossi akan memulai petualangan baru di Petronas SRT.
”Sejarah kami, antara saya dan tim pabrikan Yamaha MotoGP, terbagi menjadi dua babak. Itu hampir seperti sebuah film yang bagus, menurut saya,” ujar Rossi dalam laman resmi Yamaha MotoGP.
”Saya ingin mengucapkan terima kasih lagi kepada Lin dan segenap Yamaha. Mereka memberi saya kesempatan untuk kembali ke tim pabrikan setelah dua tahun yang buruk bersama pabrikan lain,” ujar Rossi kemudian.
Meskipun membela tim satelit, musim depan, Rossi akan tetap mendapatkan sejumlah dukungan khusus dari tim pabrikan Yamaha, antara lain motor balap spesifikasi pabrikan. ”Tahun depan, saya masih akan mengendarai motor pabrikan dengan dukungan penuh pabrikan. Itu hanya dalam warna berbeda. Benar, saya tidak akan duduk di garasi tim pabrikan Yamaha Racing, tetapi saya akan menjadi tetangga. Jadi, kami masih bisa mengucapkan halo,” ujar pemilik akademi pebalap VR46 itu.
Kepindahan Rossi ke tim satelit, tetapi dengan dukungan penuh tim pabrikan Yamaha, merupakan bukti ikatan kuat antara Rossi dan Yamaha. Negosiasi itu menurut Lin Jarvis sangat sulit, tetapi menghasilkan kesepakatan yang saling menguntungkan. Rossi masih akan tetap berkontribusi dalam pengembangan M1.
”Ini momen emosional. Selalu menyedihkan untuk mengucapkan selamat tinggal, khususnya kepada orang yang telah menjadi bagian penting dari tim. Tetapi, tidak ada dalam hidup ini yang terus-menerus. Tidak ada yang tetap sama dan itu juga sifat alami MotoGP. Situasi di paddock terus berubah. Orang datang ke dalam tim, beberapa pergi, dan beberapa datang kembali,” ujar Lin Jarvis.
”Meskipun dia meninggalkan tim pabrikan Yamaha MotoGP, itu bukanlah akhir kariernya. Ini bukan skenario perpisahan yang lengkap. Ini momen transisi. Tahun depan, dia akan menjadi tetangga. Jadi, dia akan tetap dekat,” ujar Jarvis.