Didampingi Kepala Mossad, Netanyahu Dikabarkan Tiga Jam Temui MBS
›
Didampingi Kepala Mossad,...
Iklan
Didampingi Kepala Mossad, Netanyahu Dikabarkan Tiga Jam Temui MBS
Kabar pertemuan antara PM Israel dan Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman, meski dibantah oleh kedua pihak, memicu spekulasi Israel semakin dekat dengan harapan normalisasi hubungan dengan Arab Saudi.
Oleh
Luki Aulia
·4 menit baca
JERUSALEM, SELASA — Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman—atau lebih sering disebut MBS—dikabarkan bertemu di kota Neom, Arab Saudi, Minggu malam. Kabar pertemuan pertama antara pemimpin Israel dan Arab Saudi ini diberitakan sejumlah media Israel, seperti situs berita Walla dan media-media lain berbahasa Ibrani. Namun, pihak Israel ataupun Arab Saudi sama-sama membantah kabar pertemuan tersebut.
Media-media Israel, Senin (23/11/2020), mengutip pejabat Israel yang tidak disebutkan namanya. Dari penuturan pejabat itu, Netanyahu dan Kepala Badan Intelijen Israel Mossad Yossi Cohen terbang ke Neom, Arab Saudi, Minggu malam. Ia lalu bertemu dengan MBS yang sudah ada di kota itu untuk bertemu dengan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Mike Pompeo yang datang berkunjung.
Pompeo mengaku berada di Neom karena hal itu merupakan rangkaian kunjungan kerjanya ke Timur Tengah. Ia memang bertemu MBS. Namun, Departemen Luar Negeri AS membantah ada pertemuan antara AS, Israel, dan Arab Saudi.
Laman majalah The Economist melaporkan, pada Minggu (22/11/2020), para menteri Israel diberi tahu bahwa sidang kabinet yang dijadwalkan pada hari itu dibatalkan. Yang tidak diinformasikan pada hari itu adalah PM Netanyahu menuju bandar udara dan ditemui Kepala Mossad Yossi Cohen.
Saat hari berganti malam, keduanya menumpang pesawat jet pribadi milik seorang kolega miliarder. Setelah lepas landas, pesawat itu bergerak ke selatan, melewati Laut Merah, dan mendarat di Arab Saudi. Laman pemantau penerbangan, FlightRadar24.com, memperlihatkan bahwa jet pribadi Gulfstream IV lepas landas dari Tel Aviv, Minggu malam, lalu terbang ke selatan di tepi Semenanjung Sinai, Mesir, sebelum berbelok menuju Neom, dan mendarat.
Pesawat tersebut kembali lepas landas dari Neom sekitar lebih dari tiga jam kemudian, disusul menyusuri rute yang sama dengan keberangkatannya dan kembali ke Tel Aviv.
Bantahan Israel-Saudi
Netanyahu menolak mengonfirmasi pertemuan itu. ”Saya tidak pernah membahas masalah seperti itu selama bertahun-tahun dan tidak akan saya lakukan sekarang. Selama bertahun-tahun saya memperkuat Israel dan memperluas perdamaian,” ujarnya.
Namun, anggota kabinet keamanan Netanyahu, Yoav Gallant, kepada Radio Tentara membenarkan adanya pertemuan itu. ”Faktanya, pertemuan itu memang terjadi dan diumumkan ke publik meski tidak secara resmi,” ujarnya.
Menteri Pertahanan Israel Benny Gantz malah sempat marah dan mengecam kebocoran informasi penerbangan rahasia ke Arab Saudi. Menteri Luar Negeri Arab Saudi Pangeran Faisal bin Farhan juga membantah kabar itu. ”Tidak pernah ada pertemuan antara Israel dan Arab Saudi. Yang hadir di pertemuan itu hanya pejabat dari AS dan Arab Saudi,” tulisnya di akun Twitter.
Kabar pertemuan itu memicu spekulasi Israel semakin dekat dengan harapan menormalisasi hubungan dengan Arab Saudi. Sebelumnya, Israel telah menjalin normalisasi hubungan dengan dua negara Arab Teluk, Uni Emirat Arab dan Bahrain, serta Sudan.
Namun, selama Raja Salman bin Abdulaziz al-Saud masih berkuasa, kecil peluang Arab Saudi menormalisasi hubungan dengan Israel. Raja Salman sejak lama berada di posisi mendukung rakyat Palestina, terutama dalam memperjuangkan kemerdekaan. Dan, kemerdekaan Palestina ini menjadi syarat Arab Saudi mengakui Israel.
Beda MBS dan Raja Salman
Meski demikian, para pengamat dan orang dalam di kerajaan menilai MBS memiliki sikap yang berbeda dari Salman. Ia kemungkinan lebih bersikap terbuka pada ide normalisasi hubungan tanpa syarat kemerdekaan Palestina.
Apalagi Israel dan Arab Saudi sama-sama khawatir dengan ancaman Iran. Keduanya juga menyambut baik tekanan pemerintahan Presiden AS Donald Trump terhadap Iran, termasuk keputusan Trump menarik diri dari kesepakatan nuklir internasional dengan Iran dan memberlakukan sanksi ekonomi yang berat terhadap Iran.
”Saya pikir ini pesan untuk Iran bahwa ada kelompok yang menentang Iran. Pemerintahan AS yang baru juga akan memiliki sikap yang sama. Arab Saudi membantah ada pertemuan dengan Israel karena khawatir citranya jadi buruk," kata Yoel Guzansky, peneliti di lembaga kajian Israel Institut Keamanan Nasional yang juga pernah menjadi penasihat keamanan nasional Netanyahu.
Proses normalisasi hubungan dengan Israel akan membuyarkan Inisiatif Damai Arab tahun 2002 yang disponsori Arab Saudi. Dalam inisiatif itu, Israel diminta menarik diri dari wilayah Arab yang mereka kuasai tahun 1967 dengan imbal balik normalisasi hubungan dengan negara-negara di Arab.
Jika Arab Saudi kemudian menjalin hubungan dengan Israel sebelum Palestina meraih kemerdekaan, Palestina akan melihat ini sebagai bentuk pengkhianatan dan penelantaran oleh Arab Saudi terhadap rakyat Palestina.
Sebenarnya Netanyahu sudah lama mengisyaratkan diam-diam berhubungan dengan Arab Saudi meski tidak pernah secara resmi mengonfirmasi pertemuan apa pun di antara kedua pihak. Selain itu, Arab Saudi juga memberikan restu pada keputusan UEA dan Bahrain untuk menjalin hubungan dengan Israel. Arab Saudi tidak keberatan wilayah udaranya dilewati penerbangan Israel ke UEA. (REUTERS/AFP/AP)