Orangutan Tapanuli Dievakuasi dari Permukiman Warga
›
Orangutan Tapanuli Dievakuasi ...
Iklan
Orangutan Tapanuli Dievakuasi dari Permukiman Warga
Satu individu orangutan tapanuli dievakuasi ke habitatnya karena mencari pakan sampai ke sekitar permukiman di Sipirok, Kabupaten Tapanuli Selatan. Di tengah ancaman kepunahan, orangutan tapanuli terus hadapi konflik.
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
SIPIROK, KOMPAS — Satu individu orangutan tapanuli (Pongo tapanuliensis) dievakuasi ke habitatnya karena mencari pakan sampai ke sekitar permukiman warga di Sipirok, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara. Di tengah ancaman kepunahan dengan populasi kurang dari 800 individu, orangutan tapanuli masih terus menghadapi ancaman kerusakan, fragmentasi, dan menyempitnya habitat.
”Kami evakuasi orangutan tapanuli dari permukiman di desa penyangga hutan, yakni Desa Marsada, Kecamatan Sipirok. Orangutan itu sudah empat hari masuk ke sekitar permukiman warga,” kata Kepala Bidang Teknis Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sumut Irzal Azhar, di Medan, Selasa (24/11/2020).
Irzal mengatakan, BBKSDA Wilayah III Padangsidimpuan mendapat informasi dari masyarakat adanya satu individu yang masuk ke sekitar permukiman pada Minggu (22/11). Tim dari BBKSDA Sumut dan lembaga mitra, yakni Yayasan Orangutan Sumatera Lestari-Orangutan Information Centre (YOSL-OIC), pun bergerak ke desa itu. Evakuasi dilakukan dengan cepat untuk mencegah terjadinya konflik orangutan dengan masyarakat.
”Pilihan pertama proses evakuasi adalah penggiringan orangutan ke habitatnya. Namun, kami memutuskan evakuasi dengan menembak bius karena lokasi kawasan hutan yang sangat jauh,” kata Irzal.
Setelah tim berhasil membius satwa dilindungi itu, tim pun melakukan pemeriksaan kesehatannya. Kondisi orangutan pun dinyatakan sehat dan layak untuk segera dilepasliarkan. Umurnya diperkirakan 35 tahun dengan berat 63 kilogram.
Tim BBKSDA Sumut dan YOSL-OIC pun melepasliarkan orangutan tapanuli itu ke Cagar Alam Dolok Sipirok keesokan harinya, Senin (23/11). Setelah keluar dari kandang evakuasi, satwa itu sangat aktif dan langsung memanjat ke pohon. ”Kami akan memonitor orangutan itu sampai bisa beradaptasi dan tetap berada di habitatnya,” kata Irzal.
Irzal mengatakan, penyelamatan orangutan dari konflik dengan masyarakat sangat penting di tengah populasinya yang kini terancam punah. Orangutan tapanuli yang disimpulkan menjadi spesies yang berbeda dengan orangutan sumatera sejak 2017 itu hanya hidup di Ekosistem Batang Toru dengan jumlah populasi diperkirakan 577 sampai 760 individu.
Orangutan tapanuli yang disimpulkan menjadi spesies yang berbeda dengan orangutan sumatera sejak 2017 itu hanya hidup di Ekosistem Batang Toru dengan jumlah populasi diperkirakan 577 sampai 760 individu.
Populasi itu pun menghadapi ancaman kawin sedarah karena terfragmentasi di blok barat dan timur. Fragmentasi terjadi karena jalan nasional, permukiman, dan sejumlah proyek yang membelah Ekosistem Batang Toru.
Di blok timur, jumlahnya bahkan hanya 150-160 individu. Populasi lainnya berada di blok barat dengan populasi 400-600 individu. ”Di blok barat sendiri pun, ada 50 individu yang kini terfragmentasi di Suaka Alam Lubuk Raya dan Cagar Alam Sibual-Buali,” kata Irzal.
Direktur YOSL-OIC Fransisca Ariantiningsih mengatakan, kondisi habitat yang mengalami degradasi dan fragmentasi membuat orangutan tapanuli semakin banyak yang masuk ke ladang atau permukiman warga untuk mencari pakan. ”Karena itu, penanganan konflik satwa harus dilakukan dengan baik agar tidak mengancam orangutan dan tidak merugikan masyarakat,” kata Fransisca.
Fransisca mengatakan, sejak Agustus 2019, pihaknya melakukan berbagai upaya untuk mencegah konflik antara orangutan tapanuli dan masyarakat. Sejak saat itu, YOSL-OIC dan BBKSDA Sumut telah mengevakuasi enam individu orangutan. Lima di antaranya dievakuasi dari kebun atau sekitar permukiman. Satu individu lainnya dievakuasi dari penyerahan masyarakat kepada petugas.
Fransisca mengatakan, pihaknya kini terus melakukan sosialisasi dan penyadaran kepada masyarakat untuk mencegah konflik. Poster untuk meningkatkan kesadaran masyarakat juga telah dibagikan. Ia pun mengingatkan, orangutan tidak mengenal batas-batas administrasi kawasan hutan sehingga bisa mencari pakan sampai ke kebun warga.