Sinergi dan kolaborasi lintas sektor pun dibutuhkan untuk mendukung pemanfaatan dan pengembangan kecerdasan buatan. Kolaborasi dalam negeri, regional, dan global perlu terus diperkuat.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Di era Industri 4.0, kecerdasan buatan menjadi salah satu peluang yang perlu dimanfaatkan secara optimal. Sinergi dan kolaborasi lintas sektor pun dibutuhkan untuk mendukung hal tersebut. Kolaborasi ini tidak hanya dari dalam negeri, tetapi juga perlu diperkuat sampai di tingkat global.
Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional Bambang PS Brodjonegoro mengatakan, kecerdasan buatan dapat meningkatkan produktivitas serta memberikan banyak manfaat bagi kehidupan manusia. Itu antara lain untuk mendukung efisiensi dalam penggunaan energi, keamanan siber, dan pertanian.
”Kecerdasan buatan dapat memberikan banyak manfaat bagi setiap orang, baik itu ilmuwan, insinyur, penyedia layanan kesehatan, maupun pekerja pabrik. Selain untuk mendukung pertumbuhan ekonomi bangsa, teknologi ini juga dapat meningkatkan standar hidup masyarakat,” katanya saat membuka acara Lokakarya ASEAN tentang Revolusi Industri Keempat, di Jakarta, Selasa (24/11/2020).
Acara yang berlangsung secara virtual ini diikuti oleh berbagai pihak yang berasal dari sejumlah negara, mulai dari pengambil keputusan di bidang sains, teknologi, dan inovasi, pejabat publik dan perwakilan dari lembaga penelitian, akademisi, dan swasta. Diharapkan, acara ini dapat menghasilkan peta jalan di tingkat regional tentang kerja sama riset untuk pengembangan kecerdasan buatan.
Bambang menambahkan, meski berbagai peluang terjadi di era Industri 4.0, banyak pula tantangan yang harus dihadapi. Apabila tidak dapat mengikuti kecepatan perubahan yang terjadi, suatau negara akan tertinggal. Karena itu, kerja sama serta kolaborasi sangat dibutuhkan untuk memaksimalkan pemanfaatan teknologi kecerdasan buatan di kawasan Asia Tenggara.
Ketua Komite Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Informasi (Costi) Asia Tenggara Andy Hor mengatakan, kesadaran masyarakat di Asia Tenggara perlu ditingkatkan dalam penggunaan teknologi kecerdasan buatan, terutama di sektor pertanian, keamanan siber, dan energi. Jejaring antarpeneliti di setiap negara juga perlu diperkuat agar bisa semakin banyak menciptakan produk inovatif yang berdaya saing di tingkat global.
”Kita semua memang berasal dari berbagai sektor dengan letak geografis yang berbeda-beda serta latar belakang etika dan budaya yang beragam. Namun, itu bukan menjadi persoalan, melainkan justru bisa memperkuat kolaborasi yang kita lakukan,” tuturnya.
Hambatan
Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G Plate mengatakan, sejumlah hambatan ditemui dalam pengembangan teknologi kecerdasan buatan di Indonesia. Hambatan itu antara lain terkait masalah privasi dan etika serta sentimen negatif terkait kecerdasan buatan.
Karena itu, edukasi mengenai pemanfaatan kecerdasan buatan yang baik dan bijak terus dilakukan oleh pemerintah. Setidaknya ada beberapa strategi yang telah disusun, yakni mengembangkan kemampuan sumber daya manusia di bidang digital, khususnya dalam pemanfaatan terknologi kecerdasan buatan, memfasilitasi ekosistem kecerdasan buatan, serta menyempurnakan regulasi yang menunjang.
”Salah satu yang juga menjadi konsen pemerintah adalah membentuk pusat data nasional. Ini sejalan dengan penyediaan infrastruktur digital bagi seluruh masyarakat Indonesia yang akan diperkuat dengan regulasi terkait perlindungan data, manajemen data, aliran data, dan keamanan data,” tutur Johnny.
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kementerian Perindustrian Doddy Rahadi menambahkan, transformasi digital menjadi keniscayaan yang harus dilakukan. Bagi negara yang berdaya saing dan mampu mengikuti perubahan digitalisasi biasanya akan lebih mudah untuk berkembang di pasar domestik dan internasional. Sebaliknya, negara yang memiliki kemampuan transformasi digital yang lambat akan sulit mengusasi pasar.
Teknologi yang dimanfaatkan dengan baik akan mampu mendukung efisiensi dari segi pembiayaan. Selain itu, revoluasi industri 4.0 yang lebih banyak menggunakan teknologi juga akan mengubah cara berbisnis. Berbagai profesi memang akan menghilang, namun tidak sedikit lapangan kerja baru yang terbuka.
“Manfaat yang paling nyata bisa dilihat dari penggunaan kecerdasan buatan melalui teknologi machine learning. Dari teknologi ini kita bisa menghasilkan data yang dapat memengaruhi kepuasan pelanggan akan suatu produk. Selain meningkatkan efisiensi dalam pemasaran, ini juga bisa meningkatkan peluang serta produktivitas dalam penjualan,” kata Doddy.