Butuh Bujukan untuk Melacak Kasus Baru di Petamburan
›
Butuh Bujukan untuk Melacak...
Iklan
Butuh Bujukan untuk Melacak Kasus Baru di Petamburan
Pelacakan kasus Covid-19 terkendala minimnya keterlibatan warga sebagai peserta tes.
Oleh
ADITYA DIVERANTA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Butuh bujukan dan kebesaran hati bagi Yushia (40) untuk datang ke lokasi tes Covid-19 di SDN 01 Petamburan, Tanah Abang, Jakarta Pusat. Setelah mengurungkan niat berhari-hari karena sedikit warga yang ikut, dia dan ibunya baru bersedia menjalani tes tim medis.
Kedatangan Yushia dan ibunya, Ara (63), diselimuti kekhawatiran kalau hasil tes menunjukkan status positif. Kecemasan itu muncul karena mereka sempat berkontak erat dengan kluster kerumunan di Petamburan, 14 November 2020.
Tak lama setelah tes cepat antibodi (rapid test) usai, kekhawatiran mereka seakan jadi nyata lantaran hasil yang menunjukkan reaktif. Hasil itu mensyaratkan mereka harus lanjut tes usap (swab) untuk mengetahui status positif Covid-19. Beruntunglah karena beberapa jam setelah tes, ternyata mereka berstatus negatif.
”Saya dan ibu sudah deg-degan akan dibawa ke Wisma Atlet. Pikiran saya sudah ke mana-mana, apa kata tetangga kalau kami positif. Bagaimana pula saya meninggalkan keluarga,” ucap Yushia selepas menjalani tes pada Selasa (24/11/2020).
Pengalaman Yushia hanya menggambarkan sedikit kesulitan dalam mengajak warga tes Covid-19. Selama tiga hari, rangkaian tes hanya diikuti 276 orang dan tersedia 1.000 alat tes. Sementara total penduduk Petamburan per 2019 berdasarkan Badan Pusat Statistik terdiri atas 32.946 jiwa. Artinya, kemungkinan masih banyak lagi orang yang belum ikut tes.
Kondisi semacam itulah yang sedang terjadi di Petamburan. Kawasan tersebut menjadi sorotan lantaran adanya kerumunan yang berpotensi memperparah penularan pandemi Covid-19, 14 November 2020. Setelah kerumunan di sana, petugas kesehatan berupaya melacak penularan dengan sejumlah kegiatan tes massal.
Pelacakan tidak berjalan mulus karena keterlibatan warga yang minim. Sunarno, Ketua RT 014 RW 004 Petamburan, mengakui hanya segelintir orang yang bersedia ikut tes. Warga cenderung enggan dan memilih beraktivitas hanya di sekitar rumah.
Seperti pada Rabu (25/11/2020), sejumlah warga, seperti Junirah (34), mengaku takut menjalani tes. Dia kerap mendengar kabar soal pasien positif yang mendapat pengucilan dari warga sehingga dia lebih memilih di rumah saja. Ketakutan serupa juga disampaikan Maisarah, tetangga Junirah, sehari sebelumnya.
”Saya sudah memberi tahu warga bahwa ada tes, silakan ikut kalau ingin tahu kondisi badan saat ini. Saya juga enggak bisa memaksa mereka yang enggan. Jadinya, ya, yang mau, silakan. Yang enggan, ya, enggak berangkat,” ujar Sunarno menanggapi ketakutan sejumlah warga itu.
Susah payah
Sekretaris RW 004 Petamburan Lina Martini harus bersusah payah mengajak warga ikut tes. Demi meyakinkan warga, Lina memberi iming-iming bahan pokok. Dia juga membujuk warga bahwa tes itu juga untuk kebaikan warga setempat. ”Saya coba jelaskan ke mereka bahwa ini buat kebaikan mereka sendiri. Sudah dengan bujukan, juga iming-iming bahan pokok, tetap saja peserta tes masih sedikit,” kata Lina.
Ketua Umum Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Ede Surya Darmawan menilai, kondisi sulitnya mengajak warga tes disebabkan kurangnya pemahaman tentang perawatan pasien Covid-19. Proses isolasi pasien menjadi hal penting untuk mencegah penularan virus SARS-CoV-2, penyebab Covid-19.
Ede memahami, fungsi isolasi pasien Covid-19 juga kerap beriringan dengan stigma buruk yang hadir di kalangan warga. Ada yang memandang bahwa pasien positif itu penyebar penyakit, bahkan dalam beberapa kasus juga terjadi pengusiran dari warga. Padahal, pasien Covid-19 butuh dukungan moral sepenuhnya dari warga dan kerabat terdekat.
”Pertama-tama, warga mesti memahami bahwa proses isolasi pasien itu untuk kesehatan mereka sendiri. Selama proses isolasi di fasilitas kesehatan, kondisi mereka dipantau dan disehatkan. Hal itu juga mencegah proses penularan ke warga lain,” ucap Ede.
Kepala Puskesmas Kecamatan Tanah Abang Sari Ulfa menekankan, pelacakan kluster Petamburan semakin penting mengingat potensi penularan yang besar dari kerumunan. Dia berharap kluster ini tidak menambah banyaknya kasus baru, terlebih karena jumlah penambahan kasus harian di Jakarta belakangan kembali mencapai kisaran 1.000 kasus.
Dia terus mengingatkan warga lewat pengurus RT/RW setempat untuk tes. Meski saat ini belum diketahui apakah Petamburan berstatus zona merah, tindakan pencegahan penting untuk meredam penularan. ”Saya harap warga mau untuk tes karena semakin cepat diketahui kasus positif, semakin cepat pula penanganannya. Warga sama sekali tidak dirugikan dengan isolasi di Wisma Atlet, justru warga disehatkan dari proses tersebut,” kata Sari.