Menteri Luar Negeri China Wang Yi menggelar lawatan dua hari ke Tokyo, Jepang. Selain membahas isu kerja sama ekonomi, ia akan membahas isu stabilitas dan keamanan kawasan.
Oleh
B Josie Susilo Hardianto
·3 menit baca
TOKYO, SELASA — Ketika dinamika geopolitik di kawasan ”kurang berpihak” pada Beijing, Menteri Luar Negeri China Wang Yi, Selasa (24/11/2020), berkunjung ke Tokyo, Jepang. Ia bertemu dengan mitranya, Menlu Jepang Toshimitsu Motegi, pada Selasa dan dijadwalkan bertemu dengan Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga, Rabu ini.
Dalam kunjungan kali ini, Wang disebutkan ingin membahas kerja sama ekonomi dan isu kekhawatiran regional atas meningkatnya pengaruh China. Terkait isu kekhawatiran itu, sejumlah analis berpendapat, Wang ingin memahami lebih jauh bagaimana Jepang di era Suga sekaligus bagaimana membangun relasi lebih dekat dengan Tokyo.
Menurut The Japan Times, melalui kunjungan ini Wang ingin menegaskan kembali hubungan diplomatik dengan pemerintahan baru Jepang dan mengukur sikap Tokyo terhadap masalah bilateral dan kerja sama dengan AS.
Pertemuan antara Motegi dan Wang yang digelar pada hari Selasa merupakan pertemuan mereka keenam. Sebelumnya mereka telah lima kali menggelar pertemuan dengan empat di antaranya digelar secara daring. Meskipun ada perubahan kepemimpinan di Jepang, Motegi dan Wang telah membangun hubungan kerja yang erat.
”Ada berbagai masalah yang luar biasa dalam hubungan bilateral kami dan, seperti yang telah saya katakan, saya yakin penting untuk menyelesaikannya satu per satu melalui pertemuan di antara pejabat tinggi,” kata Motegi kepada wartawan, Jumat pekan lalu, sebagaimana dikutip The Japan Times.
Dalam pertemuan kali ini, Motegi dan Wang dikabarkan membahas peluang perjalanan bisnis di antara kedua negara. Mereka pun disebutkan siap untuk bekerja sama dalam perdagangan, apalagi sebelumnya kedua negara turut menandatangani Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (RCEP), sebuah perjanjian perdagangan bebas yang diikuti oleh 15 negara Asia Pasifik. Jepang, yang merupakan sekutu Amerika Serikat di kawasan, melihat China sebagai mitra dagang penting.
Tantangan
Akan tetapi, di sisi lain ada persoalan serius terkait sengketa di Laut China Timur yang mendudukkan kedua negara dalam posisi berhadapan. Kunjungan Wang ke Tokyo sejatinya telah berulang kali ditunda karena Tokyo memprotes kehadiran China di sekitar Pulau Senkaku yang oleh China disebut sebagai Diaoyu dan diklaim sebagai wilayah mereka.
Motegi mengatakan, ”sangat mendesak” China untuk mencegah intrusi kapal China ke perairan dekat Senkaku. Menanggapi itu, Wang mengklaim, perahu nelayan Jepang berulang kali memasuki perairan sensitif. ”Sikap kami jelas, tentu kami akan terus menjaga kedaulatan negara kami,” ujar Wang.
Meskipun diliputi perbedaan, baik Wang maupun Motegi mengatakan, kedua negara akan mencoba untuk menyediakan jalur khusus bagi otoritas pertahanan kedua negara pada akhir tahun ini. Jalur khusus itu digunakan untuk membahas tentang isu di sekitar Laut China Timur.
Dalam jumpa pers bersama itu, Wang mengatakan, dia ingin menjadikan Laut China Timur sebagai ”lautan perdamaian” melalui kerja sama dengan Jepang.
Terkait isu stabilitas kawasan, minggu lalu, Perdana Menteri Australia Scott Morrison mengadakan pembicaraan dengan Perdana Menteri Yoshihide Suga di Tokyo. Mereka sepakat memperluas kerja sama militer untuk menjaga perdamaian dan stabilitas kawasan Indo Pasifik. Sebelumnya kedua negara juga bergabung dengan India dan Amerika Serikat dalam satu kelompok kerja sama yang dikenal dengan Quad. Angkatan Laut keempat negara itu telah menggelar latihan bersama di Laut Arab bagian utara.
Ralph Cossa, presiden emeritus dari Forum Pasifik, sebuah lembaga pemikir yang berbasis di Hawaii, sebagaimana dikutip The Japan Times, mengatakan, Wang dapat menggunakan kunjungannya di Tokyo untuk mengeksploitasi kerentanan apa pun dalam sikap pemerintahan Suga di Quad dan Indo Pasifik. ”Wang akan menguji dan kemungkinan besar mencoba melemahkan komitmen Jepang terhadap Quad,” kata Ralph Cossa. (AP/AFP/REUTERS)