Perlombaan menginden vaksin Covid-19 oleh negara-negara kaya mengkhawatirkan. Kalau negara kurang mampu tak kebagian, virus akan tetap ada. Pada dunia yang saling terhubung, hal ini mengancam pemulihan ekonomi global.
Oleh
Redaksi
·2 menit baca
Tak kurang dari 59,6 juta penduduk dunia terinfeksi SARS-CoV-2 dan 1,4 juta jiwa telah melayang karena Covid-19, penyakit akibat virus itu. Harapan besar diletakkan pada vaksin sebagai pamungkas pandemi.
Awal November, sejumlah perusahaan pengembang vaksin telah mengumumkan hasil awal uji klinis tahap 3 mereka. Namun, jalan masih panjang untuk mendapatkan vaksin yang mencukupi kebutuhan seluruh penduduk dunia.
Tak heran, negara-negara kaya berlomba menginden vaksin untuk memastikan pasokan bagi warganya. Data Global Health Innovation Center dari Universitas Duke, Amerika Serikat, negara-negara Uni Eropa, Amerika Serikat (AS), Kanada, Jepang, Inggris, India, telah memesan lebih dari setengah jumlah produksi kandidat vaksin di dunia. AS bahkan memesan lebih dari 1 miliar dosis dari sejumlah pengembang vaksin.
Harga vaksin tidak murah mengingat miliaran dollar yang diinvestasikan dan upaya yang dicurahkan untuk percepatan pengembangan. Moderna berancang-ancang menjual 10-50 dollar per dosis, sedangkan Pfizer membandrol 20 dollar per dosis.
Hal ini menimbulkan kekhawatiran bahwa negara-negara miskin bakal tak kebagian. Padahal, seperti dikatakan Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus pada taklimat media, 4 September 2020, di dunia yang saling terhubung, jika penduduk negara berpenghasilan rendah dan menengah tak kebagian vaksin, virus akan terus merajalela dan pemulihan ekonomi global bisa tertunda.
Untuk itu, WHO bekerja sama dengan Koalisi untuk Inovasi Kesiapsiagaan Epidemi (CEPI), dan Aliansi Global untuk Vaksin dan Imunisasi (GAVI) dalam program Covax. Tujuannya, menjamin distribusi adil dari vaksin. Target Covax, ada dana 2 miliar dollar untuk membeli dan mendistribusikan vaksin hingga akhir 2021 bagi 92 negara yang memerlukan tapi tak mampu membeli. Prioritas vaksin untuk tenaga kesehatan dan kelompok rentan. Bagian program ini yang disebut Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Anak-anak (Unicef) akan dikirim ke sejumlah negara miskin.
Dengan Covax, Oxford-AstraZeneca sepakat menyediakan vaksin dengan harga maksimum 3 dollar per dosis selama pandemi. Harga sama ditetapkan Institut Serum India (SSI) yang didukung dana 150 juta dollar dari GAVI serta the Bill & Melinda Gates Foundation.
Perlu disadari, vaksin bukan segalanya. Sementara menunggu vaksin tersedia untuk semua, kita bisa melakukan upaya mencegah Covid-19 dengan memutus rantai penularan virus. Caranya, melaksanakan “pesan ibu”: rajin mencuci tangan, mengenakan masker, menghindari kerumunan, dan menjaga jarak.