Inter Milan butuh kemenangan ketika menjamu Real Madrid dalam lanjutan penyisihan grup Liga Champions Eropa. Kegagalan lainnya pada laga itu bisa menyalakan ”bom waktu” di tim Italia itu.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·5 menit baca
MILAN, SELASA - Pelatih Inter Milan Antonio Conte kini seolah tengah menghadapi bom waktu yang siap meledak kapan saja. Bom itu hanya dapat dijinakkan jika mereka mampu mengalahkan Real Madrid pada lanjutan penyisihan grup Liga Champions Eropa, Kamis (26/11/2020) dini hari WIB di Stadion Giuseppe Meazza.
Posisi Inter dan Conte kini memang tengah tersudut. Mereka masih menempati posisi juru kunci Grup B Liga Champions musim ini. Mereka hanya meraih dua poin dari tiga laga awal penyisihan grup. Kegagalan lainnya saat menjamu Real, dini hari nanti, membuat Inter bakal kian sulit lolos ke babak 16 besar kompetisi itu.
Jika itu terjadi, kesabaran para petinggi Inter akan habis. Conte pun bisa menjadi tumbal ledakan kemarahan mereka. Sejauh ini, mereka masih bersabar meskipun Conte gagal meloloskan Inter ke babak 16 besar, musim lalu. Kala itu, mereka disisihkan Barcelona dan Borussia Dortmund.
Padahal, Inter telah banyak mengeluarkan uang demi ambisi besarnya, yaitu bangkit di Italia maupun Eropa bersama Conte. Total dana 287 juta euro atau setara Rp 4,8 triliun telah mereka kucurkan untuk mendatangkan sejumlah bintang, seperti Romelu Lukaku dan Christian Eriksen, dalam kurun dua musim terakhir.
Nilai transfer itu melewati klub-klub di Italia lainnya, termasuk Juventus. Hasilnya, Inter hanya meraih gelar runner-up di Liga Italia dan Liga Europa pada musim lalu. Musim ini, Inter pun masih tertahan di peringkat kelima Liga Italia. Dalam lima laga terakhir, ”La Beneamata” baru sekali menang, yaitu atas Torino, 4-2.
Perbaiki sikap mental
Menurut Conte, yang sukses meraih trofi pada musim perdana di Juve dan Chelsea, para pemain Inter perlu memperbaiki sikap dan mentalnya saat berlaga jika ingin meraih trofi pada akhir musim ini. Ia mengharapkan perubahan itu saat menghadapi Real.
”Saya butuh pemain yang punya hasrat besar untuk menang sejak memasuki terowongan stadion. Sejauh ini, saya belum merasakan adanya antusiasme itu. Meskipun kami punya pemain-pemain bagus, mustahil bisa meraih kesuksesan tanpa hasrat itu,” kata Conte dilansir La Gazzetta dello Sport, kemarin.
Menghadapi Real, Inter setidaknya punya modal sejarah bagus. Mereka belum pernah kalah ketika menjamu Real di kandangnya.
Namun, menurut Sandro Piccinini, jurnalis Sky Sport Italia, Conte tidak bisa hanya menyalahkan anak asuhannya seiring hasil tidak memuaskan dalam satu bulan terakhir. Salah satu persoalan Inter pada musim ini adalah performa di lini pertahanan. Gawang mereka telah kebobolan 13 gol dari delapan laga Liga Italia.
”Conte menyebut timnya tidak ganas? Saya pun juga bisa menjadi pelatih jika hanya mengeluh seperti itu. Menurut saya, Conte perlu segera memperbaiki pendekatan taktiknya, termasuk juga memaksimalkan pemain berkualitas yang selama ini disia-siakan, seperti Eriksen,” ungkap Paccinini di dalam program Sky Calcio Club, Senin (23/11).
Punya kualitas
Terlepas dari perdebatan itu, Lukaku mengakui, timnya belum menunjukkan kapasitasnya sebagai tim raksasa Italia. Pada laga Liga Champions sebelumnya, Inter ditahan Borussia Moenchengladbach dan Shakhtar Donetsk, lalu dibekap Real Madrid.
Padahal, menurutnya, Inter punya kualitas untuk mengejar trofi Liga Champions. Selain Lukaku, mereka memiliki penyerang tajam lainnya, Lautaro Martinez, yang diincar banyak klub kaya Eropa. Mereka juga punya pemain kaya pengalaman seperti Arturo Vidal Ashley Young. Di sisi lain, barisan talenta muda berbakat, seperti Achraf Hakimi dan Nicolo Barella, menghadirkan energi dan semangat baru.
”Banyak pemain di tim ini telah bermain bersama dalam waktu lama. Saya berharap kami bisa mengakhiri musim ini dengan trofi. Guna meraihnya, kami harus tampil lebih baik dari yang telah diperlihatkan selama ini,” ujar Lukaku.
Menghadapi Real, Inter setidaknya punya modal sejarah bagus. Mereka belum pernah kalah ketika menjamu Real di kandangnya. Sejak duel pertama pada semifinal Piala Champions edisi 1965-1966, Inter telah tujuh kali berduel dengan “Los Blancos” di Milan. Hasilnya, mereka lima kali menang dan dua imbang. Pada fase grup Liga Champions musim 1998-1999 misalnya, Inter menang 3-1 lewat gol-gol duo penyerangnya, Roberto Baggio dan Ivan Zamorano.
Real pincang
Sementara itu, Real datang ke Milan dengan kondisi pincang. Selain bek Sergio Ramos, mereka juga kehilangan lumbung golnya, Karim Benzema. Kehilangan dua pemain yang memiliki menit bermain terbanyak pada musim lalu itu membuat Pelatih Real Madrid Zinedine Zidane harus memutar otak.
Real tinggal memiliki Raphael Varane dan Nacho untuk pemain berposisi sebagai bek tengah. Zidane harus pula mencari jalan keluar untuk barisan depan. Saat ini, Real hanya bisa bergantung kepada Mariano Diaz untuk mengisi posisi penyerang tengah atau striker.
Bagi “Los Blancos”, absennya Benzema berpotensi menganggu kualitas serangan. Ketika Benzema tidak tampil pada pekan kesembilan Liga Spanyol, akhir pekan lalu, Real harus puas ditahan imbang Villarreal, 1-1.
Tidak hanya kehilangan poin penuh, pada laga itu, Real juga mencatatkan total tembakan terendah pada musim ini, yakni hanya enam tembakan selama 90 menit. Jumlah tembakan itu jauh dari rata-rata 13,6 tembakan per laga pada musim ini.
Harapan pada Hazard
Meski begitu, Zidane berambisi membawa anak asuhannya ke Milan untuk memutus dua laga beruntun di liga tanpa kemenangan. “Saya tidak khawatir dengan kondisi tim. Kami memiliki sejumlah pemain berkualitas yang akan membantu tim ini kembali ke jalur kemenangan,” kata Zidane dilansir AS.
Absennya Benzema membuat Zidane menaruh harapan besar di pundak Eden Hazard untuk memimpin barisan depan Real. Musim ini, Hazard baru tampil empat kali dan mencetak sebuah gol.
“Ia (Hazard) tengah dalam kondisi fisik yang baik. Saya percaya ia dapat menjadi sosok penting ketika telah kembali bermain rutin bersama kami,” ujar Zidane, pelatih yang telah mempersembahkan tiga trofi “Si Kuping Besar” bagi Real.(AFP)