Institut Teknologi Sepuluh November mengukuhkan delapan guru besar baru sehingga total menjadi 132 orang.
Oleh
Mediana
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Institut Teknologi Sepuluh Nopember mengukuhkan delapan guru besar, Rabu (25/11/2020). Pengukuhan profesor sebanyak itu pertama kali dilakukan.
Sekretaris Dewan Profesor Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Imam Robandi, dalam pernyataan pers, mengatakan, sidang terbuka dewan profesor dan pengukuhan berlangsung secara luar jaringan (luring) dan dalam jaringan (daring) dari Auditorium Research Center ITS. Beberapa pejabat hadir langsung di ruangan antara lain Rektor ITS Mochamad Ashari dan Ketua Dewan Profesor ITS Nadjadji Anwar.
Empat dari delapan guru besar yang dikukuhkan hari ini berasal dari Fakultas Sains dan Analitika Data. Mereka adalah Agus Purwanto (dosen bidang Ilmu Fisika Teori), Chairul Imron (dosen bidang Pemodelan Matematika dan Simulasi Numerik), Triwikantoro (dosen bidang Ilmu Fisika Logam), dan Djoko Hartanto (dosen bidang Ilmu Kimia Anorganik Bahan Alam).
Kemudian, melalui pengukuhan hari ini menambahkan guru besar dari Fakultas Vokasi. Imam menyebutkan Ridho Bayuaji dari Departemen Teknik Infrastruktur Sipil.
Guru besar baru selanjutnya berasal dari Fakultas Teknologi Kelautan, yakni Heri Supomo. Heri selama ini dikenal ahli di bidang Ilmu Teknologi Produksi dan Material Kapal.
Imam menyebut guru besar baru berikutnya berasal dari Departemen Teknik Informatika Fakultas Teknologi Elektro dan Informatika Cerdas. Guru besar baru itu bernama Tohari Ahmad yang mempunyai keahlian di bidang Keamanan Informasi dan Jaringan.
Guru besar baru terakhir yang dikukuhkan hari ini adalah Harus Laksana Guntur dari Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri dan Rekayasa Sistem. Harus dikenal ahli bidang Rekayasa Peredam Getaran.
”Dengan dikukuhkannya delapan guru besar itu, ITS sekarang mempunyai 132 profesor. Kami berharap semakin banyak inovasi yang dihasilkan,” ujar Imam.
Dia menambahkan, perjuangan meraih gelar guru besar membutuhkan waktu rata-rata 30 tahun setelah menjadi dosen. Namun, ada pula dosen yang menerima gelar profesor dalam kurun 23 tahun mengajar dan meneliti.
”Jumlah profesor yang kami miliki belum ideal. Kami menyayangkan dosen yang sudah pensiun, tetapi belum mencapai gelar profesor. Kami terus mendorong dosen segera menyelesaikan studi doktoralnya dan mengejar capaian guru besar,” imbuh Imam yang juga menjabat sebagai Sekretaris Majelis Dewan Guru Besar Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum.
Kontes robot
Di luar prestasi penambahan guru besar, ITS menjadi juara umum dalam Kontes Robot Indonesia (KRI) tahun 2020 yang diselenggarakan secara daring oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) bersama Institut Teknologi Bandung pada 16-22 November 2020.
Kami terus mendorong dosen segera menyelesaikan studi doktoralnya dan mengejar capaian guru besar.
KRI Tahun 2020 diikuti 150 tim dari 68 perguruan tinggi dengan mempertandingkan enam divisi, yaitu Kontes Robot Pemadam Api Indonesia, Kontes Robot Sepak Bola Indonesia Beroda, Kontes Robot Sepak Bola Indonesia Humanoid, Kontes Robot Seni Tari Indonesia, Kontes Robot Tematik Indonesia, dan Kontes Robot Abu Indonesia.
ITS meraih juara pertama dan desain terbaik pada divisi Kontes Robot Sepak Bola Indonesia Beroda. Lalu, ITS memperoleh juara kedua pada divisi Kontes Robot Seni Tari Indonesia.
Pada divisi Kontes Robot Tematik Indonesia, ITS meraih juara untuk kriteria praktis dan aman. Pada divisi Kontes Robot Abu Indonesia, ITS mendapat juara pertama dan strategi terbaik. Di kategori Lomba Kerja Sama Robot, ITS meraih juara kedua.
Mendikbud Nadiem Anwar Makarim mengatakan, teknologi robotika menjadi sebuah terobosan baru dalam kemajuan peradaban manusia. Oleh karena itu, kontes robot perlu dimaknai sebagai wadah bagi mahasiswa untuk menyalurkan gagasan, kreativitas, inovasi, dan solusi mengatasi berbagai masalah.
”Saya yakin perkembangan robot nantinya akan betul-betul membantu membangun kehidupan manusia. KRI 2020 bahkan telah mempunyai divisi Kontes Robot Seni Tari Indonesia. Tidak terbayangkan sebelumnya robot bisa berkontribusi untuk kebudayaan,” kata Nadiem.