Keakraban Nongkrong Virtual ala Mahasiswa Baru
Pepatah yang berbunyi tak kenal maka tak sayang menggambarkan situasi mahasiswa baru masa pandemi Covid-19. Lewat pertemuan virtual, keakraban tetap hangat dan seru.
Pepatah yang berbunyi tak kenal maka tak sayang menggambarkan situasi mahasiswa baru masa pandemi Covid-19. Bagi mereka, pertemuan virtual tak menjadi masalah. Keakraban terjalin dengan mudahnya, dari nongkrong sampai nonton virtual pun tetap seru.
Pada awal perkuliahan tahun ini kehidupan para mahasiswa terasa kurang lengkap. Belum bertemu teman baru secara langsung, apalagi duduk di kelas barengan. Sebagian kecil dari mereka sudah ada yang menengok kampusnya, tetapi ya tetap saja kurang puas.
Untuk mengakalinya, banyak mahasiswa berinisiatif mencari teman lewat Whatsapp Group (WAG). Chrispinus Bimo Pinanditho (18) yang menjadi mahasiswa baru di Jurusan Filsafat Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara Jakarta bersama 30 teman sekelasnya tergabung dalam WAG.
Chrispinus yang akrab disapa Ditho ini langsung mengamati siapa saja yang bisa diajak mengobrol. Maklumlah, sebagai anak gaul, dia tak bisa diam saja. ”Rata-rata teman sekelas susah diajak bercanda. Aku kirim pesan ke teman kuliahku untuk ajak bicara, dia menjawab, penting enggak? Yah, enggak jadi aja,” kata Ditho pada Minggu (22/11/2020) sembari terbahak.
Kini, dari kampus barunya, dia punya tiga teman, salah satunya seorang ibu. ”Ibu itu enak diajak ngobrol dan diskusi. Saya dianggap seperti anak sendiri he-he,” kata Ditho.
Pengalaman sulit mencari teman baru juga dialami Siti Jasmine (19), mahasiswa Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta. Jasmine ingin punya teman yang bisa diajak mengobrol tentang apa saja.
”Sebenarnya, waktu opspek awal September 2020 saya dan kawan satu fakultas tergabung dalam WAG untuk memudahkan membuat tugas. Lalu, di kelas juga ada WAG, tapi setelah selesai mengerjakan tugas, tidak ada lagi yang berinisiatif mengobrol,” ujar Jasmine pada Senin (23/11/2020) di Tangerang Selatan.
Saat ini, Jasmine memiliki seorang teman sekelas yang sama-sama kuliah di UIN Syarif Hidayatullah. ”Kadang-kadang kami bertemu untuk melepas rasa capek karena setiap hari banyak tugas. Jenuh sekali kuliah daring,” kata Jasmine.
Dari Makassar, Sulawesi Selatan, Dhevanlie Tama Gozal, mahasiswa baru Prodi Teknik Industri Binus University, Jakarta, terus berusaha menjalani kuliah daring. ”Saya butuh waktu lama untuk bisa klik dengan teman yang cocok. Ada grup sih sesuai kelas yang diikuti. Obrolannya masih seputar kuliah dan tugas,” kata Dhevan.
Menjalani kuliah daring jadi tantangan bagi Dhevan karena terbatasnya waktu untuk berdiskusi dengan dosen maupun teman kuliah. Kalau bingung dengan bahan kuliah, Dhevan menghubungi teman-teman kuliah yang dianggapnya baik dan merespons ketika ia bertanya tentang materi kuliah.
”Saya terharu, ada saja teman di grup yang bilang bersedia ditanya-tanya kalau belum jelas. Saya tidak ragu menghubungi mereka. Bersyukur ada saja teman yang mau membantu kalau ada tugas dari dosen,” kata Dhevan.
Dhevan juga mencari teman-temannya lewat Instagram. ”Saya coba buka-buka IG teman yang pernah satu kelompok atau yang follow akun saya,” katanya.
Nonton virtual
Tak bisa bertatap muka bukan berarti mahasiswa enggak bisa berha-ha-hi-hi dengan teman-temannya. Malah ada sekelompok mahasiswa yang nongkrong bareng. Eitss, bukan berkerumun di suatu tempat lho, tetapi bertemu virtual. Nongkrong atau begadang barengnya secara daring via aplikasi. Cara itu dilakoni sejumlah mahasiswa baru untuk saling mengenal teman senasib seperjuangan.
Bagi Riman Firmansyah Nugraha, mahasiswa baru di Program Studi Ilmu Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya (UB), Malang, kuliah tanpa bergaul bakal terasa hampa. Riman punya banyak grup, dari teman sekelas, teman seangkatan, teman satu pleton untuk orientasi mahasiswa baru, hingga orientasi maba tingkat universitas. Sampai kemudian, dia punya teman satu grup yang merasa saling cocok mengobrol tentang hidup dan mimpi perjuangan di kampus.
”Aku biasanya perhatiin cara berkomunikasi teman dan bahan obrolannya pas di grup. Yang suka JB alias join bareng pas lagi chat di grup biasanya asyik buat diajak temenan. Aku sih merasa teman-teman sekelas pada asyik, jadi bisa akrab dan seru meskipun baru ketemu daring,” ujar Riman yang dihubungi di Bandung, Senin (23/11/2020).
Obrolan lewat grup kelas pun tak melulu sebatas urusan kuliah. Obrolan bisa berkembang ke mana saja, dari film sampai video lucu. Malahan, kadang ngobrol soal politik.
Setelah akrab, Riman melontarkan ide nonton bareng via aplikasi zoom yang diberi nama Satu Malam Tanpa Tugas. Gayung bersambut, disepakati kegiatan nonton bareng dilakukan setiap malam Minggu dari pukul 20.00 sampai waktu yang tidak ditentukan.
”Ada teman kelas yang punya akun Zoom tanpa batas. Jadinya pakai akun dia. Aku iseng nawarin biar teman-teman punya hiburan, enggak bosan, dan enggak stres urusan kuliah aja,” ujarnya.
Diskusi grup kelas pun jadi ramai untuk membahas film yang bakal ditonton bersama. Semua antusias urun rembuk. Film perdana yang dipilih sekitar tiga minggu lalu bergenre thriller. Saat menonton, suara dan kamera Zoom menyala, jadilah suasananya ramai. Semua yang bergabung bebas ngobrol dan berkomentar.
Seusai pertunjukan film virtual, kebersamaan tetap berlanjut. Dari sekitar 25 teman yang bergabung, bisa tinggal 7-8 orang yang masih melanjutkan pertemuan virtual.
”Pernah saking serunya ngobrol virtual, kami begadang sampai pagi. Rekor nih online dari pukul 21.00 sampai 09.00 esok paginya. Itu pun berhenti karena ingat 15 menit lagi mau kuliah daring. Ha-ha-ha…,” cerita Riman.
Riman pun sering iseng. Dia men-screenshoot ekspresi teman-teman saat kuliah daring. ”Aku upload deh di grup, foto teman-teman, dari yang mengantuk, melamun, sampai bengong. Jadi ramai komentar dan bercanda. Senang sih bikin seru grup. Supaya entar kalau ketemu di kampus sudah berasa akrab,” ujar Riman.
Meskipun tetap mendamba bisa kongko bareng di kampus atau di kafe di Malang, jalinan pertemanan secara virtual mereka terima dengan senang hati. Mereka mahasiswa baru, tetapi banyak yang belum pernah menginjakkan kaki di kampus UB, apalagi bertemu dengan teman sekelas
Riman bersyukur jalinan pertemanan sudah tersambung secara virtual. Bahkan, Riman sudah ketemu dengan sejumlah teman yang cocok dalam pemikiran. Mereka membentuk grup chat tersendiri. Obrolannya lebih terarah terkait rencana selama kuliah sampai tentang berbagi kisah hidup.
Baca juga : Menjadi Pemikir Muda di Era Digital
”Senang sih sudah punya teman baru yang cocok, gabung yang cowok dan cewek. Belum ketemu langsung tapi sudah akrab. Yah, cuma beda media aja sih ketemunya. Diganti dengan zoom saat ini. Rasanya tetap seru dan asyik, ngobrolnya asyik-asyik aja. Kendalanya pas jaringan internet yang suka lelet, koneksi putus. Buru-buru disambung lagi karena enggak mau kehilangan obrolan yang seru. Makanya pas nanti bisa kuliah benaran, pada enggak sabar mau nongkrong bareng,” ujar Riman.
Meski berada di tengah keterbatasan bergerak, ternyata ada banyak cara untuk membuat kehidupan sebagai mahasiswa baru tetap menyenangkan. Kuliah daring jangan sampai garing deh.