Bunga menjadi bahasa simbolik yang kuat dan mengakar dalam tradisi masyarakat. Bunga dipakai sebagai simbol ungkapan cinta, keindaahan, dan keelokan.
Oleh
AGUIDO ADRI
·3 menit baca
Di sepanjang pagar Markas Komando Daerah Militer (Kodam) Jayakarta, Cililitan, Jakarta Timur, berjejer karangan bunga. Pemandangan serupa juga dijumpai di Kepolisian Daerah Metro Jaya, Senayan, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Jejeran karangan bunga dengan berbagai ungkapan itu merupakan bentuk dukungan masyarakat setelah TNI menertibkan spanduk dan baliho pimpinan Front Pembela Islam (FPI) Rizieq Shihab yang dinilai tidak memiliki izin.
“Jangan sampai perjuang kami sia-sia. Terus berjuang Kodam Jaya dan Polda Jaya. Dari kami tenaga medis.”
“Bravo Pangdam Jaya. NKRI harga mati. Semangat selalu menjaga NKRI,” tulis God is good 6030 nggak suka berizik.
“Selidiki terus para pelanggara protokol kesehatan,” tulis Emak-emak Cengkareng.
Demikian sedikit kutipan tulisan di karangan bunga di depan Kodam Jaya dan Polda Metro Jaya.
Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Kristen Indonesia Singgih Sasongko menilai, karangan bunga dengan berbagai ungkapan dukungan itu sebagai bentuk gerakan sosial atas keresahan warga karena penanganan pandemi Covid-19 tidak berjalan baik terutama dalam penegakan protokol kesehatan.
Kiriman bunga dengan berbagai kata dukungan, kata Singgih, bisa diartikan lebih luas dan dalam, tidak hanya untuk TNI dan Polisi, tetapi kiriman bunga itu bisa sebagai sindiran bahwa negara dalam hal ini pemerintahan harus hadir dan tegas menjalankan aturan menegakan protokol kesehatan kepada siapa dan kelompok apa pun.
“Fenomenanya jelas, karena warga sudah gerah, capek, dan geram terhadap situasi pandemi Covid-19. Lalu ada peristiwa kerumunan massa yang menyebabkan warga protes dan mempertanyakan aturan yang dilanggar dan tidak ada pencegahan tindak tegas oleh pemerintah," ujar dia, Selasa (24/11/2020).
Adapun penurunan poster oleh TNI, kata Singgih, itu ibarat akumulasi dari berbagai latar belakang peristiwa terkait FPI, dan penegasan bahwa negara harus hadir dalam menjaga ketertiban umum.
Menurut Singgih, yang menarik dari kiriman ucapan dari warga untuk TNI dan polisi adalah simbol bunga. Gerakan sosial dan keresahan warga menjadi elegan tanpa terciptanya kekerasan, huru-hara, dan terhindar dari perkumpulan massa.
“Cara seperti ini akan efektif meskipun dengan gaya kata yang terkesan lucu dan unik. Pesan penting lainnya, yaitu bunga, subtansi pesan yang ingin disampaikan ditambah ungkapan unik semakin kuat,” kata Singgih.
Singgih melanjutkan, bunga menjadi bahasa simbolik yang kuat dan mengakar dalam tradisi masyarakat. Bunga dipakai sebagai simbol ungkapan cinta, keindaahan, dan keelokan.
“Melalui bunga, masyarakat kita ingin menunjukan rasa mencintai, kedamaian dan keindahan. Kita tidak ingin ada perpecahan, pertengkaran, konflik, keributan, hingga keresahan. Dengan bahasa bunga menjadi gerakan yang halus,” tutur Singgih.
Sementara itu, Pangdam Jaya Mayor Jederal TNI Dudung Abdurachman menyampaikan terima kasih kepada warga atau kelompok masyarakat yang mendukung TNI.
“Dukungan ini, tidak hanya untuk TNI. Dukungan ini artinya juga untuk Satpol PP DKI Jakarta dan polisi. Dukungan ini untuk setiap warga yang mendambakan keamanan dan ketertiban,” kata Dudung.