Kalangan siswa siswi kelas IX dari 17 SMP Negeri dan Swasta di Surabaya, Jawa Timur, mengikuti tes usap, Rabu (25/11/2020), sebagian bagian dari persiapan persekolahan kembali yang sempat tertunda karena wabah Covid-19.
Oleh
AMBROSIUS HARTO, AGNES SWETTA PANDIA
·5 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Kalangan siswa siswi kelas IX dari 17 SMP Negeri dan Swasta di Surabaya, Jawa Timur, mengikuti tes usap, Rabu (25/11/2020). Tes usap merupakan persiapan persekolahan kembali yang sempat tertunda karena wabah Covid-19 (Coronavirus Disease 2019) akibat virus korona jenis baru (SARS-CoV-2).
Menurut keterangan Dinas Pendidikan Kota Surabaya, tes usap dilaksanakan terhadap hampir 4.900 pelajar kelas IX dari 17 sekolah yang ditunjuk sebagai percontohan untuk pemelajaran tatap muka. Tes usap dilaksanakan Rabu dan Kamis terhadap peserta didik SMP Negeri 1, 2, 3, 10, 12, 15, 19, 26, 28, 46, dan 61, SMP 17 Agustus 1945, Al Hikmah, Giki 2, Kristen YBPK 1, Santa Maria dan Santo Carolus.
”Tes dilaksanakan di sekolah oleh tim pengambil sampel dari Dinas Kesehatan,” kata Kepala Dinas Pendidikan Kota Surabaya Supomo.
Tes usap terhadap para pelajar merupakan kelanjutan dari kegiatan serupa yang telah dilakukan terhadap para guru dan tenaga pendidikan SD dan SMP dua hari lalu atau Senin (23/11). Tes usap perlu dilaksanakan sebagai tahap awal untuk pelaksanaan persekolahan dalam masa adaptasi kebiasaan baru atau normal baru (new normal).
Tes dilaksanakan di sekolah oleh tim pengambil sampel dari Dinas Kesehatan. (Supomo)
Selama ini, kegiatan belajar-mengajar dilaksanakan dalam jaringan internet atau online atau pertemuan terbatas dengan penerapan protokol, misalnya di balai kecamatan, kelurahan, RW, atau sarana serupa di permukiman. Di sisi lain, kalangan guru dan tenaga pendidikan masuk bergiliran dengan menerapkan protokol, yakni kebersihan dan memakai masker.
Januari 2021
Pemerintah Kota Surabaya berencana pemelajaran tatap muka di 17 sekolah tadi bisa dimulai pada awal Desember. Jika berlangsung lancar dan tidak menimbulkan peningkatan kasus Covid-19 yang signifikan, kemungkinan besar pengambilan sampel tes usap murid SD dan siswa siswi kelas VII dan VIII bisa dilaksanakan pada Januari 2021.
Melalui tes usap, guru, tenaga pendidikan, dan peserta didik yang negatif atau tidak terpapar Covid-19 diperkenankan mengikuti pelaksanaan tatap muka. Namun, nantinya, persekolahan berlangsung terbatas dengan penerapan protokol.
Misalnya, semua sivitas harus memakai pelindung diri khususnya masker dan pelindung wajah atau face shield serta sarung tangan. Sebelum masuk sekolah diperiksa suhu tubuh, mencuci tangan dan harus rutin selama di sekolah, dan memastikan jaga jarak atau tidak berdekatan dengan orang lain. Setelah persekolahan tanpa waktu istirahat harus pulang.
Adapun untuk guru dan tenaga pendidikan yang memiliki komorbid atau penyakit penyerta diminta tetap bekerja dari rumah. Hal ini mencegah potensi kalangan rentan tertular Covid-19 yang bisa berdampak mematikan.
”Untuk pengawasan, kami membuka laman resmi Sistem Informasi Aplikasi Guru Surabaya (SIAGUS),” kata Supomo. Aplikasi ini mencatat kehadiran guru di sekolah dan seluruh aktivitas belajar-mengajar yang dilaksanakan.
Kepala SMP Negeri 1 Surabaya Akhmad Suharto mengatakan, tes usap bagi para murid berlangsung lancar dan tertib. Sebanyak 405 siswa siswi untuk tes usap datang tidak bersamaan atau menurut jadwal waktu yang telah ditentukan. Sekolah kini menunggu hasil tes usap apakah ada siswa siswi yang positif terjangkit atau tidak.
”Tes usap untuk 90 guru dan karyawan sekolah sudah dilaksanakan dengan hasil seluruhnya negatif,” kata Akmad.
Berdasarkan laman resmi http://infocovid19.jatimprov.go.id/ yang dikelola Pemprov Jatim, situasi di Surabaya sejak wabah menyerang pada pertengahan Maret sampai sekarang telah menjangkiti 16.734 jiwa atau 28 persen dari akumulasi se-Jatim yang 59.800 orang positif Covid-19.
Wabah mengakibatkan kematian 1.203 jiwa atau 28,3 persen dari 4.249 kematian di Jatim. Sebanyak 15.465 pasien Covid-19 di Surabaya berhasil sembuh sementara masih ada 66 pasien dirawat. Persentase kematian 7,2 persen sedangkan kesembuhan 92,4 persen atau keduanya tinggi.
Tidak melonjak
Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya Febria Rachmanita mengatakan, gugus tugas terus berupaya mengendalikan wabah Covid-19 agar tidak kembali parah. Saat ini, status Surabaya berada dalam zona risiko penularan sedang atau tidak lagi tinggi alias merah tiga bulan terakhir. Kasus baru memang masih ada setiap hari dan berada di kisaran 20-40 orang alias tidak melonjak.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini bersama jajarannya pun semakin gencar melakukan razia protokol kesehatan, sekaligus berusaha memutus mata rantai penyebaran Covid-19. Meski jumlah pasien terus melandai, Pemkot Surabaya tetap gencar mendatangi tempat keramaian untuk mendeteksi dini dengan tes swab secara masif.
Mekanisme pelaksanaan swab di mal adalah jika jumlah karyawan yang di swab kurang dari 100 orang, mereka yang datang ke puskesmas terdekat. Jika jumlahnya lebih 100 orang, petugas yang mendatangi lokasi. (Tri Rismaharini)
Setelah beberapa waktu lalu, jajaran Dinas Kesehatan Kota Surabaya melakukan swab massal di kawasan perbatasan kota, kali ini Wali Kota Risma meminta tes usap digelar di lingkungan industri, hotel dan pusat perbelanjaan atau mal. Setiap hari Dinkes Surabaya bisa melakukan uji usap sebanyak 3.000 spesimen.
”Mekanisme pelaksanaan swab di mal adalah jika jumlah karyawan yang di swab kurang dari 100 orang, mereka yang datang ke puskesmas terdekat dari mal itu. Jika jumlahnya lebih 100 orang, maka petugas yang datang ke lokasi,” ujar Risma.
Pada Rabu siang, Risma menyerahkan bantuan dua pasang baju hazmat, satu boks masker medis dan sarung tangan kepada para modin di Kota Surabaya. Penyerahan secara simbolis itu dilakukan di halaman Balai Kota Surabaya. Pada kesempatan itu, Wali Kota Risma menyampaikan terima kasih kepada seluruh modin yang juga berisiko tinggi terkena virus Covid-19 karena salah satunya tugasnya mengurusi jenazah warga yang meninggal.
”Tidak mudah memang, tetapi kalau dijalankan dengan ikhlas, Gusti Allah akan memudahkan. Saya berharap kepada panjenengan atau Anda untuk selalu disiplin menerapkan protokol kesehatan,” ujarnya. Jumlah modin sekitar 2.280 orang, dan hazmat buat modin dirancang dan dijahit oleh Pemkot Surabaya dengan bahan yang bisa dicuci sehingga saat ini baru selesai sekitar 50 persen dari kebutuhan.