Pencarian Empat Nelayan yang Hilang di Perairan Selatan Lombok Dihentikan
›
Pencarian Empat Nelayan yang...
Iklan
Pencarian Empat Nelayan yang Hilang di Perairan Selatan Lombok Dihentikan
Pencarian empat nelayan yang hilang di perairan laut selatan Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, dihentikan. Kantor SAR Mataram bisa memulai kembali operasi jika ada tanda-tanda korban ditemukan.
Oleh
ISMAIL ZAKARIA
·3 menit baca
MATARAM, KOMPAS — Badan Pencarian dan Pertolongan Mataram menghentikan pencarian empat nelayan yang hilang di kawasan laut selatan Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat. Keputusan itu diambil sesuai prosedur standar operasi setelah pencarian selama tujuh hari.
Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan (Kantor SAR) Mataram Nanang Sigit PH di Mataram, Rabu (25/11/2020), mengatakan, pencarian empat nelayan KM Kerinci Indah itu resmi dihentikan pada Selasa (24/11/2020).
”Tetapi, kami akan kembali melakukan operasi SAR jika ada tanda-tanda korban ditemukan atau ada permintaan dari keluarga korban,” kata Nanang.
Seperti diberitakan, KM Kerinci Indah 02 GT 26 yang mengangkut 11 nelayan dilaporkan mengalami kecelakaan di perairan selatan Pulau Lombok, NTB, pada Selasa (17/11/2020) pukul 06.20 Wita. Kapal itu berangkat dari Teluk Benoa, Bali.
Saat kecelakaan, Kapal MV Cape Kallia yang melintas di lokasi kejadian dan langsung memberikan bantuan. Mereka berhasil mengevakuasi tujuh nelayan.
Ketujuh nelayan itu ialah Ilham Werawansyah (34) dan Toni Wijaya (34) asal Padang, Sumatera Barat; Riyanto (25) asal Flores, Nusa Tenggara Timur; Jainuddin (51) dan Wagito (50) asal Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur; serta Irawan (27) dan Sulaiman (34) asal Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur.
Sementara empat nelayan lainnya hilang, yakni Rudy Kurniawan (32) asal Yogyakarta, Agus Nopyan (37) asal Padang, Alfonso Mali (40) asal Medan, dan Badu Dahman Harahab (56) asal Cirebon.
Nanang menambahkan, mereka telah melakukan pencarian sejak hari kejadian. Pencarian selama tujuh hari itu dilakukan tim SAR gabungan, yakni anggota Kantor SAR Mataram, anak buah kapal (ABK) KN Chundamani- P116, dan ABK MV Cape Kallia, serta para nelayan.
Pencarian dengan kapal Rigit Inflatable Boat (RIB) 09 Mataram itu dilakukan dengan menyisir perairan laut, mulai dari lokasi kejadian kecelakaan kapal, kemudian diperluas ke Teluk Awang, Pantai Kuta Mandalika, hingga Pantai Selong Belanak Lombok Tengah.
”Selain menyisir perairan laut, pencarian juga dilakukan dengan menyusuri pinggir kawasan pesisir,” kata Nanang.
Selain itu, mereka juga menyebar informasi kepada masyarakat sekitar dan para nelayan. Mereka diminta melapor jika menemukan korban. Namun, hingga penutupan operasi tidak ada laporan dari nelayan.
Pencarian juga terhambat kondisi cuaca di kawasan laut selatan Lombok yang sering tidak bersahabat. Menurut I Gusti Lanang Wiswananda dari Humas Kantor SAR Mataram, gelombang di kawasan laut selatan Lombok sedang tinggi.
Waspada
Saat ini, NTB sudah memasuki musim hujan. Oleh karena itu, menurut prakirawan Badan Meteorologio, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi, Zainuddin Abdul Majid Kadek Katriavi Karlina, masyarakat harus mewaspadai potensi hujan lebat disertai kilat dan angin kencang.
Kondisi itu, kata Kadek, diperkirakan terjadi dalam tiga hari ke depan di sebagian wilayah Mataram, Lombok Barat, Lombok Utara, Lombok Timur, Lombok Tengah, Sumbawa, Bima, dan Dompu sejak siang hingga malam hari.
Masyarakat harus mewaspadai potensi hujan lebat disertai kilat dan angin kencang.
Selain itu, masyarakat, khususnya yang beraktivitas di perairan laut, harus mewaspadai gelombang yang mencapai lebih dari 2 meter. Menurut Kadek, kondisi itu diperkirakan terjadi di Selat Lombok bagian selatan, Selat Alas bagian selatan, Samudra Hindia selatan NTB, dan Selat Sape bagian selatan.
Terkait kondisi itu, Gusti juga mengingatkan masyarakat untuk terus memantau informasi cuaca dari BMKG. Ia juga meminta masyarakatagar tidak memaksakan diri keluar atau beraktivitas di luar rumah saat cuaca buruk.