Peneliti Bikin Robot Pembantu Operasi Tulang dan Deteksi Koinfeksi Bakteri Pasien Covid-19
›
Peneliti Bikin Robot Pembantu ...
Iklan
Peneliti Bikin Robot Pembantu Operasi Tulang dan Deteksi Koinfeksi Bakteri Pasien Covid-19
Anggia Prasetyoputri dan Latifah Nurahmi merancang penelitian terbaru. Mereka meraih penghargaan tahunan L’Oréal-UNESCO for Women in Science National Fellowship Awards 2020.
Oleh
INSAN ALFAJRI
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Dua perempuan peneliti, Anggia Prasetyoputri dan Latifah Nurahmi, merancang penelitian terbaru yang berangkat dari tantangan sains di tengah pandemi Covid-19 di Indonesia. Atas ide penelitian ini, mereka meraih
penghargaan tahunan L’Oréal-UNESCO for Women in Science National Fellowship Awards 2020.
Latifah Nurahmi, pengajar di Departemen Teknik Mesin Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, Jawa Timur, dalam diskusi daring, Rabu (25/11/2020), memaparkan proposal penelitian bertajuk
”Robot Operasi Reduksi Fraktur sebagai Teknik Bedah Invasif Minimal”.
Ketika seseorang patah tulang, dokter akan mengiris daging hingga tulang terlihat. Lalu, dokter membenahi tulang yang patah. Namun, prosedur ini mengandung risiko antara lain pendarahan, infeksi, serta terjadinya kontak fisik antara dokter dan pasien.
Untuk itu, sejak 1992, katanya, peneliti mulai menawarkan operasi tulang dengan bantuan robot. Kekurangan temuan di tahun tersebut adalah alat hanya bisa digunakan sekali pakai. Tahun 1999 dan 2006, peneliti mengembangkan struktur robot paralel yang lebih efektif dari temuan sebelumnya. Namun, robot paralel ini memiliki ruang terbatas.
Dia melanjutkan, tantangan terbesar penelitian ini adalah membuat perangkat mekanik bisa beradaptasi dalam operasi tulang. Latifah menawarkan struktur robot hibrida yang diyakini lebih efektif dari struktur robot paralel. Ukuran robot disimpulkan dari indeks kekakuan. Semakin kaku sebuah robot, semakin akurat kinerjanya. Analisis kinematika dan dinamika robot pun tak kalah penting agar dokter nyaman menggunakan alat tersebut.
”Saat pandemi seperti ini, kontak fisik antara pasien dan dokter bisa harus diminimalkan. Dengan bantuan robotika, saya berharap bisa berkontribusi untuk mengurangi kontak fisik karena ini untuk kebaikan dokter dan pasien,” jelasnya.
Sementara itu, peneliti di Pusat Penelitian Bioteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Anggia Prasetyoputri, mengajukan proposal penelitian
Deteksi Koinfeksi Bakteri pada Pasien Covid-19 melalui Metode Sekuensing dari Sampel Swab. Menurut dia, belum banyak yang menyadari penderita Covid-19 dapat terinfeksi bakteri patogen, terutama pasien dengan gejala berat. Ini memicu komplikasi. Pada beberapa kasus, situasi ini menyebabkan kematian.
Selain itu, dia melanjutkan, penggunaan antibiotik spektrum luas pada pasien tanpa data valid ada atau tidaknya infeksi bakteri akan memperparah resistensi bakteri terhadap antibiotik. Untuk itu, dibutuhkan metode cepat dan akurat untuk mendeteksi koinfeksi bakteri pada pasien Covid-19. Metode ini akan memberi masukan terhadap penatalaksanaan antibiotik.
Penelitian yang akan dimulai tahun 2021 ini memiliki beberapa tahapan. Pertama, peneliti mengekstraksi DNA dari spesimen tes usap pasien Covid-19. Setelah itu, peneliti menyiapkan sampel dan sekuensing metagenomik dengan alat nanopore. Alat itu akan mengurutkan basa nukleotida untuk memperoleh genom utuh bakteri.
”Setiap bakteri memiliki ukuran basa nukleotida unik sehingga dari situ data sekuensing akan dapat dianalisis untuk diidentifikasi jenis bakteri dan apakah bakteri tersebut memiliki gen resistensi antibiotik,” jelasnya.
Kedua perempuan peneliti ini mendapat dana riset masing-masing sebesar Rp 100 juta dari L’Oréal Indonesia. Bantuan itu dirasa cukup untuk membantu riset yang akan dimulai tahun depan.
Ketua Dewan Juri L’Oréal-UNESCO for Women in Science National Fellowship Awards 2020 Endang Sukara menjelaskan, dewan juri banyak sekali mendapat proposal penelitian dari berbagai perempuan peneliti di Indonesia. Selama penjurian, banyak sekali ide dan komitmen menarik yang tertuang dalam proposal.
Dalam penjurian, dewan juri memeriksa pertanyaan ilmiah yang diajukan serta solusi yang ditawarkan terkait dampak pandemi Covid-19. Kontribusi terhadap sains dan dampak nyata bagi kehidupan manusia. ”Kedua pemenang sangat antusias dengan penelitiannya dan mereka menguasai materi dengan sangat baik. Kami percaya tingkat keberhasilannya juga tinggi,” ujarnya.
Menurut dia, gelaran tahunan L’Oréal Indonesia merupakan dukungan terhadap sains dan pendidikan. Sains tidak berhenti ketika pandemi Covid-19 melanda Indonesia. Bahkan, sains justru harus menjawab tantangan saat ini dan masa depan.
Direktur Komunikasi, Hubungan Publik, dan Keberlanjutan L’Oréal Indonesia Melanie Masriel menyatakan, penghargaan tahunan ini sudah berlangsung sejak 2004. Bekerja sama dengan Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, L’Oréal Indonesia sudah memberikan dukungan dana riset kepada 59 perempuan peneliti di Indonesia.
”Dengan landasan ’dunia butuh sains dan sains membutuhkan perempuan’, program ini merupakan inti dari apa yang kami percayai sebagai perusahaan kecantikan berbasis sains. Setiap produk kami dilandasi oleh penelitian yang menyeluruh guna memberikan produk yang terbaik bagi konsumen kami,” katanya.