Formula 1 menyisakan tiga balapan dengan semua gelar sudah diraih oleh Lewis Hamilton dan Mercedes. Kini, tersisa persaingan runner-up pebalap antara Valtteri Bottas dan Max Verstappen, serta posisi ketiga konstruktor.
Oleh
AGUNG SETYAHADI
·5 menit baca
LONDON, SELASA – Persaingan juara Formula 1 tidak banyak berubah musim ini. Lewis Hamilton dan timnya Mercedes, masih mendominasi perburuan juara pebalap dan konstruktor. Kini, dalam tiga balapan terakhir, dua kali di Bahrain dan sekali di Abu Dhabi, persaingan akan beralih ke perebutan runner-up pebalap antara Valtteri Bottas dan Max Verstappen.
Finis di peringkat dua bukanlah pencapaian yang bergengsi, tetapi penting dalam konteks kredibilitas pebalap serta aspek finansial. Verstappen musim lalu menegaskan, menjadi runner-up bukanlah sesuatu yang membanggakan, karena yang diperebutkan adalah gelar juara. “Apa bagusnya itu. Ya, mungkin orang lain berpikir lain, tetapi bagi saya hanya posisi puncak yang dihitung,” tegas pebalap Red Bull itu.
Namun, bisa finis di posisi dua pada musim ini akan menaikan kredibilitas Verstappen sebagai pebalap, mengingat dominasi mobil Mercedes W11 yang unggul hampir di semua sirkuit. Mobil tim “Panah Perak” itu menurut Verstappen terlalu unggul, bahkan saat rusak pun sulit bagi dirinya mendahului. Itulah mengapa dia menilai, penerapan regulasi baru F1 pada 2022 akan membuat persaingan lebih ketat dan menarik.
“Anda bisa melihat masalah saat ini di Imola, sebagai contohnya. Valtteri membalap dengan mobil yang lebih lambat 0,3 atau 0,4 detik karena ada kerusakan, tetapi saya tidak bisa mendahului dia, meskipun saya jauh lebih cepat,” ujar Verstappen. Pebalap Belanda itu akhirnya bisa mendahului Bottas di Imola, tetapi gagal finis di posisi kedua karena ban belakang kanan pecah.
Verstappen menjadi satu-satunya pebalap yang bisa mengusik para pebalap Mercedes, Hamilton dan Bottas, musim ini. Sementara itu, para pebalap Ferrari, Sebastian Vettel dan Charles Leclerc, turun ke papan tengah karena performa SF1000 yang jeblok. Dalam 14 seri yang telah bergulir, 12 di antaranya dimenangi oleh pebalap Mercedes, 10 kali Hamilton dan 2 kali Bottas. Verstappen memenangi seri Perayaan 70 Tahun F1 di Silverstone, Inggris. Adapun seri Italia di Monza menjadi anomali dengan dimenangi pebalap AlphaTauri, Pierre Gasly.
Dominasi Mercedes itu membuat persaingan juara menyisakan Hamilton dan Bottas menjelang seri Turki, karena poin Verstappen sudah tertinggal jauh. Bahkan, untuk bisa finis di posisi kedua pun akan sangat sulit bagi Verstappen yang kini mengumpulkan 170 poin, terpaut 27 poin dari Bottas di posisi dua.
Dengan sisa tiga balapan, dua kali di Bahrain pada 29 November dan 6 Desember, serta seri penutup di Abu Dhabi pada 13 Desember, peluang Verstappen mengungguli Bottas sangat tipis, karena masih ada maksimal 78 poin untuk diraih, termasuk bonus poin lap tercepat. Dengan skenario yang nyaris mustahil, Verstappen memenangi ketiga balapan tersisa (meraih 75 poin), Bottas perlu finis kedua di ketiga seri itu (meraih 54 poin).
Oleh karena itu, finis sebagai runner-up meskipun tidak bergengsi, memiliki makna penting bagi kredibilitas pebalap. Hal ini menjadi tantangan bagi putra mantan pebalap Formula Satu Jos Verstappen itu untuk menegaskan dirinya bisa tetap kompetitif dengan mobil RB16, yang performanya kalah dibandingkan W11.
Secara matematis, Verstappen juga masih bisa dilampaui pebalap peringkat empat Sergio Perez. Pebalap tim Racing Point itu mengumpulkan 100 poin, terpaut 70 poin dari Verstappen. Perez hanya bisa finis ketiga jika Verstappen mengalami balapan yang sangat buruk hingga gagal meraih poin dalam tiga balapan terakhir.
Perez juga tidak akan terlalu fokus mengejar Verstappen, karena perebutan posisi empat sangat ketat. Dia hanya unggul tiga poin dari Leclerc di peringkat kelima, dan empat poin dari pebalap Renault Daniel Ricciardo. Persaingan tak terbatas pada ketiga pebalap itu, karena Carlos Sainz (McLaren), Lando Norris (McLaren), dan Alexander Albon (Red Bull), bisa masuk ke persaingan jika meraih hasil bagus di balapan tersisa.
Konstruktor
Mereka juga bertekad membantu timnya meraih posisi ketiga konstruktor yang masih diperebutkan oleh Racing Point, McLaren, Renault, dan Ferrari. Juara konstruktor sudah diraih oleh Mercedes, sedangkan posisi kedua hampir pasti menjadi milik Red Bull yang mengumpulkan 240 poin.
Racing Point kini di posisi ketiga dengan 154 poin, disusul McLaren (149), Renault (136), dan Ferrari (130). Tantangan terbesar dihadapi oleh Ferrari yang musim ini keluar dari “big three” karena performa SF1000 yang kurang kompetitif. Namun, Ferrari masih memiliki peluang finis ketiga di klasemen konstruktor. Apalagi mereka meraih hasil bagus di Turki, dengan Vettel dan Leclerc finis di posisi tiga dan empat.
Norris yang kini di posisi delapan klasemen pebalap, bertekad tampil maksimal di Bahrain untuk mengakhiri musim ini di posisi setinggi mungkin. “Sirkuit Bahrain biasanya membuat balapan yang sangat ketat dengan banyak peluang mendahului, khususnya dengan tiga zona DRS,” ujarnya kepada Formula 1.
“Melihat tahun lalu, Bahrain adalah salah satu balapan terbaik saya saat saya mencepat poin pertama saya dalam Formula 1. Semoga kami bisa terus mencetak beberapa poin penting akhir pekan ini dan mengawali tiga balapan beruntun dengan kuat,” lanjut pebalap asal Inggris itu.
Sementara itu, Kepala Tim McLaren F1 Andrea Seidl menegaskan, persaingan ini sangat ketat dan sulit bagi timnya untuk mengungguli Racing Point. Dia juga menilai, Ferrari tidak bisa diremehkan. “Kami harus melakukan semuanya dengan tepat jika kami ingin meraih posisi tiga konstruktor,” ujarnya.
“Kami masih dalam persaingan meraih posisi ketiga. Tetapi, jika kami melihat hanya pada performa, maka saat ini kami tidak memiliki mobil tercepat ketiga atau keempat. Kami harus memastikan bisa mengeluarkan potensi mobil kami sedikit lebih banyak. Di atas itu semua, kami harus melakukan semuanya dengan tepat dalam tiga balapan terakhir dan kami tidak boleh gagal finis jika ingin meraih posisi ketiga,” tegas Seidl dikutip Speedweek.
Terkait potensi persaingan, Seidl pun menilai Ferrari bisa membuat kejutan setelah hasil bagus di Turki. “Saya menghormati Ferrari, saya tidak pernah mencoret mereka. Mereka menunjukan itu di Turki, hasil yang bagus dan semuanya terlihat sangat berbeda. Saya tidak terkejut Ferrari bisa menjadi kuat lagi. Bagi saya ini hanya masalah waktu, mengingat sumber daya yang mereka miliki,” pungkas Seidl.