Sukarelawan dan Pemberi Bantuan Diminta Tes Cepat Antigen
›
Sukarelawan dan Pemberi...
Iklan
Sukarelawan dan Pemberi Bantuan Diminta Tes Cepat Antigen
Sukarelawan dan pemberi bantuan harus dipastikan kondisi kesehatannya sebelum terjun langsung ke barak pengungsian ancaman erupsi Gunung Merapi. Mereka diminta melakukan tes cepat antigen.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
SLEMAN, KOMPAS — Sukarelawan dan pemberi bantuan harus dipastikan kondisi kesehatannya bebas dari Covid-19 sebelum terjun langsung ke barak pengungsian ancaman erupsi Gunung Merapi. Mereka diminta melakukan tes cepat antigen. Dengan demikian, potensi penularan Covid-19 terhadap pengungsi dapat dikurangi.
Gunung Merapi meningkat statusnya dari Waspada (Level II) ke Siaga (Level III) sejak 5 November 2020. Dengan peningkatan status itu, sejumlah warga kelompok rentan harus mengungsi lebih dahulu. Kelompok rentan itu terdiri dari warga lansia, ibu hamil dan menyusui, serta anak-anak.
Di Kabupaten Sleman, penduduk yang sudah mengungsi berasal dari Dusun Kalitengah Lor, Desa Glagaharjo, Kecamatan Cangkringan. Mereka mulai mengungsi sejak Sabtu (7/11/2020). Jumlah pengungsi hingga Rabu (25/11/2020) dini hari mencapai 241 orang.
”Ancaman erupsi ini bersamaan dengan pandemi Covid-19. Kami ingin (barak pengungsian) harus disertai dengan protokol Covid-19 yang ketat,” kata Wakil Ketua Komisi VII DPR TB Ace Hasan Syadzily dalam kunjungannya ke barak pengungsian di Desa Glagaharjo, Rabu sore.
Lebih lanjut, Ace menambahkan, adanya ancaman bencana kerap mengundang banyak relawan maupun pemberi bantuan. Ia meminta agar setiap orang dari luar daerah yang ingin beraktivitas di barak pengungsian harus dipastikan kondisi kesehatannya. Hal tersebut demi mencegah penularan Covid-19 terhadap para pengungsi yang tergolong dalam kelompok rentan.
”Kami minta agar mereka tes Covid-19. Tes cepat yang akurat, ya, dengan tes usap antigen. Jangan sampai Desa Glagaharjo yang (zona) hijau ini, karena banyak bantuan dari luar, membawa virus ke sini, lalu menjadi kluster baru,” kata Ace.
Sebelumnya, Pemerintah Kabupaten Sleman menerima bantuan alat tes cepat antigen 2.500 unit dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Alat tes tersebut juga akan digunakan untuk penapisan kesehatan terhadap relawan dan pemberi bantuan. Bantuan alat tes juga diberikan kepada tiga pemerintah kabupaten lain yang terancam bahaya erupsi Merapi, yakni Boyolali, Klaten, dan Magelang di wilayah Jawa Tengah.
Direktur Kesiapsiagaan Direktorat Bantuan Darurat BNPB Jarwansah mengungkapkan, pihaknya berencana memberikan bantuan tambahan alat tes cepat antigen 20.000 unit. Bantuan itu akan didistribusikan kepada daerah yang terancam bahaya erupsi Merapi. Selain itu, ada juga bantuan lain berupa masker 50.000 unit ke daerah-daerah tersebut.
Kepala Pelaksana BPBD Sleman Joko Supriyanto mengungkapkan, pihaknya memastikan agar alat tes antigen itu nantinya digunakan untuk mengecek kondisi kesehatan sukarelawan dan pemberi bantuan, khususnya mereka yang berasal dari luar DIY. Ia juga merencanakan melakukan tes antigen berkala kepada sukarelawan yang beraktivitas di barak pengungsian.
”Tes antigen ini juga akan kami gunakan untuk sukarelawan yang beraktivitas di barak Desa Glagaharjo ini. Kami ingin memastikan mereka aman sehingga tidak menularkan ke pengungsi,” kata Joko.
Lebih lanjut, Joko menyampaikan, pihaknya membatasi donatur atau pemberi bantuan untuk berinteraksi langsung dengan pengungsi. Para pemberi bantuan harus menyalurkan bantuannya lewat sekretariat posko pengungsian. Selanjutnya, sukarelawan dari barak yang akan meneruskan bantuan kepada para pengungsi. Ini meminimalisasi potensi penularan Covid-19 kepada pengungsi.