Biden Didesak Perpanjang Perjanjian Senjata Nuklir dengan Rusia
›
Biden Didesak Perpanjang...
Iklan
Biden Didesak Perpanjang Perjanjian Senjata Nuklir dengan Rusia
Joe Biden akan langsung dihadapkan pada pengambilan keputusan terkait perjanjian Amerika Serikat-Rusia tentang senjata nuklir. Perjanjian itu habis masa berlakunya hanya 16 hari setelah dirinya dilantik.
Oleh
Benny D Koestanto
·4 menit baca
WASHINGTON, RABU — Para pendukung pengawasan senjata mendesak Presiden terpilih Amerika Serikat, Joe Biden, untuk memperpanjang perjanjian AS-Rusia terakhir yang membatasi penempatan senjata nuklir strategis atau START selama lima tahun.
Segera setelah dilantik pada 20 Januari 2021, Biden akan dihadapkan pada pengambilan keputusan terkait perjanjian dengan Rusia itu. START yang disepakati pada 2010 akan berakhir 16 hari setelah pelantikan Biden.
Bila perjanjian itu tidak diperpanjang, baik Washington maupun Mokswa bebas mengerahkan hulu ledak nuklir strategis dan rudal, kapal selam, dan pengebom dalam jumlah yang tidak terbatas. ”Sama seperti tindakan dramatis yang diperlukan untuk memerangi perubahan iklim dan pandemi Covid-19, kepemimpinan Amerika yang akan datang, yaitu cerdas dan berani, diperlukan untuk mengurangi ancaman bencana nuklir,” demikian pernyataan dari setidaknya 24 pihak, termasuk pengawas senjata, aktivis lingkungan hidup, dan kelompok lain dalam sebuah surat. Mereka, antara lain, perwakilan Asosiasi Pengendalian Senjata, Sierra Club, Dewan Dunia Layak Huni, dan Gereja Metodis Bersatu.
Surat itu ditujukan kepada tim transisi Biden pada 19 November 2020. Tim transisi Biden menolak berkomentar atas surat itu.
Perjanjian START atau dikenal dengan NEW START mulai berlaku pada tahun 2011 dan dapat diperpanjang melalui kesepakatan bersama hingga lima tahun. Para pendukung kontrol senjata meminta Biden untuk segera menyetujui perpanjangan waktu lima tahun itu tanpa syarat.
Banyak ahli khawatir habisnya masa pernjanjian NEW START dapat memicu perlombaan senjata nuklir dan sekaligus mengintensifkan ketegangan AS-Rusia. Dinamika hubungan kedua belah pihak dinilai semakin memuncak dan berada dalam kondisi paling parah sejak Perang Dingin berakhir pada 1991. Beberapa rangkaian peristiwa yang memicu ketegangan itu adalah aneksasi Krimea oleh Rusia, dugaan campur tangan Rusia dalam pemilu AS tahun 2016 yang dibantah keras Mokswa, serta sengketa kendali senjata.
Banyak ahli khawatir habisnya masa pernjanjian START Baru dapat memicu perlombaan senjata nuklir dan sekaligus mengintensifkan ketegangan AS-Rusia. Dinamika hubungan kedua belah pihak dinilai semakin memuncak ketegangannya dan berada dalam kondisi paling parah sejak Perang Dingin berakhir pada 1991.
Jika perjanjian NEW START tidak diperpanjang, ada sejumlah konsekuensi yang mengiringi. Berakhirnya perjanjian itu akan mengakhiri program untuk inspeksi silang di antara kedua belah pihak di tempat-tempat pengembangan nuklir di Rusia ataupun AS. Selama perjanjian berlaku, kegiatan itu rutin dilakukan secara berkala.
Tidak adanya perjanjian juga bakal memotong jalur koneksi sumber-sumber intelijen penting yang digunakan untuk mendeteksi dugaan kecurangan dalam program nuklir kedua negara. Sumber intelijen selama ini juga memberikan wawasan tentang persenjataan masing-masing untuk memandu pengerahan dan perencanaan kekuatan.
Biden sendiri mendukung perpanjangan sebagai ”fondasi untuk pengaturan kontrol senjata baru”. Namun, dirinya belum menyebutkan berapa lama. Berbicara dengan syarat anonim, sumber yang dekat dengan tim transisi mengatakan belum ada keputusan yang dibuat mengenai durasi yang akan dipilih dan akhirnya ditentukan.
”Ada perdebatan di antara beberapa penasihat tentang apakah perpanjangan lima tahun adalah langkah yang benar, atau memilih jangka waktu yang lebih pendek yang lebih masuk akal,” kata Jon Wolfsthal, mantan penasihat kendali senjata Presiden Barack Obama.
Mereka yang mendukung perpanjangan perjanjian hingga Februari 2026 berpendapat bahwa perjanjian itu akan kedaluwarsa di luar masa jabatan empat tahun Biden. Kondisi itu dinilai berpotensi mengurangi pengaruhnya untuk mengamankan pakta lanjutan. Hal itu dikatakan Wolfsthal yang saat ini berkarya di lembaga pemikir Carnegie Endowment for International Peace.
Dari sisi Mokswa, Presiden Rusia Vladimir Putin telah lama meminta perpanjangan waktu lima tahun tanpa syarat atas perjanjian itu. ”Memperpanjang START Baru selama lima tahun memberikan waktu yang diperlukan untuk negosiasi yang kompleks tentang kesepakatan lanjutan,” kata Daryl Kimball, Direktur Eksekutif Asosiasi Pengendalian Senjata, yang mengoordinasikan surat itu.
Mantan diplomat tinggi Departemen Luar Negeri AS untuk wilayah Eropa, Victoria Nuland, dalam Foreign menulis, Washington harus mencari perpanjangan sementara, setidaknya tidak lebih dari dua tahun dan meminta kompensasi dari Moskwa. ”Satu pelajaran yang Putin tampaknya telah pelajari dari Perang Dingin adalah bahwa Presiden AS Ronald Reagan berhasil membangkrutkan Uni Soviet dengan memaksakan perlombaan senjata nuklir. Rusia tidak ingin mengalami nasib yang sama sehingga dirinya ingin memperpanjang perjanjian NEW START,” tulis Nuland.
Lebih lanjut, menurut Nuland, sikap Putin itu harus dimanfaatkan Washington. Ia mendorong perlunya AS mengarahkan pembicaraan yang lebih luas tentang semua aspek kekuatan militer, termasuk dari sisi konvensional, luar angkasa, dan dunia maya. Para pendukung pengendalian senjata berpendapat bahwa pemerintahan Biden harus mengumumkan upaya mengikat perjanjian lanjutan yang menurunkan batas NEW START dari 1.550 hulu ledak nuklir strategis.