Makin Setara, Banyak Perempuan Indonesia Ingin Jadi Wirausaha
›
Makin Setara, Banyak Perempuan...
Iklan
Makin Setara, Banyak Perempuan Indonesia Ingin Jadi Wirausaha
Penelitian Google dan Kantar menunjukkan, banyak perempuan di Indonesia telah dan ingin menjadi wirausaha. Hal ini dipicu kesetaraan jender di lingkungan sosial dan usaha yang semakin meningkat.
Oleh
ERIKA KURNIA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Penelitian terbaru perusahaan teknologi Google dan perusahaan riset pasar Kantar menunjukkan, banyak perempuan di Indonesia telah dan ingin menjadi wirausaha. Hal ini dipicu kesetaraan jender di lingkungan sosial dan usaha yang dinilai semakin meningkat.
Penelitian Google-Kantar berjudul ”Advancing Women in Entrepreneurship” menyurvei 990 perempuan dan 510 laki-laki di Indonesia pada Januari dan Februari 2020. Survei, yang dirilis hari ini, Kamis (26/11/2020), menganalisis alasan mereka memilih untuk bekerja serta hal-hal yang penting bagi mereka saat mencari pekerjaan.
PMM Brand and Reputation Google Indonesia Dora Songco memaparkan, riset itu menemukan bahwa 49 persen perempuan menyatakan diri sebagai wirausaha dengan bisnis yang mereka jalankan sendiri saat ini, sedangkan 45 persen berkata baru ingin berwirausaha.
Perempuan yang berwirausaha memang tidak sebanyak responden laki-laki, yang sebanyak 61 persennya mengaku sudah menjadi berwirausaha dan 34 persen menyatakan ingin berwirausaha.
”Beberapa faktor pendorong perempuan ingin berusaha adalah menambah penghasilan, memberikan stabilitas keuangan di keluarga, dan mencapai kemandirian finansial. Lalu, memiliki jam kerja fleksibel agar bisa memiliki lebih banyak waktu berkualitas dengan keluarga,” jelasnya.
Di sisi lain, keinginan berusaha juga tidak lepas dari akses perempuan terhadap teknologi dan internet. Sebanyak 96 persen responden perempuan yang disurvei kini telah bisa mengakses internet dengan rata-rata waktu 5,5 jam sehari. Sebanyak 85 persen responden menggunakan ponsel untuk mengakses internet.
Faktor itu mendorong setidaknya delapan dari sepuluh perempuan yang sudah atau ingin berwirausaha di Indonesia mau meningkatkan keterampilan berbisnis. Sementara 83 persen perempuan menyatakan bersedia mengikuti pelatihan online atau dalam jaringan (daring).
Kebutuhan itu juga diungkapkan Afia Fitriati, selaku Co-Founder Gadjian, aplikasi digital pengelola keuangan dan manajemen karyawan perusahaan. Sebagai ibu, mengelola usaha rintisan (start up) memberi tantangan tersendiri.
”Saya masih mengalami bias jender bagi pendiri start up perempuan,” ujarnya pada kesempatan sama. Atas dasar itu, ia mengaku masih membutuhkan pelatihan, seperti program Immersion: Women Founders yang diadakan Google untuk pendiri start up perempuan di Asia Pasifik pada akhir tahun ini.
Kendati demikian, menurut dia, kepemimpinan perempuan dalam lingkungan usaha yang biasanya didominasi laki-laki kini semakin dihargai. Faktor cinta, harapan, dan mimpi yang cenderung dimiliki perempuan dinilai memberi kepemimpinan yang positif.
Setali tiga uang, Sonja Johar, salah satu pendiri dan CTO Halosis, aplikasi digital untuk mendukung pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), juga mengaku bahwa kepemimpinan perempuan yang cenderung lebih emosional dapat memberi dampak positif bagi perusahaan, melalui sensitivitas dan empati.
”Dan, saya merasa sekarang kita sudah ke arah lebih setara (dengan laki-laki),” ujarnya.
Pergeseran terkait kesetaraan perempuan dan laki-laki juga tergambar dalam survei Google. Dibandingkan survei tahun 2017, pada tahun ini, ada peningkatan pada kesadaran pria untuk mengurus rumah tangga dari 10 persen ke 24 persen.
Dari sisi tanggung jawab merawat anak, 21 persen laki-laki menyadari hal itu di 2020 dibanding hanya 6 persen laki-laki pada survei 2017. Sementara, hanya 60 persen perempuan yang mengakui merawat anak hanya menjadi tanggung jawab mereka pada 2020, dibanding 80 persen pada 2017.
Selain itu, survei juga mencatat persepsi perempuan bisa bekerja sambil mengurus anak juga disetujui 52 persen perempuan. Pada laki-laki, kemampuan itu diakui 41 persen responden laki-laki.