Presiden Joko Widodo mengapresiasi kiprah MUI dalam upaya pengarusutamaan Islam ”wasathiyah” yang saat ini dirasa kian mendesak. Pasalnya, radikalisme baik kiri maupun kanan saat ini makin menguat di masyarakat.
Oleh
Nina Susilo
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Corak keislaman di Indonesia identik dengan pendekatan dakwah kultural yang persuasif dan damai. Tidak ada kebencian yang ditebar, juga tiada karakter ekstrem dan merasa benar sendiri. Majelis Ulama Indonesia diharapkan terus menjaga Islam wasathiyah dan kehidupan yang majemuk.
Pemerintah juga menyatakan dukungan penuh kepada upaya Majelis Ulama Indonesia (MUI) untuk mewujudkan Islam rahmatan lil ’alamin dalam kebinekaan. Presiden Joko Widodo dalam pembukaan Musyawarah Nasional X MUI, sebagaimana ditayangkan secara daring, Rabu (25/11/2020) malam, mensyukuri bahwa ikhtiar MUI tersebut didukung semua elemen bangsa yang menyadari pentingnya hidup berdampingan dan bekerja sama demi kebaikan dan kemajuan bangsa.
”Ini modal berharga kita sebagai sebuah bangsa yang belum tentu dimiliki oleh negara-negara lain,” kata Presiden Jokowi.
Pemerintah juga menyatakan dukungan penuh kepada upaya Majelis Ulama Indonesia untuk mewujudkan Islam rahmatan lil ’alamin dalam kebinekaan.
Semua itu menunjukkan bahwa semangat dakwah keislaman di Indonesia adalah merangkul, bukan memukul. ”Karena hakikat berdakwah adalah mengajak umat ke jalan kebaikan sesuai akhlak mulia Rasulullah SAW,” kata Presiden Jokowi, menambahkan.
Wakil Presiden Ma’ruf Amin yang juga Ketua Umum MUI juga menyatakan MUI akan tetap menjadikan Islam wasathiyah (Islam moderat) sebagai metode berpikir dan bergerak.
’Islam wasathiyah adalah cara berpikir yang tidak terlalu rigid, tidak terlalu longgar, maka sikap wasathiyah adalah sikap moderat di antara dua kutub yang ekstrem itu,” katanya.
Komitmen untuk tetap menjadikan Islam wasathiyah sebagai cara berpikir, bersikap, dan bertindak harus tetap menjadi pedoman dalam kiprah MUI di masa mendatang.
Pengarusutamaan Islam wasathiyah dipandang sebagai kebutuhan mendesak. Sebab, saat ini radikalisme kiri ataupun kanan menguat di masyarakat. Radikalisme kiri dimaknai sebagai liberalisme dan sekularisme dalam beragama, sedangkan radikalisme kanan membuat kekerasan dan terorisme dilakukan dengan berkedok agama.
Pengarusutamaan Islam wasathiyah dipandang sebagai kebutuhan mendesak. Sebab, saat ini radikalisme kiri ataupun kanan menguat di masyarakat.
Munas X MUI berlangsung di Hotel Sultan Jakarta, 25-27 November 2020. Munas digelar secara luring dan daring. Peserta luring adalah pengurus MUI Pusat dan perwakilan daerah, sedangkan peserta daring adalah para pengurus daerah.
Munas X MUI bertema ”Meluruskan Arah Bangsa dengan Wasathiyatul Islam, Pancasila, dan UUD NRI 1945, secara Murni, dan Konsekuen”. Munas X MUI akan membahas sejumlah agenda, seperti fatwa, rekomendasi, serta pergantian kepengurusan dan puncak pimpinan.
Kamis (26/11/2020) ini, Wapres Ma’ruf Amin juga memimpin rapat pleno. Adapun penutupan Munas dilakukan besok.
Fatwa terkait Covid-19
Di tengah pandemi Covid-19, MUI juga dinilai sangat responsif dan mendukung upaya pemerintah dalam menangani masalah kesehatan dan mengatasi dampak ekonominya. Dukungan MUI dalam mendorong disiplin protokol kesehatan, yaitu dengan menyiapkan sejumlah fatwa dan panduan beribadah serta memastikan keamanan dan kemudahan umat saat beribadah, juga sangat diapresiasi.
Fatwa-fatwa tersebut disebut sangat kontekstual dan senapas dengan prinsip-prinsip kemaslahatan. ”MUI juga sangat konsisten menyuarakan pentingnya kita mematuhi protokol kesehatan dalam setiap kegiatan, termasuk kegiatan beribadah dan berdakwah. Mengutamakan keselamatan jiwa di tengah ancaman pandemi merupakan prinsip kemaslahatan syariat Islam,” kata Presiden Jokowi dalam sambutannya.
MUI juga sangat konsisten menyuarakan pentingnya kita mematuhi protokol kesehatan dalam setiap kegiatan, termasuk kegiatan beribadah dan berdakwah. Mengutamakan keselamatan jiwa di tengah ancaman pandemi merupakan prinsip kemaslahatan syariat Islam.
Keterlibatan aktif MUI untuk mengajak umat disiplin menjalankan protokol kesehatan adalah teladan yang baik. Dengan keteladanan para ulama, para habaib, dan tokoh masyarakat dalam mematuhi protokol kesehatan, Presiden yakin tugas berat pemerintah akan menjadi semakin ringan.
”Dalam kesempatan mulia ini, saya mohon MUI juga dapat membantu mengawal program vaksinasi yang akan segera kita lakukan sebagai jalan keluar untuk mengatasi pandemi agar kesehatan masyarakat bisa cepat pulih dan ekonomi bisa bangkit kembali,” kata Presiden Jokowi.
Adapun pemerintah terus mengerahkan semua upaya untuk mengatasi dampak pandemi Covid-19. Penanganan kesehatan dan penanganan ekonomi terus diseimbangkan. Harapannya, masyarakat aman dari Covid-19 sekaligus tetap produktif dan mampu bertahan hidup.