Secara kebetulan saya membuka Youtube dan melihat Ibu Sri Mulyani, Menteri Keuangan kita. Ia menginformasikan bahwa negara kita sudah mulai membukukan aset negara ke dalam pembukuan kekayaan negara.
Membaca ini saya teringat tatkala mendapat tugas belajar di US Army Finance School (USAFS) di Fort Benjamin Harrison, Indiana, Amerika Serikat. Lembaga ini merupakan Pusat Pendidikan Keuangan AD (Pusdikku)-nya AS. Kalau untuk TNI AD kita, posisinya di Bandung. Yang pertama pada 1969, yang kedua 1988.
Dalam sistem akuntansi yang saya pelajari di USAFS, semua pembayaran yang berkaitan dengan pembelian atau pengadaan langsung masuk ke dalam aset negara dalam hal ini US Army. Beda sekali dengan sistem yang kita punya di Indonesia, khususnya di TNI.
Secara kebetulan juga, saya saat di TNI mendapat tugas ikut menyusun Sistem Penatabukuan Keuangan Dephankam/ABRI. Tugas saya ampu sejak saya berpangkat kapten, pada tahun 1970, hingga menyelesaikannya pada 1990, saat saya menjadi kolonel.
Lamanya penyusunan bukan karena sulitnya ilmu penatabukuan atau pembukuan tersebut, melainkan pada sinkronisasi pendapat para penyusun lainnya.
Kepada jajaran pimpinan keuangan waktu itu, gagasan untuk menyatukan sistem akuntansi dengan pembukuan aset negara itu saya sampaikan, antara lain, untuk mencegah timbulnya transaksi pengadaan/pembayaran fiktif. Namun, usulan saya dijawab bahwa hal itu tidak mungkin karena di tingkat Depkeu/Kemenkeu pada saat itu, keadaannya sama.
Pembukuan keuangan hanya membukukan/mencatat transaksi keuangan. Berhenti di situ. Ide ini pernah juga saya utarakan kepada salah seorang deputi Ibu Sri Mulyani di Bappenas, saat Ibu menjabat sebagai Menteri/Ketua Bappenas.
Beliau berminat, tetapi terputus karena pertemuan hanya sesaat, sambil menunggu kehadiran Ibu dalam pertemuan kami, Asosiasi Perusahaan Penyedia Jasa dan Barang untuk Negara saat itu.
Oleh karena itu, saat saya melihat tayangan video Ibu Sri Mulyani, Menteri Keuangan kita, saya mengucap syukur bahwa keinginan saya agar kekayaan negara dibukukan/dicatat sebagai aset negara sudah terlaksana. Matur nuwun, Bu Sri Mulyani, Menteri Keuangan Terbaik, yang sudah menyelamatkan kekayaan negara untuk anak cucu kita.
Semoga Tuhan memberkati Ibu Sri Mulyani, dengan segala pengabdiannya untuk Indonesia tercinta.
Dawami Martono
Rawabambu RT 008 RW 007, Pasar Minggu, Jaksel
Tanggapan BPJS
Menanggapi Surat kepada Redaksi di harian Kompas (Rabu, 18/11/2020) berjudul ”Denda Iuran” yang disampaikan Bapak Gideon Haposan, bersama ini kami sampaikan penjelasan berikut.
BPJS Kesehatan Cabang Bekasi telah menghubungi yang bersangkutan. Diketahui bahwa Bapak Gideon terdaftar sebagai Peserta Bukan Penerima Upah Kelas 3.
Telah dijelaskan ketentuan mengenai denda dan kewajiban pendaftaran satu kartu keluarga dan dengan hak kelas yang sama yang diatur dalam Perpres No 82 Tahun 2018.
Juga diinformasikan masa aktivasi 14 hari dan ketentuan otodebet agar peserta tidak lupa membayar iuran sehingga Kartu Indonesia Sehat dapat terus aktif dan bisa digunakan sewaktu-waktu.
Berdasarkan penjelasan tersebut, yang bersangkutan mengerti dan menerima.
Dony Alamanda
Kepala Bidang SDMUKP, BPJS Kesehatan, Cabang Bekasi
Pembetulan
Saya ingin menyampaikan terima kasih kepada Kompas yang telah memuat tulisan saya ”Menafsir Ulang Pancasila” (Senin, 23/11/2020).
Terima kasih juga untuk penyuntingan yang telah dilakukan karena benar-benar dapat menyingkat isi tanpa mengubah esensinya.
Disebutkan di dalam suntingan itu nama Rokeach sebagai pakar ”sosiologi sosial”. Seingat saya, saya menulis psikologi sosial. Mohon untuk disampaikan kepada publik bahwa hal itu perlu diralat.
Terima kasih banyak untuk bantuan Redaksi.
Zainoel B Biran
Ciputat, Tangerang Selatan
Catatan Redaksi:
Kami mohon maaf dan berterima kasih atas koreksi yang Anda sampaikan. Dengan ini kesalahan kami perbaiki.
Beda Data
Saya bermasalah dengan
fasilitas sekuritas Indopremier karena ada perbedaan data
dari aplikasi Indopremier dengan harga pasar, terkait dengan pemindahan obligasi. Masalah berlangsung sejak September 2020.
Saya sudah komplain melalui surel, Whatsapp Business, dan call center Indopremier, tetapi sampai sekarang masih belum ada solusi, bahkan terkesan tidak ada respons. Semoga masalah ini mendapat perhatian dan segera ditindaklanjuti.
Lius Hartarto
Graha Indah, Duri Kepa, Kebon Jeruk, Jakarta Barat