China dan Korea Selatan Bergandengan Tangan Kembali
China dan Korsel menyoroti pentingnya kedua negara itu mengupayakan perdamaian dan stabilitas regional dan global.
China dan Korea Selatan kembali bergandengan tangan dan memperkuat kemitraan strategis yang ideal dengan menemukan kesamaan minat. Langkah itu dimulai dengan menepis saling curiga.
SEOUL, KAMIS — Pemerintah Korea Selatan dan China bergandengan tangan kembali setelah biasanya saling mencurigai. Beberapa tahun ini, mereka menemukan kesamaan minat dan kepentingan di bidang ekonomi serta mengupayakan perdamaian dan stabilitas.
Kini, rencana lawatan Presiden China Xi Jinping ke Korsel, cara mengatasi Covid-19, dan yang tidak kalah penting ialah program nuklir Korea Utara menjadi agenda kerja bersama keduanya.
Menteri Luar Negeri China Wang Yi tiba di Seoul, Korsel, Rabu (25/11/2020) malam, setelah dua hari berkunjung ke Jepang untuk bertemu mitranya, Kang Kyung-wha.
”Kedua belah pihak sepakat berkomunikasi secara aktif untuk menangani Covid-19 dan menyiapkan kunjungan Presiden Xi,” sebut pernyataan tertulis Kemenlu Korsel seusai Wang bertemu Kang di Seoul.
Baca juga : Jepang-China Sepakat Perangi Korona dan Redam Sengketa Pulau
Rencana kunjungan Xi ke Korsel sedianya dilakukan pada awal tahun ini, tetapi ditunda karena pandemi Covid-19. Menurut Wang, kunjungannya ke Korsel untuk menyoroti pentingnya kedua negara mengupayakan perdamaian dan stabilitas regional dan global.
Krisis Covid-19 tidak bisa mengalahkan warga kedua negara. Hubungan bilateral ini semakin kuat dan bersemangat.
”Krisis Covid-19 tidak bisa mengalahkan warga kedua negara. Hubungan bilateral ini semakin kuat dan bersemangat,” ujarnya.
Wang juga bertemu dengan Presiden Korsel Moon Jae-in dan membicarakan perdamaian di wilayah Semenanjung Korea. Pada kesempatan itu, Wang juga menekankan ketidaksetujuan China terhadap sistem pertahanan rudal Amerika Serikat yang dipasang di Korsel pada 2017.
Di mata Korsel dan AS, sistem itu dipasang untuk mencegah ancaman rudal Korut. Namun, bagi China, sistem pertahanan AS tersebut justru mengganggu kepentingan keamanan China.
Saling percaya
Ketika berbicara dengan Moon, Wang juga mengakui pencapaian kedua negara dalam mengatasi pandemi dan mempertahankan pertukaran bisnis penting meskipun pengawasan perbatasan diperketat.
Moon juga mendorong China untuk tetap ikut membantu proses perlucutan nuklir Korut di Semenanjung Korea serta membantu memperbaiki hubungan antara Korsel dan Korut.
Wang menjawab pernyataan Moon dengan mengatakan Korsel dan China sudah menjadi model bagi kerja sama internasional terkait upaya mengatasi pandemi. Ia menyampaikan pesan Xi bahwa persahabatan dan rasa saling percaya dengan Moon sangat penting.
Ambisi Moon untuk memperbaiki hubungan dengan Korut tersendat gara-gara perundingan nuklir antara AS dan Korut yang macet sejak Juni 2018. Korut tidak mau bicara lagi karena AS tidak setuju permintaan mereka agar sanksi terhadap Korut dicabut.
Jika sudah dicabut, barulah Korut mau melucuti nuklirnya. Namun, pemerintahan Presiden AS Donald Trump menolak.
China, satu-satunya sekutu Korut dan penopang kehidupan ekonomi warga Korut, dianggap mempunyai pengaruh cukup besar terhadap Korut. Korsel sebenarnya sangat ingin memperbaiki hubungannya dengan China, mitra dagang terbesarnya.
Namun, Korsel juga khawatir dengan ketegangan yang terjadi antara AS dan China terkait perdagangan, keamanan, hak asasi manusia, dan isu-isu lain. Semua ini membuat posisi Korsel serba salah.
Baca juga : China Bangun Relasi dengan Jepang
Kantor berita Xinhua melaporkan, dalam pertemuannya dengan Wang Yi, Menlu Korsel Kang Kyung-wha mengatakan, kemitraan strategis kedua negara berkembang positif beberapa tahun terakhir. Kedua negara juga telah saling membantu mengatasi Covid-19 dan menjadi contoh yang baik bagi komunitas internasional.
Selama ini, Korsel juga menghendaki jalinan kerja sama yang lebih erat dengan China untuk menangani isu-isu lain, seperti perubahan iklim, perdagangan bebas, dan multilateralisme. Isu yang mendesak saat ini ialah pandemi, juga akan ditangani bersama untuk mencegah dan mengendalikan penyebaran Covid-19.
Terkait dengan isu pandemi, kedua belah pihak sepakat meningkatkan dan secara bertahap memperluas pemberlakuan masuk ”jalur cepat” serta menyebarluaskan kerja sama mekanisme anti-epidemi di Asia Timur Laut.
Komite khusus
Kedua belah pihak juga sepakat membentuk komite khusus untuk membangun hubungan China-Korsel serta menyusun rencana hubungan bilateral selama 30 tahun ke depan. Ini seiring dengan peringatan 30 tahun hubungan diplomatik kedua negara pada tahun 2022.
Selain itu, China-Korsel juga akan memulai dialog ”2+2” tentang diplomasi, keamanan, dan isu maritim. Dalam pertemuan itu juga sedikit disinggung tentang keinginan mempercepat pelaksanaan Prakarsa Sabuk dan Jalan (BRI) dengan strategi pembangunan Korsel untuk meningkatkan perekonomian kedua negara, terutama di bidang industri.
Pertemuan China-Korsel ini terjadi di saat AS tengah bersiap dengan pemerintahan baru Presiden terpilih AS, Joe Biden. Selama ini, pada pemerintahan Presiden Trump, sikap AS keras terhadap China, bahkan kedua negara kerap perang mulut.
Biden berjanji akan mengembalikan peran AS sebagai pemimpin dunia dan akan kembali aktif dalam berbagai perjanjian dan kesepakatan internasional.
Baca juga : Biden Canangkan Tekad AS untuk Memimpin Dunia Lagi
Majalah Newsweek edisi 11 November 2020, mengutip Duta Besar Korsel untuk AS Lee Soo-hyuck, yang mengatakan Korsel akan tetap menjalin hubungan baik dengan China dan juga dengan AS. ”Hanya karena Korsel telah memilih AS 70 tahun lagi tidak lantas berarti Korsel harus tetap memilih AS untuk 70 tahun berikutnya lagi,” ujarnya.
Korsel, lanjut Lee, bisa tetap memilih untuk bekerja sama dengan AS hanya jika AS menghargai Korsel dan jika bisa memenuhi kepentingan Korsel. ”Posisi China juga sama pentingnya, terutama dalam bidang ekonomi karena China adalah mitra dagang terbesar Korsel,” kata Lee lagi. (REUTERS/AP/AFP)