Kreatif Mengenali Kebutuhan Milenial di Dunia Properti
Kelompok milenial menjadi salah satu sasaran pemasaran produk-produk properti di tengah pandemi ini. Para pengembang pun berlomba-lomba menawarkan kreativitas untuk memenuhi kebutuhan generasi ini.
Kelompok milenial menjadi salah satu sasaran pemasaran produk-produk properti di tengah pandemi ini. Para pengembang pun berlomba-lomba menawarkan kreativitas untuk memenuhi kebutuhan generasi ini.
Kemudahan memiliki properti, terutama soal pembiayaan, tentu masih menjadi pertimbangan di kalangan milenial. Namun, di sisi lain, tuntutan akan hunian yang sehat dan menawarkan suasana rumah keluarga (home) juga menjadi perhatian kelompok ini.
Sebagian lagi, mencari rumah sebagai tempat tinggal sekaligus tempat kerja nyaman, misalnya menjadi tempat usaha atau bisa juga sebagian disewakan.
Dalam menggali kebutuhan milenial terhadap properti ini, acara The Biggest Real Estate Summit 2020 yang digelar secara virtual, Selasa (17/11/2020), menghadirkan komika Ernest Prakasa, salah satu sosok populer yang mewakili generasi milenial.
Generasi milenial bukan enggak mau berinvestasi properti. Kuncinya, financial planning.
”Generasi milenial bukan enggak mau berinvestasi properti. Kuncinya, financial planning. Secara sederhana, tak semua milenial bisa menghitung (pembagian pendapatan) 10 persen untuk dana sosial atau zakat atau perpuluhan, 20 persen investasi, 30 persen cicilan produktif, dan 40 persen menopang biaya hidup,” ujar Ernest.
Di sisi lain, katanya, pengembang semestinya bisa menangkap kebutuhan milenial secara cepat, misalnya dengan desain rumah yang memiliki tatanan sirkulasi udara dan cahaya matahari. ”Milenial sudah mulai sadar akan pentingnya kesehatan. Generasi Z saat ini sudah sangat sadar dengan kesehatan,” katanya.
Secara terpisah, entrepreneur kreatif Yoris Sebastian juga mencermati desain properti yang mendukung kebutuhan milenial. Milenial yang sudah berkeluarga, misalnya, tentu kebutuhannya berbeda dengan milenial yang masih lajang. ”Setiap segmen perlu desain yang sesuai kebutuhannya,” kata Yoris.
Mengubah konsep ruko
Dalam upaya menangkap kebutuhan kelompok milenial ini, Sinar Mas Land yang mengembangkan kawasan Grand Wisata, Bekasi, menciptakan terobosan dengan desain rumah yang sekaligus bisa dijadikan kafe atau tempat usaha kreatif lainnya.
Selama ini, pengembang memanfaatkan lahan pinggir jalan utama di kawasan perumahan menjadi bangunan komersial, seperti rumah toko (ruko). Namun, Sinar Mas Land menawarkan produk inovatif pengganti ruko bagi milenial dalam wujud Kluster Garden HOUS.
HOUS, yang saat dilafalkan menyerupai kata house, mengganti konsep ruko dengan desain kreatif yang memadukan tiga unsur, yakni home, office, dan urban shop (HOUS).
Rumah ini terdiri dari dua lantai, tetapi masih bisa dikembangkan sesuai konsep rumah tumbuh. Selain untuk tempat tinggal, lantai dasar bisa dipergunakan untuk tempat usaha, misalnya kafe atau tempat kuliner. Untuk mengakomodasi tamu, carport pun dirancang bisa muat empat mobil.
Lantai dua juga bisa dijadikan tempat tinggal plus ruang kerja. Konstruksi rumah pun dirancang untuk bisa ditambah satu lantai lagi di atas lantai dua, yang bisa diisi sejumlah kamar untuk disewakan sebagai tempat indekos, misalnya. Privacy pemilik tetap terjaga karena akses tangga menuju lantai atas dirancang berada di sisi luar.
CEO Residential National Sinar Mas Land Herry Hendarta tak memungkiri kebutuhan khas kaum milenial ini selalu menjadi inspirasi bagi pengembangan kluster-kluster rumah baru di Grand Wisata. Mulai dari Kluster O2 Essential Home sebagai rumah milenial dengan konsep rumah cerdas dan fully furnished dengan furnitur cerdas, lalu Kluster O2+ Urban Pop sebagai penyempurnaan dari O2 Essential Home, hingga Kluster Monte Torena yang lebih mengusung konsep desain modern klasik.
Sebelumnya, konsep rumah tumbuh bagi milenial dengan anggaran Rp 200 jutaan juga bakal dibangun besar-besaran di Kota Podomoro Tenjo, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, oleh Agung Podomoro Group (APG). Asisten Wakil Presiden Pemasaran Kota Podomoro Tenjo Zaldy Wihardja mengatakan, proyek terbaru Kota Podomoro Tenjo ini dibangun di lahan seluas 650 hektar.
Menurut Zaldy, APG selama ini dikenal sebagai pengembang properti dengan sasaran kelas menengah ke atas. Namun, di Tenjo, proyek rumah tapak akan menyasar kelas lain sehingga mematok harga perdana Rp 200 jutaan. Namun, tak menutup kemungkinan nantinya ada tipe rumah yang berkonsep rumah tumbuh premium.
”Yang pasti, fasilitas keseluruhan yang dibangun tetap merupakan standar untuk properti kelas menengah ke atas yang sangat lengkap,” ujar Zaldy.
Kesadaran akan pentingnya lingkungan yang sehat bagi keluarga muda dan modern juga dilirik Summarecon Serpong, salah satu unit usaha PT Summarecon Agung Tbk. Pengembang ini menghadirkan Rainbow Springs Condovillas, hunian berkonsep condovilla atau low-rise apartment.
Berbeda dengan kondominium yang sudah lazim di perkotaan, setiap bangunan Rainbow Springs Condovillas ini hanya terdiri atas lima lantai dan semuanya berada di tengah ruang terbuka hijau. Hunian ini terinspirasi dari kawasan hunian bertingkat sedikit (low rise residential) di beberapa daerah di Eropa.
”Condovilla adalah seni hunian baru, jawaban bagi yang mengutamakan kenyamanan dan quality living. Sebanyak 70 persen luas lahannya disediakan untuk ruang terbuka hijau dalam bentuk taman tematik dan beragam fasilitas,” tutur Magdalena Juliati, Direktur Eksekutif Summarecon Serpong, awal November lalu.
Desain bangunan dengan tema modern tropikal hasil rancangan arsitek kenamaan Adi Purnomo ini memadukan fungsi dan keindahan arsitektur dengan unsur alam. Aliran angin dan posisi matahari pun diperhitungkan untuk menjamin sirkulasi udara dan cahaya alami yang optimal pada setiap ruangan sehingga kriteria rumah sehat dan hemat energi dapat dicapai.
Rainbow Springs Condovillas terletak di tepi Danau Grisea lengkap dengan area terbuka hijau dengan luas sekitar 3,8 hektar, termasuk trek joging, taman skateboard, serta lapangan basket sesuai kebutuhan milenial.
Mencari peluang
Hendro S Gondokusumo, Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Properti, dalam The Biggest Real Estate Summit 2020, Selasa (17/11/2020), mengatakan, kuncinya bagi pengembang saat ini adalah keberanian menghadapi krisis akibat pandemi Covid-19 dengan mencari peluang-peluang. Merancang desain terbaik sesuai kebutuhan, sekaligus tatanan lingkungan yang mendukung kesehatan, menjadi dua unsur utama.
Menurut Hendro, krisis akibat pandemi kali ini bisa saja dibandingkan dengan krisis tahun 1998 dan 2008. Terlepas dari kondisinya yang berbeda, saat inilah waktunya semua pengembang belajar, bukan berdiam diri menunggu pandemi berakhir.
”Lihat saja. Yang paling cocok sekarang, banyak orang lebih menyukai landed house. Banyak rumah tapak yang kecil-kecil walaupun harganya juga relatif bervariasi dan tergantung lokasinya,” kata Hendro.
Budiarsa Sastrawinata, CEO Ciputra Development Tbk, memandang, perubahan pendekatan terhadap kalangan milenial yang sudah melek digital pun perlu menjadi perhatian pengembang saat ini. Sebelum pandemi, kata Budiarsa, Ciputra Group sudah mencermati perubahan gaya hidup masyarakat, terutama kaum milenial.
Dulu, kata Budiarsa, boleh saja pengembang belum mengutamakan digitalisasi baik dalam menawarkan produk hingga proses transaksi. Kini, semua seakan dipaksa untuk mengintensifkan digitalisasi, seperti web tour yang membawa calon konsumen ke rumah contoh secara virtual.
”Sebelum betul-betul mengeksekusi pembelian rumah, konsumen yang serius dipastikan akan mendatangi lokasi. Sekali lagi, mereka bukan sekadar membeli house, melainkan mereka ingin membeli home,” ujar Budiarsa.
Sekali lagi, mereka bukan sekadar membeli house, melainkan mereka ingin membeli home.