Bupati Puncak Willem Wandik terpapar Covid-19. Informasi tersebut berdasarkan hasil pemeriksaan sampel usap pada Sabtu ini.
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA
·3 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Bupati Puncak Willem Wandik terpapar virus korona jenis baru atau Covid-19 berdasarkan hasil tes sampel usap. Willem menjadi kepala daerah pertama yang menginformasikan dirinya terpapar Covid di Provinsi Papua.
Willem melalui siaran pers yang diterima Kompas pada Sabtu (28/11/2020) pukul 18.00 WIT mengatakan, dirinya mengalami gejala batuk-batuk sebelum memutuskan untuk mengikuti tes usap. Ia pun menerima hasil positif terpapar Covid pada Sabtu ini.
Willem pun menyatakan kondisi kesehatannya stabil dan dalam perawatan intensif tim medis selama menjalani karantina mandiri. Ia berharap masyarakat Kabupaten Puncak jangan panik dan tetap beraktivitas seperti biasanya.
”Selama ini saya disiplin melaksanakan protokol kesehatan dengan rajin memakai masker, menjaga jarak dengan orang lain dan rajin mencuci tangan. Namun, penyebaran virus sudah meluas sehingga mudah terpapar saat lengah,” kata Willem.
Ia pun mengimbau masyarakat Puncak agar tetap mematuhi protokol kesehatan untuk mencegah Covid-19. Upaya tersebut dengan rajin memakai masker, rajin mencuci tangan, dan menghindari kerumunan massa.
”Saya mohon doa dari masyarakat Puncak agar segera sembuh dari virus ini. Saya mengimbau masyarakat tetap beraktivitas seperti biasanya, tetapi dengan melaksanakan protokol kesehatan dengan ketat,” imbau politisi dari Partai PDI Perjuangan ini.
Adapun hingga Jumat kemarin (27/11/2020), jumlah kumulatif kasus positif Covid-19 di Papua telah mencapai 11.635 orang dengan 2.133 orang dirawat, 9.323 orang sembuh dan 197 orang meninggal.
Sementara angka rasio positif Covid-19 di Papua mencapai 13,12 persen hingga Jumat kemarin ini. Angka tersebut menunjukkan bahwa Papua belum mencapai standar ideal rasio yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yakni 5 persen.
Selama ini saya disiplin melaksanakan protokol kesehatan dengan rajin memakai masker, menjaga jarak dengan orang lain, dan rajin mencuci tangan. Namun, penyebaran virus sudah meluas sehingga mudah terpapar saat lengah. (Willem Wandik)
Juru Bicara Satuan Tugas Pengendalian, Pencegahan dan Penanganan Covid-19, Silwanus Sumule mengatakan, tren angka positif Covid di Papua menurun dan jumlah pasien yang sembuh meningkat. Akan tetapi, pasien yang meninggal akibat terpapar Covid terus meningkat.
Ia pun mengungkapkan, banyak rumah sakit rujukan untuk penanganan Covid-19 yang belum memiliki alat untuk pemeriksaan Covid melalui sampel usap, misalnya Rumah Sakit Dok II Jayapura. Padahal, Kota Jayapura merupakan daerah dengan kasus positif Covid tertinggi di seluruh Papua.
Tidak optimal
”Sebenarnya, kasus positif menurun bukan karena penyebaran Covid melambat. Namun, hal ini disebabkan tes Covid-19 yang tidak optimal. Kami berharap tim gugus tugas penanganan Covid-19 di 28 kabupaten dan 1 kota di Papua meningkatkan kegiatan penelusuran dan pemeriksaan,” tambahnya.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy dalam kunjungan di Jayapura, Selasa (24/11/2020) mengaku terkejut melihat RSUD Dok II Jayapura belum memiliki mesin PCR. Padahal, di RSUD itu sudah memiliki Laboratorium BSL-2 dan melayani pasien Covid-19.
”Saya kaget rumah sakit ini belum punya (alat tes) PCR, padahal sebagai rujukan utama penanganan Covid-19. Karena itu, saya sudah meminta pengadaan alat PCR ke RSUD Dok II dipercepat, paling lambat Desember sudah bisa digunakan,” kata Muhadjir.
Muhadjir menuturkan, pemerintah pusat juga akan mempercepat pengadaan empat alat PCR untuk beberapa rumah sakit di Papua. ”Saya mengusahakan akan ada penambahan alat PCR lain di beberapa rumah sakit di Papua. Tujuannya agar pemeriksaan spesimen dapat menjangkau semua kabupaten dan kota di Papua,” ujarnya.