Kualitas Sungai Citarum Membaik, Kini Statusnya Cemar Ringan
›
Kualitas Sungai Citarum...
Iklan
Kualitas Sungai Citarum Membaik, Kini Statusnya Cemar Ringan
Kualitas Sungai Citarum mencapai status cemar ringan per November 2020. Evaluasi ini membaik dibandingkan target sebelumnya. Ke depan, penanganan Citarum tidak hanya mengandalkan pihak terkait, tapi juga kesadaran warga.
Oleh
MELATI MEWANGI
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Kualitas Sungai Citarum diklaim berada pada status cemar ringan hingga November 2020. Evaluasi ini membaik dibandingkan target sebelumnya, yakni cemar sedang. Ke depan, penanganan Citarum tidak hanya mengandalkan pihak terkait, tetapi juga membutuhkan kesadaran masyarakat.
Kemajuan status penanganan Sungai Citarum tersebut disampaikan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil dalam webinar bertema ”Sampah Citarum Riwayatmu Doeloe”, Sabtu (28/11/2020) petang. Dia mengatakan, Citarum kini masuk kategori cemar ringan.
Hasil ini, kata Kamil, mengindikasikan hasil kolaborasi banyak pihak sangat berdampak dan menyemangati bersama. Salah satunya dituangkan dalam program Citarum Harum.
Program Citarum Harum diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2018 tentang Percepatan Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan DAS Citarum. Penanganan sungai sepanjang 269 kilometer ini terbagi dalam 23 sektor satuan tugas yang terdapat di beberapa kabupaten/kota di Jawa Barat. Program ini ditargetkan selesai tahun 2025.
Selain memperbaiki kualitas lingkungan, sistem kewenangan penanggulangan hukum di sepanjang aliran sungai juga dibenahi. Menurut dia, penegakan hukum tidak harus ada di level pimpinan atau kewenangan kepala satuan tugas, tetapi juga bisa dilakukan pada level komandan sektor di beberapa daerah.
Hingga kini tercatat ada 165 kasus penegakan hukum sepanjang Sungai Citarum yang sudah diproses. Dia juga melibatkan kota/kabupaten untuk proaktif membentuk struktur organisasi yang mendukung kegiatan program Citarum Harum.
Membaiknya mutu air dampak program Citarum Harum tampak di Waduk Jatiluhur, Purwakarta, Jabar. Akhir Oktober lalu, ikan-ikan lokal Sungai Citarum bermunculan dalam jumlah banyak oleh peneliti dari Balai Riset Pemulihan Sumber Daya Ikan. Sejumlah ikan lokal yang ditemukan di delapan lokasi pengambilan sampel, yakni ikan kebogerang, ikan lalawak, dan ikan lempuk.
Penemuan ini menjadi indikator dari kualitas air yang baik. Hasil pemantauan di Waduk Jatiluhur, lapisan oksigen kurang dari 3 miligram per liter (mg/L) dimulai pada kedalaman 5-10 meter. Artinya, oksigen terlarut (DO) sampai kedalaman 5 meter pun masih lebih besar atau sama dengan 3 mg/L (konsentrasi minimum DO agar biota air bisa hidup). Dibandingkan periode sama tahun 2017, lapisan yang mengandung oksigen kurang dari 3 mg/L dimulai dari kedalaman 2-6 meter (Kompas, 23 Oktober 2020).
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Nasional Doni Monardo mengatakan, keterlibatan anggota militer berperan mengajak seluruh pihak berbasis komunitas. Jika program sudah selesai, anggota militer tidak sepenuhnya terlibat dan menyerahkan program ini kepada pemerintah serta masyarakat. Sejauh ini, masyarakat dinilainya sangat proaktif melaporkan kepada komandan sektor jika ada pelanggaran.
Masalah Citarum bukan hanya masalah masyarakat yang tinggal di daerah aliran tersebut. Mitigasi bencana ekologis pencemaran suangai ini adalah dengan perubahan perilaku masyarakat.
”Masalah lingkungan dan sungai adalah masalah bersama. Maka, harus bisa menggerakkan berbagai lapisan masyarakat, misalnya mengajak tokoh-tokoh agama untuk menyadarkan masyarakat,” ujar inisiator Citarum Harum ini.
Pendiri Sungai Watch, Gary Bencheghib, menambahkan, setelah program Citarum Harum dilakukan, banyak infrastruktur penunjang yang telah dibangun pemerintah dan masyarakat, misalnya bank sampah. Pengelolaan sampah yang melibatkan masyarakat dapat memberi dampak baik ke depan sehingga keberlanjutan untuk menjaga kebersihan sungai bisa terjaga.